Ingin Kukatakan Sesuatu

Yoga Menyerang Citra Abadi!



Yoga Menyerang Citra Abadi!

0Tanpa terasa, seminggu telah berlalu.     
0

Suatu malam, tepat setelah Yoga mengantar Giana pulang dan kembali ke tempatnya menginap di Hotel Four Seasons, dia menerima telepon dari Cahyadi.     

"Halo, Adik Sepupu! Bagaimana perkembangan dengan 'mantan istri'-ku?" Cahyadi bertanya sambil tersenyum.     

Sekarang Cahyadi sedang tidak berada di Jakarta dan masih berada di Banten. Pengaruh Sean di Jakarta terlalu kuat. Cahyadi takut akan bertemu dengan Andy atau John jika dirinya kembali. Bisa-bisa mereka akan menghabisinya. Sebelum Yoga mengalahkan Sean, Cahyadi tidak akan kembali ke Jakarta dengan gegabah.     

Yoga menghela napas sebelum merutuk, "Sial! Jangan dibahas! Kami sudah saling mengenal hampir setengah bulan, tapi masih belum ada kemajuan!"     

"Giana baru saja menyuruhku mengantarnya pulang, kemungkinan juga karena melihat mobil mewah edisi terbatas seharga 100 miliar milikku!" Yoga terus mengeluh, "Sentuhan fisik bahkan sudah semakin tidak ada lagi! Kami hanya pernah berpegangan tangan di mobil. Oh! Saat kakinya terkilir terakhir kali, dia membiarkanku menggendongnya sekali."     

Cahyadi tertawa terbahak-bahak begitu mendengar cerita Yoga, lalu mengejek, "Tuan muda kedua keluarga Liono yang terkenal di Banten mengejar seorang wanita selama setengah bulan, tapi bahkan belum mendapatkan ciumannya? Adikku, jangan lagi kamu sebut diriku kampungan. Begini-begini, Kakak bahkan pernah tidur dengan Giana! Kamu masih jauh lebih buruk dari Kakak! Tahu tidak?!"     

Pada saat ini, Cahyadi merasa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari Yoga. Sementara, Yoga menjadi sangat marah. Bagaimana mungkin dia bisa membiarkan Cahyadi berada di atas angin?     

"Persetan! Dasar bedebah tukang pamer!" sergah Yoga, "Saat kamu mengejar Giana dulu, seperti apa kondisi suaminya saat itu? Hah?! Sekarang saat aku mengejar Giana, seperti apa kondisi suaminya sekarang? Saat itu Sean masih berpura-pura tertindas dan mengantar makanan, tapi sekarang Sean seorang presiden direktur!"     

Yoga melanjutkan, "Bukannya aku meremehkanmu, Cahyadi. Tapi, jika kamu mengejar Giana sekarang, dengan sikapnya yang acuh tak acuh dan ditambah perasaannya pada Sean, jangankan berpegangan tangan dengannya, dia bahkan tidak akan melirikmu sedikitpun!"     

"Aku percaya perkataanmu. Giana memang tidak sembarangan seperti Hilda," jawab Cahyadi.     

Sebelumnya, Yoga sengaja mendekati Hilda di Starbucks dan itu juga merupakan ide Cahyadi.     

Cahyadi berkata lagi, "Giana masih tahu batasan. Jika dibandingkan dengan Hilda, dia termasuk wanita yang baik. Hanya saja, wanita ini sangat mementingkan harga dirinya dan mencintai uang. Jika kamu bisa membuat Sean jatuh miskin, aku jamin kamu pasti akan mendapatkan Giana semudah membalikkan telapak tanganmu!"     

Yoga mulai mempertimbangkan dengan serius. Setelah bergaul dengan Giana dalam beberapa hari terakhir, Yoga sangat menyukai wanita cantik ini. Seorang putra konglomerat kaya seperti dirinya bahkan bisa mendapatkan selebriti yang dipuja-puja oleh jutaan orang. Tentu saja Yoga tidak akan rela jika dirinya tidak bisa mendapatkan seorang Giana.     

Setelah berpikir sebentar, Yoga berkata, "Oke, aku akan menyatakan perang secara resmi terhadap Sean dan membuat Grup Citra Abadi miliknya bangkrut!"     

Cahyadi merasa sangat bersemangat. Dia memang sangat menantikan hari itu tiba.     

———     

Tiga hari kemudian, Grup Citra Abadi berhasil menduduki setiap berita utama keuangan dan ekonomi di internet. Bahkan, banyak stasiun televisi yang sudah membuat laporan khusus tentang Grup Citra Abadi.     

Pembawa acara di Saluran Ekonomi menyampaikan, "Hari ini agensi penjualan singkat Bolidas menyusun 43 halaman laporan penjualan singkat Grup Citra Abadi yang terdaftar di pasar saham IHSG. Laporan tersebut menunjukkan bahwa laba yang diumumkan oleh Grup Citra Abadi meningkat sebesar 160 miliar dari tahun sebelumnya dan terjadi korupsi dalam manajemen perusahaan…"     

"...Dengan kata lain, Presdir Yuwono yang masih muda tidak memiliki kemampuan kepemimpinan yang baik dan menghamburkan uang dengan sembarangan. Bahkan, dikatakan bahwa saham Grup Citra Abadi saat ini tidak memiliki nilai…"     

"...Laporan penjualan singkat memicu penurunan tajam saham Grup Citra Abadi hingga hampir mencapai 23 persen dan tercatat sebagai penurunan terbesar yang pernah dialami. Sekarang Grup Citra Abadi telah mengumumkan penangguhan darurat dan menunggu Presdir Yuwono untuk memberikan klarifikasi…"     

"...Para reporter telah menghubungi Chintia Yandra dan Giana Wangsa selaku wakil presiden Grup Citra Abadi. Keduanya mengatakan bahwa isi dari laporan penjualan singkat tidak mencerminkan situasi perusahaan yang sebenarnya. Sekarang dewan direksi sedang mengadakan rapat darurat…"     

"...Grup Citra Abadi didirikan pada tahun 2003 dengan jangkauan manajemen aset nasional, investasi, perdagangan domestik, properti…"     

———     

Grup Citra Abadi sedang mengadakan rapat dewan direksi internal. Sean, Chintia, dan semua petinggi manajemen perusahaan turut hadir. Giana juga bergegas datang dari Grand Giana.     

