Ingin Kukatakan Sesuatu

Yoga Datang ke Jakarta



Yoga Datang ke Jakarta

0Hilda segera menjawab telepon Giana, "Aku sedang berbisnis di Starbucks. Bagaimana? Apa ada kabar baik?"     
0

Giana langsung menjawab dengan gembira, "Iya, iya! Aku hamil!"     

"Benarkah? Syukurlah… Astaga! Sela—Aduh!"     

Hilda merasa sangat senang dan bersemangat karena sahabat baiknya hamil. Namun, tiba-tiba dia terdengar berteriak. Ternyata ada seorang pria di Starbucks yang sedang membawa kopi dan tidak sengaja menumpahkannya ke baju bahu kiri Hilda.     

Awalnya Hilda sangat marah. Tetapi, saat dia mendongak sambil mengamuk, dia melihat bahwa pria itu adalah seorang berondong segar yang tinggi dan tampan. Amarahnya langsung hilang dalam sekejap.     

"Kenapa? Hilda?" tanya Giana. Dia mengkhawatirkan Hilda setelah mendengar jeritan sahabat baiknya itu.     

"Oh, tidak apa-apa. Seseorang menumpahkan minumannya di badanku," jawab Hilda, "Sudah dulu, ya… Nanti kita bicara lagi."     

Setelah Hilda menutup telepon, pria tampan itu dengan sopan meminta maaf pada Hilda, "Maafkan aku, Nona. Biar aku bersihkan."     

Pria tampan itu mengeluarkan tisu dan membantu Hilda menyeka tumpahan kopi itu.     

Hilda mengamati pria muda ini. Sepertinya usianya sekitar tiga sampai lima tahun lebih muda darinya. Dia terlihat menawan, rapi, dan memiliki proporsi tinggi badan yang sangat baik. Persis seperti tipe kesukaan Hilda.     

Hilda berkata, "Kakak, bajuku ini Gucci. Meskipun kamu membersihkannya, aku sudah tidak bisa memakainya lagi."     

"Kalau begitu biar kubelikan lagi untukmu, ya?" tawar pria muda itu, "Berapa harganya?"     

Hilda tertawa. "Terlalu blak-blakan jika bicara tentang uang. Kamu sendirian? Duduklah."     

Pria muda itu duduk dengan patuh di seberang Hilda. Hilda terus bertanya, "Pria tampan, siapa namamu?"     

Pria itu tersenyum malu-malu dan menjawab, "Nama saya Yoga Liono."     

———     

Sean datang ke Perumahan Kelapa Gading di malam hari untuk bergabung dengan makan malam keluarga Wangsa. Begitu memasuki pintu, para anggota keluarga Wangsa menyambutnya dengan hangat.     

"Kakak Ipar sudah datang," sapa Yuana yang juga berperilaku sangat baik.     

Sean tersenyum dan mencubit pipi tembam Yuana, lalu berkata, "Akhirnya kamu bersedia memanggilku Kakak Ipar! Sudah tidak memperlakukanku sebagai calon suamimu, ya?"     

Sebelumnya Yuana ingin merebut Sean dari Giana. Bahkan, setiap kali bertemu dengannya, Yuana selalu menulis surat cinta untuknya.     

Yuana menghela napas. "Nasi sudah menjadi bubur. Aku sudah tidak memiliki kesempatan."     

"Nasi sudah menjadi bubur?"     

Sean mengira Yuana menggunakan peribahasa yang salah lagi. Akan tetapi, baru saja dia berjalan ke meja makan, Giana memberitahunya sebuah kabar baik.     

"Suamiku, kamu akan menjadi seorang ayah!" Giana memberitahu Sean dengan girang.     

Keluarga Wangsa bersorak dan mengucapkan selamat pada Sean. Sean merasa sangat girang tak kepalang. Dia memeluk dan mencium bibir Giana. Dia juga merasa senang karena akan memasuki babak baru dalam hidupnya.     

Lana menyapa Sean dengan hangat dan menyuruhnya duduk sambil tersenyum lebar.     

"Sean, untuk nama anak, kamu tidak boleh membiarkan kakekmu yang memilihnya," kata Lana, "Selain itu, begitu Ibu dengar Giana hamil, banyak keluarga yang ingin mengikat perjodohan dengan kita! Ada seorang teman sekolah Ibu…"     

Sebelum Lana mengatakannya, Jayadi memarahinya, "Teman-teman sekolahmu itu mana mungkin pantas dijodohkan dan bersanding dengan cucu kita? Kamu benar-benar tidak bisa diandalkan!"     

Lana membalas, "Di antara teman-teman sekolahku juga ada orang kaya, oke?"     

Lana dan Jayadi sering bertengkar sehingga Sean dan Giana menganggapnya sebagai lelucon. Mereka bahkan mendengarkannya sebagai hiburan.     

Pada saat makan malam, tiba-tiba Sean bertanya, "Bagaimana perkembangan Grand Giana? Jika Grand Giana bisa selesai dibangun sebelum anak kita lahir, itu sangat bagus,"     

Giana menjelaskan, "Semuanya berjalan dengan sangat baik, tapi aku tidak suka arsitek dari negara kepulauan itu. Terlalu susah untuk berkomunikasi dengannya. Aku rasa lebih baik mencari arsitek dari dalam negeri saja. Suamiku, kamu tidak akan marah, kan?"     

