Ingin Kukatakan Sesuatu

Membuntuti Istri!



Membuntuti Istri!

0Konten rekaman suara dari surel Sean terus terngiang di benaknya. Semakin dia ingin melupakannya, semakin jelas dia mengingatnya.     
0

Awalnya Sean lega karena rekaman itu hanya berupa suara dan bukan video. Namun, terkadang kata-kata dan suara lebih membuat frustasi daripada rekaman bergambar yang intuitif karena seseorang akan membayangkan kata atau suara yang di dalamnya. Video hanya disajikan dalam satu cara, sedangkan bayangan seseorang dapat memiliki ribuan gambar.     

"Dasar Cahyadi binatang!" Sean memaki sambil memukul wastafel dengan keras.     

Sean akan membalas dendam. Dia harus membalas dendam. Giana, Cahyadi, dan bahkan Hilda. Semua orang yang merupakan penyebab masalah ini tidak akan Sean lepaskan.     

Tiba-tiba sebuah pertanyaan muncul di benak Sean, Kenapa akhir-akhir ini Giana berangkat kerja sangat pagi dan pulang sangat malam?     

Saat ini Giana sedang mengandung, jadi seharusnya sekarang dia harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya dan lebih banyak istirahat. Awalnya Sean merasa bahwa Giana mengkhawatirkan proyek Grand Giana sehingga selalu datang untuk mengawasinya setiap hari. Tapi, sekarang Sean merasa bahwa masalah ini tidak sesederhana itu.     

"Mungkinkah Cahyadi sudah kembali?"     

Sean bertanya-tanya jika Giana keluar pagi-pagi dan pulang malam karena bertemu Cahyadi. Dia bahkan mulai bertanya-tanya juga apakah anak yang di dalam rahim Giana adalah anaknya atau bukan. Sean tidak bisa tenang sekarang, tetapi dia harus bersandiwara dengan baik untuk mendapatkan kebenaran.     

Pertama-tama, Sean berpura-pura mengendarai mobilnya menuju perusahaan. Tetapi, di tengah jalan dia menghubungi John dan meminta untuk bertukar mobil dengannya. Kemudian, Sean mengendarai mobil Buick Excelle yang tidak mencolok dan putar balik menuju Perumahan Pondok Indah.     

Setelah menunggu lama, Sean melihat Giana yang keluar dari gerbang perumahan. Dia pun bergumam pada dirinya sendiri, "Aneh. Kenapa Giana tidak mengemudi sendiri?"     

Ada banyak mobil mewah di garasi Sean dan Giana dapat mengendarai yang mana saja dengan santai. Jika Giana tidak ingin mengemudi sendiri, dia juga bisa meminta sopir untuk mengantarnya ke mana saja dan kapan saja. Namun, Giana memesan taksi online dengan ponselnya. Tentu saja taksi online yang dipesannya bukanlah mobil biasa, melainkan mobil jaguar yang mewah.     

Sekarang Sean merasa siapapun yang berada di sekelilingnya adalah musuh. Ketika dia melihat mobil Jaguar, dia bahkan merasa sopir Jaguar itu adalah selingkuhan Giana. Namun, Giana duduk di kursi penumpang bagian belakang. Saat Giana memasuki mobil itu, Sean bisa memastikan bahwa Giana sepertinya tidak saling mengenal dengan sopir Jaguar itu.     

Sean melajukan Buick Excelle-nya dan diam-diam mengikuti Jaguar yang membawa Giana. Namun, saat sedang menunggu di lampu merah, Sean hampir saja kehilangan jejak karena sudah lama tidak mengendarai mobil manual. Untungnya, Sean tahu bahwa mobil itu menuju Grand Giana dan berhasil mengejarnya kembali.     

Ketika tiba di Grand Giana, Jaguar tadi langsung pergi begitu saja.     

"Sepertinya Giana memang memesan taksi online. Tapi, untuk apa naik taksi online? Jelas-jelas dia bisa meminta sopir untuk mengantarnya."     

Dengan kekuatan yang Sean miliki di Jakarta, mempersiapkan seratus sopir untuk Giana bukanlah masalah. Lagi pula, itu juga akan lebih aman bagi Giana.     

Setelah tiba di Grand Giana, Sean memperhatikan Giana yang seperti sedang mencari seseorang, tetapi tidak bisa menemukannya. Giana kemudian mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Namun, tampaknya panggilannya tidak terhubung.     

"Apakah dia sedang menghubungi Cahyadi? Bagus! Momen-momen kalian berdua di Hotel Raffles belum cukup rupanya? Sekarang cinta lama bersemi kembali? Iya?"     

Sean merasa marah ketika melihat Giana yang kesal karena panggilannya tidak terhubung. Di mata Sean, wanita itu seperti tidak sabar untuk bertemu dengan kekasih lamanya. Dalam kemarahannya, Sean sangat ingin langsung menabrak Giana dengan mobilnya. Namun, saat dia baru saja mulai menjalankan mobilnya, lagi-lagi mesin mobilnya mati.     

