Ingin Kukatakan Sesuatu

Berkencan dengan Chintia!



Berkencan dengan Chintia!

0"Benarkah?"     
0

Chintia terlalu senang sampai kehilangan kontrol atas dirinya. Dia selalu merasa sudah diperlakukan tidak adil oleh Giana yang menggunakan statusnya sebagai istri presiden direktur untuk menindasnya.     

Chintia adalah seorang veteran perusahaan. Dia bahkan sudah berada di perusahaan sebelum Sean menjabat sebagai presiden direktur. Dia juga telah melakukan banyak hal untuk perusahaan. Karena itu, Chintia berpikir, Apa yang sudah Giana lakukan? Atas dasar apa dia bisa menempati posisi ruang kantor yang begitu bagus seperti itu?     

Tiba-tiba Chintia merasa curiga sehingga dia pun bertanya, "Presdir Sean, Anda dan Giana… . baik-baik saja, kan?"     

Tentu saja Sean tidak bisa mengungkapkan skandal keluarganya pada Chintia. Dia pun tersenyum sambil menjawab, "Kami sangat baik. Dia baru saja hamil dan kami juga sangat saling mencintai. Tapi, aku merasa sudah terlalu memanjakannya dan mengabaikanmu. Tindakanku yang seperti ini adalah tindakan seorang presiden direktur yang tidak kompeten."     

Chintia tidak lagi curiga dan turut tersenyum sambil berkata, "Presdir Sean sangat sayang istri. Benar-benar laki-laki idaman! Kami para karyawan ini bahkan tidak berani untuk cemburu."     

Sean memandang lekuk tubuh indah Chintia dan langsung tertegun selama beberapa detik. Kegilaan beberapa puluh menit yang lalu dengan Yuana masih membuat Sean sangat emosional sehingga ketika melihat wanita cantik, dia tidak bisa mengontrol dirinya.     

Chintia merupakan salah satu wanita tercantik di antara para wanita cantik yang ada. Tidak mungkin Sean tidak memiliki pemikiran apapun tentang Chintia.     

Sejujurnya, meskipun Chintia adalah wanita yang sangat cantik, Sean sama sekali tidak menanggapinya. Semenjak Chintia tahu bahwa Sean adalah seorang presiden direktur, dia langsung mengambil inisiatif untuk mendekati Sean. Tapi, Sean selalu bersikap acuh tak acuh padanya dan sepenuhnya memperlakukannya sebagai bawahan.     

Sekarang Sean benar-benar menyesal. Andaipun dia memilih Chintia sejak awal, itu pasti lebih baik daripada memilih Giana lagi. Setidaknya Chintia memiliki kelakuan yang sama baik di luar maupun di dalam. Dia tidak akan mungkin seperti Giana yang terlihat polos dan menyenangkan di luar, tetapi aslinya penuh tipu daya.     

"Chintia, apakah ada waktu siang nanti?" tanya Sean, "Aku ingin mengajakmu makan."     

Chintia benar-benar sangat senang begitu mendengar perkataan Sean. Dia langsung menjawab, "Oke! Aku juga ingin makan Mie Ayam Instan yang ada di luar kota."     

———     

Begitu siang hari tiba, Sean dan Chintia bersama-sama menuju parkiran bawah tanah perusahaan dan masuk ke mobil Maybach edisi terbatas milik Sean. Begitu mereka duduk, Sean meminta supir untuk membawa mereka ke Plaza Indonesia terlebih dahulu.     

Di kursi belakang, Sean menuangkan segelas sampanye untuk Chintia dan menyerahkannya sambil berkata, "Kita pergi ke Plaza Indonesia untuk membeli sesuatu dulu. Sesudah itu baru makan, oke?"     

Sebagai bawahan, Sean Chintia tidak berani menolak. Presiden direkturlah yang akan selalu menentukan kapan waktunya untuk makan. Chintia menerima sampanye dan menjawab, "Tentu saja bisa. Tapi, Presdir Sean…"     

"Panggil namaku saja," sela Sean sambil menuangkan segelas sampanye untuk dirinya sendiri.     

"Sean, apa ada hal baik yang terjadi hari ini sampai kita merayakannya dengan minum sampanye?" Chintia bertanya sambil tersenyum. Sampanye yang ada di mobil ini adalah sampanye yang Chintia siapkan untuk Sean.     

Alasan utama Sean minum adalah karena dia akhirnya melihat wajah asli Giana yang sesungguhnya dan bisa melepaskan perasaannya ini. Namun, dia hanya menjawab, "Merayakan Citra Abadi yang lolos dari serangan lawan."     

Chintia dan Sean bersulang. Lalu, Chintia berkelakar, "Pada hari Senin, harga saham kita pasti akan meroket tajam!"     

Sean menolak untuk berkomentar. Chintia tidak tahu bahwa begitu pasar saham dibuka pada hari Senin, saham Grup Citra Abadi akan anjlok. Pada saat itu, Sean akan dikeluarkan dari keluarga besarnya dan tidak akan lagi menjadi presiden direktur Grup Citra Abadi.     

Hubungan Sean dan Chintia sebagai rekan kerja hanya tersisa dua hari, yaitu hari Sabtu dan Minggu. Karena itu, Sean ingin mengundang Chintia makan malam dan menunjukkan rasa terima kasihnya atas bantuan yang sudah Chintia berikan dalam urusan pekerjaan.     

