Ingin Kukatakan Sesuatu

Menyatakan Pembalasan Dendam!



Menyatakan Pembalasan Dendam!

0Sean sangat marah hingga tidak bisa tetap tenang. Tidak mungkin bagi seorang pria manapun untuk bisa tetap tenang menghadapi hal semacam ini.     
0

Sean segera menghubungi Andy. Begitu mengangkat panggilan, Andy langsung bertanya dengan hormat, "Tuan Muda, apa ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?"     

Sean langsung memerintah dengan penuh emosi, "Cari Cahyadi di seluruh penjuru Jakarta! Sesudah menemukannya, kebiri dia!"     

Binatang ini sudah menodai pernikahan Sean dan Giana selama ini. Dia bahkan pergi ke Banten untuk membuat Yoga menggoda istri Sean. Dia pantas mati.     

Andy memiliki beberapa pertanyaan, "Tuan Muda, bukankah sebelum ini Anda sudah berdamai dengan keluarga Pangestu? Bukankah Lusy Liono sudah menemani Anda tidur semalaman untuk menebus kesalahan putranya?"     

Andy tahu bahwa Sean adalah seseorang yang akan menepati janjinya. Jadi, jika sebelumnya Sean sudah berjanji pada Lusy, seharusnya Sean tidak akan mengubah apa yang sudah dijanjikannya.     

Memang benar, Sean tidak akan pernah melanggar janjinya. Sebelumnya dia sudah berjanji pada Lusy untuk melepaskan Cahyadi. Namun, syaratnya adalah asalkan Cahyadi belum pernah menyentuh Giana. Lusy yang berbohong terlebih dahulu dengan menyembunyikan kebenaran mengenai perbuatan putranya. Jadi, tidak heran jika Sean tidak menepati janjinya.     

Sean yang sedang marah pun menjawab dengan penuh emosi, "Jika aku menyuruhmu untuk melakukannya, maka lakukan saja! Untuk apa kamu banyak tanya?!"     

Andy dengan cepat meminta maaf, "Baik, baik, baik! Tuan Muda, begitu menemukan Cahyadi, saya akan langsung mengebirinya! Tapi, Tuan Muda, Lusy begitu mencintai putranya. Saya khawatir begitu berita ini tersebar, dia akan kembali memohon pada Tuan Muda. Bagaimana jika saya menyuruh orang untuk mengawasinya agar tidak mengganggu Anda?"     

"Cih," Sean berdecih dan mendengus dingin, "Jika dia bersedia menggunakan tubuhnya untuk memberikan ganti rugi bagiku, biarkan saja dia datang! Kali ini, aku pasti akan menidurinya!"     

Sekarang Sean sangat menyesal karena saat itu telah menolak Lusy yang datang padanya dan malah menyuruhnya bernyanyi sepanjang malam. Jika sekarang Lusy datang padanya, Sean pasti tidak akan peduli pada perbedaan usia dan generasi omong kosong itu. Dia pasti akan meniduri Lusy terlebih dulu untuk membalaskan dendamnya pada Cahyadi.     

Sean memerintahkan lagi, "Selain itu, jika kamu melihat Aston Martin one 77 dengan plat nomor Banten, hancurkan mobil dan pemiliknya sekaligus!"     

"Baik!" jawab Andy.     

Sean memiliki pengaruh besar di Jakarta dan awalnya dia hanya ingin hidup sebagai seorang bos biasa. Tapi, karena ada orang-orang yang berani memprovokasi Sean, jangan salahkan jika dirinya melakukan hal-hal yang kejam.     

Dengan kekuatan Andy di Jakarta, selama sekarang Cahyadi dan Yoga berada di Jakarta, kedua orang ini akan segera tahu berapa harga yang harus mereka bayar karena sudah merayu istri orang lain.     

Kring… Kring… Kring.. Kring.. Kriiing…     

Selagi Sean masih marah, ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata itu telepon dari istrinya, Giana.     

"Brengsek! Apa jangan-jangan aku ketahuan?"     

Sean sekarang sedang parkir di luar gerbang Grand Giana, jadi dia sangat khawatir jika Giana melihatnya. Dia buru-buru menundukkan kepalanya, menutupi wajahnya dengan setir, dan melihat ke arah Giana. Tempat Sean berada cukup jauh dari Giana. Barusan saja dia mengintai Giana dengan sebuah teropong militer.     

Dari posisi Giana sekarang, paling-paling dia hanya akan dapat melihat mobil Sean, tetapi sangat sulit untuk melihat siapa yang ada di dalam mobil.     

Sean tidak buru-buru menjawab panggilan Giana, tetapi segera mengambil teropongnya dan melihat Giana lagi. Dia melihat bahwa Giana sedang tidak melihat ke arahnya, tetapi sedang menghubunginya sambil berjalan memasuki rumah.     

"Seharusnya dia tidak melihatku, tapi untuk apa dia menghubungiku di jam ini?"     

Jantung Sean yang tadinya berdegup kencang kini berangsur-angsur tenang. Sesudah kembali tenang, Sean pun menerima panggilan Giana.     

"Halo?"     

