Ingin Kukatakan Sesuatu

Kebohongan Giana!



Kebohongan Giana!

0Tetesan hujan terus jatuh di jendela mobil. Tidak ada cahaya yang menerangi tempat parkir Yoga dan Giana. Selain itu, kaca film mobil mewah Aston Martin ini sangat gelap sehingga bagian dalam mobil tidak mungkin bisa dilihat dari luar. Apalagi, Yoga juga mematikan lampu depan mobilnya.     
0

Saat ini, Yoga dan Giana seperti bersembunyi di ruangan gelap kecil yang tersembunyi. Sangat aman bagi orang lain untuk menyadari keberadaan mereka berdua. Keadaan seperti ini membuat Giana merasa 'sangat aman'. Bahkan jika dia melakukan sesuatu dengan Yoga di dalam mobil, tidak akan ada orang di luar yang bisa melihatnya.     

Giana dan Yoga berpegangan tangan layaknya sepasang kekasih. Giana pun berkata, "Yoga, sebenarnya aku memiliki perasaan yang cukup baik padamu. Kamu begitu tampan dan bersinar. Selain itu, latar belakang keluargamu juga baik. Gadis mana yang tidak akan menyukaimu? Tapi, bagaimanapun juga, kita baru saja saling mengenal. Sekarang suamiku juga memperlakukanku dengan sangat baik. Maafkan aku. Aku hanya bisa menolakmu."     

Yoga menangkap maksud terselubung dari jawaban Giana dan bertanya, "Jika kita sudah lama bersama dan jika suamimu memperlakukanmu dengan buruk, apakah kamu akan mempertimbangkanku?"     

Kali ini Giana tidak menolak dengan tegas, tetapi tidak menjawab selama beberapa saat.     

Sebagai penasihat, Hilda sudah mengingatkan Giana bahwa lebih baik menjadikan Yoga sebagai ban serepnya. Jadi, jika terjadi masalah dengan Sean di masa depan, atau jika Giana gagal mewarisi harta keluarga Yuwono, setidaknya dia masih bisa membodohi putra konglomerat super kaya yang bodoh ini.     

"Kemungkinan saat itu kamu sudah memiliki pacar," balas Giana.     

Tanpa disangka, Yoga menjawab dengan penuh kasih sayang, "Tidak akan! Aku tidak akan mencari pacar. Aku akan terus menunggumu. Tiga tahun, lima tahun, atau sepuluh tahun sekalipun, aku bersedia! Meskipun kamu sudah punya anak, aku juga tidak keberatan!"     

Giana memandang Yoga dengan sangat tersentuh dan tak habis pikir, Seorang triliuner bersedia menjadi ban serep?!     

Sebulan yang lalu, Giana meminta Sean untuk menjadi ban serepnya dan menunggunya selama tiga tahun. Giana kemudian akan kembali bersama Sean setelah menikah dengan Cahyadi, memiliki anak, bercerai, dan membagi harta warisan. Namun, Sean langsung menolaknya mentah-mentah.     

Mereka sama-sama seorang triliuner. Sean enggan menjadi ban serepnya, sedangkan Yoga malah bersedia.     

Huh! Seharusnya Sean mendengar apa yang Yoga katakan barusan. Padahal, mereka memiliki nilai yang hampir sama. Mengapa Yoga mau menungguku, tapi Sean tidak?! pikir Giana. Sekarang dia bahkan sedikit mengeluh tentang Sean.     

Giana terlebih dahulu memegang tangan Yoga dengan lebih erat dan berkata, "Yoga, kamu sangat bodoh."     

Tentu saja Yoga tidak benar-benar bodoh. Ucapannya barusan hanyalah untuk membujuk Giana. Bagaimana mungkin seorang triliuner rela menjadi ban serep selama beberapa tahun?     

Justru Giana yang bodoh. Dia pikir dengan mengandalkan kecantikannya yang tiada tara, semua pria di dunia akan rela menjadi anjingnya?     

"Aku merasa sangat senang bisa memiliki seorang wanita yang membuatku menjadi bodoh seperti ini," Yoga kembali berbicara dengan penuh kasih sayang sambil mengambil kesempatan untuk mencium Giana, tetapi Giana menolak.     

"Tidak bisa…" tolak Giana, "Aku tidak bisa melakukan sesuatu yang melukai suamiku."     

Perkataan tegas Giana seolah memperingatkan Yoga bahwa mereka bisa berpegangan tangan, tetapi sama sekali tidak bisa berciuman.     

Giana bukan wanita seperti Hilda. Dia masih memiliki batasan.     

"Oke," jawab Yoga. Dia tidak memaksa dan terus berpura-pura menjadi pria jantan.     

Giana melepaskan tangan Yoga. "Aku sudah harus pergi."     

Di luar masih hujan. Yoga segera keluar dari mobil, lalu berlari dan membukakan pintu mobil untuk Giana sambil memayunginya. Sesudah itu, Yoga menyerahkan payung itu pada Giana.     

