Ingin Kukatakan Sesuatu

Berpegangan Tangan untuk Pertama Kalinya!



Berpegangan Tangan untuk Pertama Kalinya!

0Awalnya High Class Private House Project merupakan usulan dari Giana dan Sean saat masih menjadi suami istri. Tetapi, karena kedudukan keluarga Jayadi tidak sebanding dengan keluarga Jayanata, akhirnya proyek ini pun jatuh ke tangan keluarga Jayanata.     
0

Karena saat ini Presdir Yuwono sudah menutup pintu bagi seluruh keluarga Jayanata, Giana sangat ingin mencobanya.     

Yuana berkata dengan nada mencibir, "Kami sekeluarga saja tidak ditemui oleh Presdir Yuwono. Apa kamu pikir dia akan menemuimu? Kamu pikir kamu ini siapa?"     

Lana yang berada di samping segera membela Giana dan membantu putrinya berbicara, "Bu, biarkan Giana mencobanya saja. Lagi pula, sejak awal proyek ini adalah usulan Giana."     

Nenek Wangsa berpikir sejenak. Dia merasa sudah tidak ada jalan lain selain pergi sendiri ke sana atau membiarkan keluarga Jayadi mencobanya.     

Akhirnya Nenek Wangsa berkata, "Baiklah. Giana, kamu pergi saja ke sana. Jika sampai masih tidak bisa juga, aku akan langsung datang sendiri untuk mengunjungi Presdir Yuwono! Singkatnya, keluarga kita harus bisa bekerja sama dengan Grup Citra Abadi, bagaimanapun caranya!"     

———     

Pada pukul dua siang, Giana datang ke gedung kantor Grup Citra Abadi.     

Giana mengenakan sweter putih tipis, rok kotak-kotak merah, dan juga kalung Swarovski. Pakaian itu membuatnya terlihat polos dan gayanya terlihat seperti baju santai saat di rumah.     

"Nona Giana, silakan menunggu di ruang rapat terlebih dahulu. Presdir Yuwono masih sibuk."     

Rosiana membawa Giana ke ruang rapat dan menyuguhkan segelas air putih untuk Giana.     

Minuman yang disuguhkan oleh Rosiana tepat seperti apa yang Giana inginkan karena dia tidak begitu menyukai minuman-minuman yang manisnya tidak karuan dan lebih menyukai air putih saja, terutama air madu. Menurut Giana, meminum air adalah perawatan diri paling efektif bagi dirinya.     

Selama tiga tahun terakhir, setiap pagi Giana akan meminta Sean untuk menyeduhkan segelas air madu untuknya. Sesudah bercerai, mau tidak mau Giana harus membuat air madunya sendiri selama beberapa hari ini. Setiap hari, di saat inilah Giana akan selalu teringat akan Sean.     

Pada saat Rosiana tiba di ruang kantor Presiden Direktur, Sean dan Chintia berada di sana.     

Rosiana melapor, "Presdir Yuwono, Nona Giana ada di sini."     

Chintia melambaikan tangannya dan menyuruh Rosiana keluar. Akan tetapi, ketika Chintia melihat perubahan pada raut wajah Sean, dia pun bertanya, "Kamu mau bertemu dengannya?"     

Sean menjelaskan, "Jayanata, Yuana, dan Sandi datang untuk membicarakan kontrak, tapi semuanya sudah kutolak. Jika terus begini, orang-orang keluarga Wangsa pasti akan merasa bahwa kita sedang mempermainkan mereka."     

"Karena memang sudah memutuskan untuk bekerja sama dengan mereka, kalau begitu berikan saja 140 miliar pada mereka. Chintia, ambilkan kontraknya."     

Chintia menyerahkan kontrak tersebut pada Sean. Sean pun mengambil kontrak itu dan berjalan menuju ruang rapat.     

Begitu membuka pintu dan melihat Giana, Sean merasa seperti sedang berada di tempat lain. Sean terlalu akrab dengan pakaian ini. Pakaian ini adalah pakaian favorit Giana.     

Giana sering berpakaian seperti ini saat berada di rumah. Sean juga sangat menyukai baju ini karena saat Giana memakai baju ini, mantan istrinya itu terlihat begitu polos, seperti saat pertama kali mereka bertemu. Gadis kuliahan yang masih sangat pemalu.     

Terlepas dari apakah saat ini Sean membenci Giana atau tidak, dia harus mengakui bahwa wajah dan penampilan Giana saat ini benar-benar dapat membuatnya terkesan. Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh Yuana, bahkan dengan memakai ratusan cheongsam sekalipun.     

Hanya saja, kedatangan Sean kesini bukan untuk mengagumi kecantikan mantan istrinya ini.     

Sean berjalan masuk dan menutup pintu ruang rapat, kemudian berkata pada Giana, "Kamu yang datang rupanya."     

Giana mengangguk dan menjawab, "Iya. Presdir Yuwono sangat sibuk, ya? Sepertinya satu setengah jam ke depan dia juga tidak akan datang. Duduklah dan temani aku mengobrol."     

Sean tertawa dan membalas, "Tidak ada yang bisa aku bicarakan denganmu."     

Setelah itu, Sean langsung melemparkan kontrak ke hadapan Giana dan berkata, "Lihat dulu kontrak ini. Jika tidak ada masalah, langsung tanda tangani saja. 140 miliar ini akan dibagi dan ditransfer sebanyak tiga kali ke rekening perusahaanmu dalam waktu seminggu."     