"Halo, Suami? Kamu sudah sampai di kantor?"     

"Iya, sudah. Kamu? Sudah sampai di Grand Giana?"     

"Iya, aku juga baru saja sampai."     

"Oh. Lalu, kamu meneleponku karena…"     

"Giana merindukanmu, oke?" Giana mulai bertingkah manja.     

Sambil melihat Giana dari teropongnya, Sean mencibir di dalam hati, Hah! Merindukanku?! Aku lihat, kamu baru memiliki waktu senggang untuk merindukanku karena tidak menemukan kekasih simpananmu itu!     

Giana bertanya, "Suami, pasar saham tutup akhir pekan ini. Seharusnya kamu tidak terlalu sibuk, kan? Tidak ada yang bisa kulakukan di sini, jadi aku berencana pulang sebentar lagi. Bagaimana kalau nanti siang kita pulang ke rumah dan makan siang bersama? Aku akan meminta Ibu menyiapkan makan siang yang lebih mewah."     

"Bukankah biasanya kamu tidak ada waktu untuk pulang dan makan siang di rumah?" tanya Sean, "Kamu bahkan biasanya pulang sangat malam. Kenapa hari ini waktumu sangat luang? Bukankah seharusnya proyek di sana sibuk setiap harinya?"     

Tentu saja Sean tahu alasannya. Karena kekasih simpanan Giana tidak ada, tentu saja wanita itu tidak ingin tetap berada di lokasi pembangunan.     

"Oh, tidak ada masalah dengan bagian perancangan, jadi aku tidak perlu mengawasinya terus-menerus," Giana beralasan, "Udara di sini tidak bagus. Demi kesehatan bayi kita, mungkin ke depannya aku tidak akan sering datang ke sini."     

Sean mendengus dingin dalam hati, Alasanmu itu benar-benar banyak rupanya. Demi kesehatan bayi, katamu? Lalu, kenapa beberapa hari sebelumnya kamu tidak memikirkan kesehatan bayimu?!     

Dari suara Giana, Sean bisa mendengar bahwa kemungkinan Yoga tidak lagi berada di Jakarta dan juga tidak akan datang lagi ke depannya. Jika benar seperti ini, Sean jadi merasa sedikit kesal.     

Sean memiliki bukti perselingkuhan Giana dan Cahyadi, tetapi bagaimana dengan Yoga? Bagaimana jika Giana mati-matian menolak untuk mengakuinya? Atau, bagaimana jika memang belum sempat terjadi apa-apa antara Giana dan Yoga?     

"Oh, jadi begitu," Sean sengaja bertanya, "Aku dengar arsitek barumu cukup bagus. Kebetulan ada klien yang memintaku merekomendasikan seorang arsitek. Kamu bisa mengenalkannya padaku?"     

Dari teropongnya, Sean melihat ekspresi Giana yang jelas-jelas kebingungan.     

"Hah? Tidak," jawab Giana, "Dia hanya seorang anak magang. Baru bekerja beberapa hari. Dia sudah tidak datang lagi."     

"Oh, begitu rupanya," kata Sean sekenanya. Dia juga tidak mengatakan apa-apa lagi.     

"Iya. Kalau begitu, bekerjalah dulu, Suami. Aku tidak akan mengganggumu lagi."     

Giana segera menutup telepon. Sean juga meletakkan ponselnya dan teropongnya.     

"Dasar wanita penuh kebohongan!" kata Sean dengan penuh emosi, "Untung saja aku tepat waktu mengetahui kebenarannya dan tidak menjadikanmu ahli waris keluarga Yuwono-ku! Jika tidak, seberapa besar penghinaan yang aku terima jika kamu sudah menjadi pewaris aset ratusan miliar itu?!"     

Sean tidak ragu lagi bahwa begitu Giana berhasil mewarisi aset dan mendapatkan pembagian harta gono-gini sesudah bercerai, dia pasti akan semakin tidak terkendali seperti Hilda.      

Sean tidak berada di sana lebih lama lagi. Dia meninggalkan Grand Giana dan kembali ke perusahaan. Sesampainya di perusahaan, Sean mengurung diri di kantor presiden direktur dan tidak ingin bertemu dengan siapapun. Suasana hatinya sedang buruk sekarang.     

Tok! Tok!     

"Presdir Sean."     

Itu adalah suara Sekretaris Rosiana.     

Sean yang sedang sangat marah pun bangkit dan berdiri untuk membuka pintu, kemudian berteriak pada Rosiana, "Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk tidak menggangguku? Kamu sudah tidak ingin bekerja di sini lagi?"     

Rosiana sontak ketakutan. Sean selalu bersikap sangat lembut padanya. Selama ini, dia tidak pernah melihat Sean begitu marah seperti ini. Sambil gemetar, Rosiana melapor, "No… Nona Yuana ada di sini dan ingin bertemu dengan Presdir…"     

Pada saat itu, baru Sean menyadari bahwa Yuana sedang berdiri di belakang Rosiana. Dia mengenakan baju yang ayahnya suruh kenakan saat pertama kali datang ke perusahaan. Elegan, seksi, dan menunjukkan lekuk tubuhnya yang sempurna.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.