Chintia menjawab panggilan telepon, kemudian melapor, "Presdir Sean, saya sudah menyelidiki bahwa laporan penjualan singkat 43 halaman itu dikeluarkan oleh Yoga Liono, cucu dari Yuangga Liono, Presiden Direktur Secepat Kilat Express."     

Di ruang rapat, para pemegang saham mulai berbisik-bisik.     

"Apakah dia orang dari keluarga Liono yang berasal dari Banten?"     

"Saya sudah menyangka! Mana mungkin kita menjadi sasaran Bolidas tanpa alasan? Apa mungkin ini adalah balas dendam pribadi terhadap Presdir Sean?     

"Apa jangan-jangan karena apa yang terjadi antara Presdir dan Lusy Liono?"     

Sean tertawa dan menjawab dengan sangat tenang, "Ternyata ulah orang dari keluarga Liono. Sepertinya usaha Cahyadi pergi ke Banten untuk meminta bala bantuan bisa dikatakan cukup membuahkan hasil."     

Sean tidak peduli dengan serangan keluarga Liono.     

Saat Sean menyerang keluarga Pangestu dan membuat mereka bangkrut waktu itu, Chintia sempat mengingatkan bahwa ibu Cahyadi berasal dari keluarga papan atas yang terkenal di Banten. Akan tetapi, Sean langsung mencibir. Ternyata sekarang Sean juga masih bersikap seperti itu.     

Memangnya kenapa kalau berasal dari keluarga Liono? Memangnya kenapa kalau masuk dalam peringkat konglomerat kaya di Indonesia? Memangnya kenapa jika asetnya mencapai ratusan triliun? Mereka bahkan belum tahu kekuatan keluarga Yuwono yang sebenarnya! begitu pikir Sean.     

Di permukaan, keluarga Yuwono bernilai ratusan triliun. Tetapi, pada kenyataannya, Sean sendiri yang merupakan keturunan keluarga Yuwono bahkan juga tidak mengetahui jumlah pasti uang yang mereka miliki saking banyaknya. Keluarga Liono dan keluarga Yuwono sama sekali tidak berada di level yang sama.     

Sean mengetuk meja konferensi yang panjang hingga membuat semua orang diam. Setelah suasana menjadi tenang, dia berkata, "Semuanya tidak perlu panik. Masalah ini disebabkan oleh urusan pribadi saya sehingga saya, Sean Yuwono, pasti akan menyelesaikannya dengan baik dan memberi penjelasan pada seluruh pemegang saham. Saya berjanji bahwa setiap orang tidak akan kehilangan satu sen pun karena insiden ini."     

Semua orang tahu bahwa Sean bisa terjun menjadi presiden direktur karena memiliki latar belakang yang tidak terduga, jadi mereka buru-buru memujinya.     

"Apa yang Presdir Sean katakan benar! Akan tetapi, konglomerat generasi ketiga ini ingin memprovokasi Presdir Sean. Pasti Yuangga Liono juga tidak memiliki pemikiran yang dangkal, jadi kita harus percaya pada Presdir Sean!"     

"Bahkan jika Yuangga ikut campur, saya yakin beliau bukan tandingan Presdir Sean kita!"     

"Benar, benar!"     

Sean menatap Chintia dan memerintahkan, "Chintia, segera siapkan laporan klarifikasi dan kirimkan ke media."     

"Baik!"     

Setelah meyakinkan dewan direksi dan memerintah Chintia, Sean juga menelepon Presdir Hartono, "Presdir Hartono, meskipun 11.11 masih beberapa bulan lagi, saya ingin menandatangani beberapa kontrak kerja sama dengan Anda lebih awal. Saya tahu Presdir Hartono sudah pensiun dan tidak akan menangani banyak hal secara langsung, tapi Anda tidak perlu khawatir. Saya pastikan semua pemegang saham Anda akan puas dengan harganya."     

Presdir Hartono yang berada di ujung telepon tertawa dan berkata, "Orang lain tidak tahu bahwa keluarga Yuwono memperlakukan uang sudah seperti bunga kertas, tapi memangnya saya tidak tahu? Kalau begitu, terima kasih atas kemurahan hati Presdir Sean. Saya mewakili para pemegang saham menyetujui permintaan Anda. Setengah jam lagi, Anda bisa menghubungi mereka secara langsung saja!"     

"Terima kasih."     

Setelah itu, Sean menelepon beberapa orang lagi. Dengan bantuan para petinggi dan dukungan uang keluarga Yuwono, saham mereka pasti akan meningkat tajam besok.     

Tidak lama setelah rapat berakhir, Giana buru-buru datang ke kantor Sean dan bertanya, "Suami, ada apa? Aku dengar Grup Citra Abadi menjadi sasaran? Kamu tahu siapa yang melakukannya?"     

"Keluarga Liono yang berasal dari Banten, Yoga Liono," jawab Sean.     

Sekujur tubuh Giana membatu dan jantungnya seakan mau copot.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.