Arsitek sebelumnya adalah arsitek terkenal dari sebuah negara kepulauan yang dipilih Sean untuk bekerja untuk Giana.     

Sean tersenyum dan menjawab, "Mana mungkin? Kamu bertanggung jawab atas proyek itu, jadi kamu bisa menggunakan arsitek dari negara manapun yang kamu inginkan."     

———     

Saat ini di Hilda sedang berada di Hotel Four Seasons.     

Hilda membentangkan syalnya, mengenakan jubah mandi, dan merokok. Tiba-tiba dia menyadari bahwa jam tangan yang dikenakan pria tampan di sampingnya sebenarnya adalah Rolex Submariner Green.     

Biasanya, jam tangan semacam ini banyak dipalsukan. Hanya saja, Hilda merupakan wanita kalangan atas yang dikelilingi oleh orang-orang kaya dan terhormat. Dia juga sering pergi ke berbagai toko barang mewah. Jadi, tentu saja dia dapat membedakan mana yang asli dan mana yang palsu dalam sekali pandang.     

Hilda mengambil jam tangan yang ada di tangan pria itu dan dalam sekejap mengenali bahwa jam tangan itu asli. Dia tersenyum tipis dan memandang pria tampan yang sedang merokok di tempat tidur, lalu berkata, "Yoga, kamu tidak terlihat seperti seseorang yang tidak mampu membeli pakaian Gucci-ku."     

Pagi ini, Yoga 'tidak sengaja' menumpahkan kopi ke pakaian mahal Hilda di Starbucks. Hilda tidak menyuruh Yoga menggantinya, tetapi menyuruh pria itu untuk tidur dengannya. Menggoda seorang pria dengan cara seperti ini juga merupakan trik yang biasa digunakan oleh Hilda.     

Yoga tersenyum dan berkata, "Sejak awal aku tidak pernah bilang bahwa aku tidak mampu menggantinya. Bagiku, bajumu ini adalah makanan sehari-hariku."     

Hilda merasa ada yang aneh dari Yoga.     

"Kalau kamu begitu kaya, memiliki perawakan yang tinggi, dan juga tampan seperti ini, kenapa kamu membiarkan dirimu jatuh ke perangkap wanita yang lebih tua seperti diriku?" tanya Hilda, "Secara logika, laki-laki sepertimu bisa mendapatkan wanita mana pun."     

Hilda sadar diri. Meskipun dia terlihat lebih baik dari kebanyakan gadis lainnya, dia jelas tidak termasuk cantik. Selain itu, dia sudah lama menikah dan usianya juga sudah terbilang cukup tua bagi pria berusia dua puluhan.     

Yoga tersenyum nakal dan berkata, "Coba tebak."     

Tiba-tiba Hilda memiliki firasat buruk dan bertanya, "Dari mana asalmu?"     

Yoga langsung menjawab dengan lugas, "Banten."     

Hilda sontak tercengang. Namun, dia segera bertanya lagi, "Ada hubungan apa kamu dengan Yuangga Liono?"     

Yoga sedikit terkejut. Dia turun dari tempat tidur dan menjawab, "Dia kakekku."     

Hilda semakin terkejut. Pemuda di depannya ini ternyata cucu dari bos besar pengiriman kilat domestik. Aset keluarga Liono bernilai lebih dari ratusan triliun. Pemuda ini seratus kali lebih kaya dari Hilda. Baru pada saat itulah Hilda mengerti mengapa Yoga mendekatinya.     

"Kamu… Jangan-jangan kamu datang untuk membalas dendam pada Sean dan Giana?" tebak Hilda, "Tuan Yoga, jangan dengarkan omong kosong yang dikatakan si bajingan Cahyadi itu! Benar-benar tidak terjadi apapun di antara Sean dan bibimu. Dia hanya menyuruh Bibi Lusy untuk bernyanyi saja di sana."     

Hilda memiliki hubungan persahabatan yang erat dengan Giana sehingga dia pun ingin mencegah bencana yang bisa terjadi pada sahabat baiknya itu.     

Yoga mendengus dingin. "Hanya orang bodoh yang akan percaya padamu! Sean si binatang itu sudah berani mempermalukan bibiku dan membuat keluarga Liono kehilangan muka! Bagaimana mungkin aku membiarkannya begitu saja?!"     

"Lalu, apa yang ingin kamu lakukan? Aku peringatkan kamu, Sean memiliki kekuasaan yang sangat besar di Jakarta. Kamu pernah dengar tentang Andy Laksono? Dia anak buah Sean!"     

Hilda bermaksud untuk menakut-nakuti bocah impulsif ini. Namun, Yoga malah tersenyum.     

"Jangan khawatir. Aku tidak berencana untuk melawan Sean," kata Yoga, "Istri Sean memiliki wajah yang cantik dan aku menyukainya. Bukankah kamu sahabat baik Giana? Bantu aku untuk mendapatkannya!"     

Hilda segera menolak, "Tidak bisa! Giana sudah susah payah untuk memiliki hubungan yang stabil dengan Sean dan mendapatkan kepercayaannya. Sekarang dia bahkan sedang mengandung anak Sean. Aku tidak bisa membiarkanmu menghancurkan kebahagiaannya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.