"Brengsek! Mobil manual sialan!"     

Mungkin ini kehendak Tuhan.     

Emosi Sean memuncak dan dia langsung menghubungi Sandi. Sepertinya Sandi belum bangun dari tidurnya karena mengangkat telepon dengan nada suara yang mengantuk, "Kak Sean, ada apa?"     

Sean langsung berbicara tanpa basa-basi, "Aku ingin menanyakan sesuatu padamu. Jawablah dengan jujur dan jangan beritahu siapapun kalau aku menanyakan ini padamu! Jika tidak, kamu tahu konsekuensinya!"     

Sekarang Sean akan bersandiwara dan membuat Giana berinisiatif untuk mengajukan perceraian terlebih dulu. Jadi, Giana tidak boleh tahu bahwa Sean sedang menyelidikinya.     

"Kak Sean, luka pukulanmu yang terakhir kali bahkan belum sembuh. Aku tidak akan berani menentangmu, kecuali jika aku sudah bosan hidup," kata Sandi. Dia sangat takut pada Sean setelah dihajar sampai babak belur. Sementara ini, Sandi paling bisa diandalkan.     

"Apakah Cahyadi kembali ke Jakarta? Apakah dia pernah bertemu dengan Giana? Maksudku di Grand Giana," tanya Sean.     

Sandi dengan cepat menjawab, "Kak Sean, aku benar-benar tidak tahu. Sejak kamu rujuk dengan Giana dan dia menjadi direktur Grand Giana, aku diusir dari proyek itu. Aku dan ayahku bahkan tidak diizinkan ke sana. Kak Sean, kamu curiga Giana berhubungan dengan Cahyadi lagi? Tidak mungkin, kan? Sekarang keluarga Cahyadi sudah bangkrut, jadi untuk apa Giana masih menemuinya?"     

Pernyataan Sandi menyadarkan Sean.     

Sean sangat mengenal Giana. Dia tahu bahwa Giana sangat mencintai kekayaan dan sangat membenci orang miskin. Sementara, sekarang Cahyadi benar-benar sangat menyedihkan. Meskipun Giana pernah berhubungan dengan Cahyadi sebelumnya, sekarang dia tidak mungkin mau memiliki hubungan apapun lagi dengannya.     

Apa jangan-jangan bukan Cahyadi? Jika bukan Cahyadi, berarti ada pria lain selain Cahyadi! Ini bahkan semakin tidak bisa dibiarkan! pikir Sean.     

Mengingat kondisi Sean yang miskin saat itu, pilihan Giana untuk berselingkuh dengan Cahyadi merupakan sesuatu yang bisa dipahami. Namun, sekarang Sean adalah seorang presiden direktur. Bisa-bisanya Giana masih terjerat dengan pria lain?     

"Hah! Giana, kamu sering bilang dirimu berbeda dari Hilda, tapi apa bedanya kalian berdua?! Kamu bahkan tidak lebih baik darinya! Setidaknya dia selalu menunggu sampai suaminya pergi ke luar kota! Sedangkan, kamu melakukannya di depan mata kepalaku dan di proyek yang aku sendiri investasikan langsung untukmu!"     

Amarah di hati Sean semakin membara.     

Tiba-tiba Sandi bertanya, "Begini, Kak Sean. Aku rasa tidak mungkin itu Cahyadi. Mungkinkah orang itu arsitek yang baru direkrut Giana?"     

Sandi menjelaskan, "Yuana bilang dia tidak sengaja melihat sebuah mobil Aston Martin edisi terbatas di jalanan dua hari yang lalu, jadi dia membuntutinya sepanjang jalan karena menginginkan kontak WhatsApp pengemudinya. Tetapi, tanpa disangka, ternyata dia mengikuti mobil itu sampai ke Grand Giana. Begitu aku mencari tahu, ternyata orang itu adalah arsitek baru."     

"Kamu masih ingat nomor plat mobilnya?" tanya Sean.     

"Soal ini, aku harus menanyakannya pada adikku," jawab Sandi.     

"Baiklah. Tanyakan padanya dan kirimkan padaku," perintah Sean.     

Sesudah menutup telepon dan menunggu beberapa saat, Sean menerima nomor plat mobil itu. Sean langsung mengirimkannya pada Pengurus Fairus dan memintanya mencari nama pemilik nomor plat mobil itu. Pengurus Fairus segera membalas dengan satu nama, "Yoga Liono."     

Pada saat inilah akhirnya Sean mengerti segalanya. Cahyadi pergi ke Banten untuk meminta bantuan keluarga Liono. Yoga tidak hanya menyerang Sean di pasar saham, tetapi juga berhubungan dengan istrinya. Sean benar-benar tidak menyangkanya.     

Untungnya Yoga termasuk sebagai seorang pria terhormat. Jika dia seorang bajingan, kemungkinan Giana sudah dinodai sejak lama.     

"Cahyadi! Yoga! Siapapun itu yang sudah menggoda istriku, semuanya harus mati!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.