Sean tahu bahwa Chintia menyukai tas Chanel. Begitu mereka tiba di Plaza Indonesia, Sean langsung berjalan menuju konter Chanel. Sesampainya di konter, pramuniaga segera mengenali Sean sebagai presiden direktur Grup Citra Abadi yang terkenal. Selain itu, Chintia yang berada di sampingnya adalah seorang wanita tinggi, cantik, dan kaya raya yang selevel dengan seorang dewi.     

Pramuniaga konter Chanel menyapa mereka dengan sangat ramah. Sean langsung menjatuhkan pandangannya pada sebuah tas berwarna merah. Dia mengambilnya dan menunjukkannya pada Chintia, lalu bertanya, "Chintia, kamu suka tas ini?"     

Chintia mengangguk dan menjawab, "Aku sangat suka, tapi seharusnya Giana lebih suka warna yang lebih terang."     

Sean langsung menyerahkan tas yang dipegangnya pada pramuniaga dan memerintahkan dengan singkat, "Bungkus."     

Chintia jelas terkejut. Tas itu bernilai 1,2 miliar.     

Setelah Sean membayar dengan kartunya, dia memberikan tas itu pada Chintia. "Ini untukmu."     

"Sean…" Chintia bergumam tak percaya dan menutup mulutnya karena terkejut. Sean memberinya tas Chanel senilai 1.2 miliar.     

Sean menepuk bahu Chintia dan berkata, "Ambil saja. Selama perusahaan diserang baru-baru ini, kamu sangat sibuk hingga hanya tidur beberapa jam sehari. Kamu sudah bekerja keras. Ini adalah hadiah atas kerja kerasmu."     

Sean sudah membeli dan membayar tas tersebut. Tas wanita dewasa semacam ini bukan tipe tas yang akan disukai Giana. Jadi, Chintia pun tidak menolak lagi.     

Chintia menerima tas itu dan berkata, "Terima kasih, Presdir Sean!"     

"Ayo kita makan siang!"     

Sean dan Chintia pergi keluar kota bersama. Mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol dan tertawa. Mereka tidak kembali ke perusahaan sampai pukul empat sore.     

Dalam beberapa jam terakhir, Chintia membayangkan dirinya sebagai pacar Sean. Sean belum pernah bersikap sebaik ini padanya.     

Sean sudah tersadar. Dulu dia terlalu memanjakan Giana dengan membelikan semuanya dan membiarkannya mendapatkan apapun yang dia inginkan. Hasilnya? Giana malah membalasnya dengan pengkhianatan.     

Kalau begitu, lebih baik Sean memberikan perhatiannya pada orang-orang yang lebih berharga yang ada di sekitarnya.     

———     

Selagi Sean dan Chintia makan siang di luar kota, Giana sedang mengobrol panjang lebar dengan Hilda.     

"Apa kamu sudah menghubungi Yoga?" tanya Giana, "Sepertinya dia sudah meninggalkan Jakarta."     

Hilda tersenyum dan menjawab, "Iya, dia sudah pulang ke Banten. Aku rasa dia buru-buru melarikan diri karena tidak bisa mengalahkan suamimu. Giana, selamat! Keluarga Yuwono masih yang terbaik."     

"Benarkah begitu? Aku juga berpikir begitu!" kata Giana yang sangat senang, "Keluarga papan atas seperti keluarga Liono menyerang Grup Citra Abadi. Jika itu orang lain, perusahaan itu pasti sudah lama hancur. Tapi, Sean mampu menjaga perusahaan hingga tetap berdiri kokoh. Kekayaan keluarga Yuwono benar-benar tak terduga. Untungnya aku tidak berbuat salah pada Sean!"     

Jika diingat-ingat, beberapa hari terakhir Giana dan Yoga menghabiskan waktu bersama dengan intim. Mereka hanya memiliki beberapa jam waktu untuk berduaan di pagi dan malam hari. Yoga tergila-gila mengejar Giana sehingga hampir membuatnya tidak tahan lagi dan melakukan sesuatu yang salah. Jika itu terjadi, maka dia benar-benar berbuat salah pada Sean.     

"Aku sudah tidak sabar ingin cepat-cepat hari Senin dan melihat bagaimana Yoga dihajar habis-habisan oleh Sean!" kata Hilda.     

Hilda sangat kesal pada Yoga karena pria muda itu telah mengancamnya. Melihat konfrontasi yang terjadi antara keluarga Liono dan keluarga Yuwono, keluarga Yuwono jelas lebih kuat sehingga Hilda pun merasa sangat senang.     

———     

Waktu berlalu dengan cepat dan dalam sekejap, hari Senin akhirnya tiba. Pasar saham akan dibuka. Itu artinya, pertempuran antara Sean dan Yoga akan kembali dimulai. Banyak orang di industri bisnis yang menganalisis bahwa harga saham Grup Citra Abadi pagi ini akan menentukan siapa pemenang di antara keduanya.     

Yoga sudah kembali ke Banten dan kini berada di Emerald Ville. Dia sedang berjongkok di depan laptop sambil merokok dengan cemas, sementara Cahyadi duduk di sebelahnya dengan wajah yang sama sedihnya dengan dirinya.     

"Yoga, kamu tidak boleh menyerah begitu saja! Terus lawan Sean! Bukankah kamu ingin meniduri Giana?! Lebih baik kamu dengarkan rekaman suara itu lagi!" Cahyadi terus menghasut dengan emosi yang membara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.