"Sampai jumpa."     

"Sampai jumpa besok! Aku akan tiba di Grand Giana pukul lima pagi!"     

Giana tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa lagi, kemudian menyeberang jalan. Sementara, Yoga menatap punggung indah Giana yang terus berjalan menjauh dan merasa jantungnya berdebar kencang.     

"Sial! Kapan aku bisa menaklukan wanita ini? Setidaknya hari ini sudah ada kemajuan karena Giana sudah berpegangan tangan denganku," keluh Yoga, "Hah! Sean, kamu sudah mempermalukan keluarga Liono kami! Aku pasti akan membalasnya!"     

———     

Pada pukul setengah lima pagi keesokan harinya, Sean baru saja bangun dan membalikkan tubuhnya karena ingin memeluk istri tercintanya. Namun, ketika berbalik, ternyata Giana tidak ada di tempat tidur.     

Setelah Sean bangun dari tempat tidur, dia melihat Giana sedang merias wajah di meja rias yang ada di luar. Wanita itu bahkan sudah berpakaian dengan sangat cantik. Sean merasa ini sangat aneh. Dia ingat bahwa Giana biasanya belum bangun hingga pukul sembilan atau bahkan sepuluh. Tapi, kenapa hari ini Giana bangun pagi-pagi sekali?     

"Istri, kenapa kamu bangun pagi-pagi sekali?" tanya Sean.     

Ketika Giana melihat Sean, dia meletakkan lipstik Saint Laurent yang dipegangnya dan berjalan menghampiri Sean. Dia memegang tangan Sean, mencium bibirnya, lalu berkata, "Suamiku, kamu sudah bangun rupanya. Aku sudah tidak bisa tidur, jadi aku ingin berangkat lebih awal untuk mengawasi Grand Giana."     

Sean melirik cuaca di luar jendela dan melihat bahwa di luar masih hujan rintik-rintik. Dia mencubit hidung Giana dengan penuh kasih sayang dan berkata, "Kenapa akhir-akhir ini kamu begitu suka bekerja? Setiap hari kamu pergi lebih awal dan pulang terlambat. Sekarang kamu sudah menjadi seorang ibu, jadi perhatikan kesehatanmu. Pembangunan Grand Giana sudah dimulai. Aku sangat mencemaskanmu."     

Giana membalas dengan manja, "Aduh… Sekarang aku baru hamil satu bulan. Lagi pula, aku juga tidak melakukan olahraga berat. Tidak apa-apa. Aku bosan di rumah sendirian karena kamu bekerja setiap hari, jadi lebih baik aku mengawasi pekerjaan di sana saja. Aku juga ingin pembangunan Grand Giana bisa selesai sebelum anak kita lahir."     

Sean merasa dirinya terlalu sibuk bekerja hingga sudah mengabaikan Giana, sementara Giana yang saat ini sedang hamil butuh ditemani. Namun, pelatihan bisnis yang ditugaskan keluarga Yuwono padanya juga memiliki target yang harus dicapai. Mau tidak mau, Sean pun harus menghabiskan waktunya di perusahaan setiap hari. Jika tidak, akan sulit untuk lulus dari ujian ini dalam satu atau dua tahun.     

"Bagaimana kalau hari ini aku tidak bekerja dan menemanimu di rumah?" tanya Sean.     

Jika Sean mengatakan ini tiga hari yang lalu, Giana tentu akan sangat senang. Namun, sekarang dia sudah mengenal Yoga.     

Yoga tidak sedewasa Sean dan penampilannya sedikit di bawah Sean. Kemampuannya juga tidak dapat dibandingkan dengan Sean. Tetapi, setelah melihat wajah Sean selama tiga tahun, Giana merasa agak bosan.     

Sementara, Yoga adalah seseorang yang baru dan bagaikan angin segar bagi Giana. Selain itu, Yoga juga lebih rendah hati daripada Sean dan lebih bisa membuat Giana bahagia.     

Ketika mengingat bahwa saat ini Yoga sedang menunggunya di Grand Giana, Giana segera menjawab, "Jangan… Suami, lebih baik kamu bekerja saja. Aku ingin kamu lulus dari pelatihan bisnis ini sesegera mungkin sehingga Kakek akan memandangmu dengan lebih baik!"     

Giana mendorong Sean kembali ke kamar sambil berkata lagi, "Suami, turuti aku. Tidurlah sebentar lagi. Tidak usah memedulikanku. Jika kamu merindukanku, langsung hubungi aku saja. Oke?"     

Sean tidak mengatakan apa-apa lagi dan melanjutkan tidurnya.     

———     

Setengah jam kemudian, hujan rintik-rintik yang segar tetap berlanjut di lokasi pembangunan Grand Giana. Di hutan maple berdaun merah terdapat sebuah mobil karavan. Di dalamnya, terus terdengar tawa sepasang pria dan wanita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.