Giana sangat terkejut dan berseru, "Presdir Yuwono sudah setuju? Aku kira dia masih ingin mendalami kontrak ini terlebih dahulu, baru akan memberikan uangnya!"     

Giana dengan senang hati membuka kontrak yang ada di hadapannya, kemudian sekilas melihat dua kata bertuliskan 'Grand Giana' yang diketik dengan huruf kapital di bagian atas halaman pertama kontrak. Dia terkejut dan memekik, "Grand Giana?! Bagaimana bisa sampai menggunakan nama ini?!"     

Dua kata 'Grand Giana' ini benar-benar tidak asing bagi Giana. Ketika Sean mengusulkan ide ini lebih dari setengah tahun yang lalu, dia menamai proyek ini 'Grand Giana' karena dia membantu memikirkan proyek ini demi Giana. Tentu saja Sean ingin menamai proyek ini dengan nama Giana.     

Saat itu, Sean berpikir bahwa bahkan jika keluarga Wangsa tidak menyetujuinya, dia akan menggunakan uang keluarganya untuk memulai proyek 'Grand Giana' ini setelah tugasnya selama tiga tahun selesai. Siapa yang mengira bahwa ternyata Giana akan mengkhianatinya? Meskipun begitu, Sean berharap untuk terus menggunakan nama yang sejak awal sudah dipikirkannya.     

Sean berkata dengan dingin, "Nama yang sebelumnya terlalu biasa, jadi Presdir Yuwono memutuskan untuk mengubahnya. Kenapa? Kamu tidak suka dengan nama ini?"     

Bagaimana mungkin Giana tidak menyukainya? Perumahan keluarga-keluarga kaya di Jakarta akan dinamai dengan namanya! Entah betapa bangganya Giana saat ini.     

Hanya saja, sesudah Giana memberitahukan nama ini pada neneknya saat itu, di detik itu pula neneknya menolak mentah-mentah. Jayanata bahkan dengan blak-blakan berkata, "Giana tidak layak!"     

Giana yang hampir menangis kegirangan pun berdiri dan berkata, "Sean! Apa kamu yang sudah memohon pada Presdir Yuwono untuk menggunakan nama ini? Ya Tuhan! Kamu hanyalah seorang pengawal. Bagaimana bisa Presdir Yuwono mau mendengarkanmu? Apa jangan-jangan kamu… berlutut dan memohon padanya?"     

Giana sangat tersentuh. Dia tahu bahwa hal ini pasti ada hubungannya dengan Sean. Jika tidak, Presdir Yuwono tidak mungkin mengetahui nama asli proyek 'Grand Giana' ini.     

Giana yang merasa tersentuh pun memegang tangan Sean untuk pertama kalinya dalam tiga tahun sambil berkata dengan lembut, "Terima kasih, ya, Sean."     

Begitu Sean merasakan tangan lembut Giana menyentuh tangannya, perasaannya menjadi tidak karuan. Selama tiga tahun menjadi suami Giana, dia bahkan tidak pernah menyentuh tangan wanita ini.     

Ini adalah pertama kalinya bagi Sean menyentuh tangan Giana. Ternyata tangan mantan istrinya itu terasa begitu lembut dan halus. Namun, Sean tetap menarik tangannya dan membalas, "Tidak juga. Presdir Yuwono sangat menyukai nama Giana yang berarti 'Tuhan sangat baik'. Itulah sebabnya Presdir Yuwono memutuskan untuk menggunakan nama ini."     

Meskipun Sean sudah membantah, Giana tersenyum dan berkata, "Pasti kamu yang memohon dengan sangat pada Presdir Yuwono hingga dia menyetujuinya. Kenapa tidak berani mengakuinya? Aku tahu kalau kamu masih mencintaiku."     

Sean tidak ingin membicarakan topik ini sehingga dia menjawab singkat, "Jangan membahas hal ini. Cepat tanda tangan saja."     

Giana khawatir akan melewatkan kesempatan ini. Jika dia berhasil menjalankan hal ini dengan baik, Nenek pasti akan sangat senang. Jadi, Giana segera menandatangani kontrak tersebut dan membubuhkan stempel Duta Jaya Property.     

Kontrak tersebut memiliki satu salinan. Sean mengambil salah satunya, kemudian berbalik untuk pergi.     

"Tunggu sebentar," Giana menghentikan Sean dan berkata, "Aku sangat senang karena kamu bisa membujuk Presdir Yuwono untuk menggunakan nama 'Grand Giana' ini. Begini saja. Nanti siang aku akan mentraktirmu makan. Kamu ingin makan di mana? Bagaimana kalau pergi ke depot di luar kota yang paling kamu sukai itu? Depot… Apa namanya? Mie Bebek Instan?"     

Sean berbalik dan menolak, "Terima kasih. Aku sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk makan denganmu. Lagi pula, nama depot itu adalah Mie Ayam Instan, bukan bebek! Sudah pergi sesering itu, namanya saja kamu bahkan tidak ingat! Sepertinya kamu memang tidak pernah mencintaiku sama sekali."     

"Omong kosong!" Tiba-tiba emosi Giana kembali meledak, "Aku sudah begitu berbaik hati mau menemanimu pergi ke depot kotor itu berkali-kali! Ya sudah kalau tidak mau! Aku akan pergi dengan Cahyadi ke restoran barat saja! Huh!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.