Ingin Kukatakan Sesuatu

Mantan Istri Meminta Bantuan!



Mantan Istri Meminta Bantuan!

0Keluarga besar seperti keluarga Wangsa selalu memiliki peraturan senioritas yang keras. Yuana adalah adik sepupu Giana, tetapi bisa-bisanya dia meminta Giana untuk menjadi sopirnya dan mengantarnya ke kantor Grup Citra Abadi? Tentu saja karena Yuana merasa bahwa dirinya merupakan calon istri Presiden Direktur Grup Citra Abadi.     
0

Yuana begitu yakin bahwa dia akan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding dengan Giana. Jadi, dia juga yakin bahwa Giana harus bergantung padanya di masa depan. Akan tetapi, Giana memiliki harga diri yang tinggi. Bagaimana mungkin dia bisa menanggung penghinaan semacam ini?     

Giana menjawab dengan kesal, "Aku sangat sibuk! Tidak ada waktu untuk mengantarmu!"     

Setelah selesai mengatakannya, Giana berbalik dan meninggalkan rumah Nenek Wangsa.     

Giana mengendarai mobilnya dengan penuh amarah. Ditambah dengan keterampilan menyetirnya yang buruk, akhirnya dia tidak sengaja menabrak pohon. Untungnya, karena laju mobilnya sangat lambat, Giana baik-baik saja. Mobilnya pun tidak mengalami kerusakan yang besar.     

"Benci, benci, benci!" pekik Giana sambil memukul kemudi mobil dengan kedua tangannya. Air mata terus mengalir tanpa henti dari matanya. Dengan penuh amarah, Giana meraih ponselnya untuk menelepon Sean.     

———     

Di saat bersamaan, Sean yang sedang berada di perusahaan sangat tidak menyangka akan mendapat panggilan dari Giana. Sean melambaikan tangannya kepada Rosiana, memberi isyarat padanya agar meninggalkan ruang kantor, kemudian menjawab telepon, "Halo?"     

Giana berseru dengan penuh emosi, "Sean! Dasar bajingan! Aku membencimu!"     

Beberapa hari ini, sudah berkali-kali Sean membayangkan dirinya menerima telepon dari mantan istrinya, ataupun kedatangan Giana yang tiba-tiba mencarinya. Setelah itu, Giana akan berkata padanya, "Maafkan aku. Aku sudah berbuat salah. Tidak seharusnya aku berselingkuh. Tolong maafkan aku."     

Meskipun Sean tidak akan benar-benar memberikan maaf, dia ingin mendengar Giana meminta maaf padanya. Sean ingin membuat mantan istrinya itu benar-benar sadar sudah melakukan sesuatu yang tidak benar.     

Beberapa detik sebelum menjawab panggilan tersebut, Sean benar-benar berharap bahwa kata pertama yang akan diucapkan Giana adalah kata maaf. Akan tetapi, Giana si wanita jahat ini masih saja memakinya.     

Sean menghela napas tanpa daya. Dia bisa mendengar tangisan di suara Giana. Bagaimanapun, Sean masih memiliki sisa perasaan yang mendalam setelah menjadi suami Giana selama tiga tahun. Suara isak tangis itu membuatnya merasa sangat khawatir pada Giana. Dia pun bertanya, "Ada apa?"     

Giana terus-menerus memaki Sean, "Dasar bajingan! Bajingan! Bajingan! Bisa-bisanya saat itu kamu mengaku-ngaku sebagai pemberi gelang giok! Kenapa kamu tidak terus berpura-pura saja? Kenapa kamu harus memberitahu kebenarannya pada Paman Jayanata dan Yuana?! Kamu sudah membuatku kehilangan muka di depan seluruh keluarga besar! Tahu tidak?!"     

Sean mengira sudah terjadi sesuatu pada Giana, tetapi rupanya karena hal ini. Faktanya, Sean tidak pernah mengubah perkataannya dan juga tidak pernah berbohong dalam dua hal ini.      

Gelang giok tersebut memang pemberian Sean sekaligus pemberian Presiden Direktur Grup Citra Abadi. Ini semua karena Sean merupakan Presiden Direktur Grup Citra Abadi. Sean jelas-jelas sudah pernah memberitahukan mengenai hal ini pada keluarga Wangsa. Mereka sendiri yang merendahkan orang lain. Mereka terus-menerus meremehkan Sean dan tidak mau memercayai perkataannya.     

Giana terus mengeluh kepada Sean, "Sekarang seluruh keluarga besar tahu bahwa Presdir Yuwono kalian itu menyukai Yuana! Nenek bahkan memujinya tanpa henti! Apa kamu tahu apa yang dikatakan gadis bodoh itu padaku? Dia berani-beraninya menyuruhku menyetir untuknya! Jika nanti dia benar-benar menikahi Presdir Yuwono, aku pasti tidak akan memiliki status di keluarga Wangsa."     

Sean tersenyum dan bertanya, "Bukankah kamu memiliki putra dari keluarga Pangestu itu?"     

Giana menjawab, "Bagaimana bisa Cahyadi dibandingkan dengan Presdir Yuwono?! Dia bahkan bukan pemilik perusahaan keluarganya! Cahyadi benar-benar berada di level yang berbeda dengan Presdir Yuwono!"     

Sean tertawa, kemudian membalas, "Aku tidak tahu harus senang atau tidak mendengar perkataanmu ini."     

Sean tidak menyangka bahwa mantan istrinya ternyata bersedia mengakui bahwa pria liar itu tidak layak dibandingkan dengan dirinya.     

Tanpa disangka, Giana langsung menyahut, "Senang kepalamu itu?! Meskipun Cahyadi tidak bisa dibandingkan dengan Presdir Yuwono, dia sepuluh ribu kali lebih baik dibanding dirimu! Setidaknya dia bisa membantu keluarga Wangsa. Dia juga membuatku bisa mengangkat kepala di depan keluarga besar dan orang luar! Sedangkan kamu? Kamu hanya membuatku malu saja! Sebelum bercerai, kamu bahkan meninggalkan kekacauan yang begitu besar dan membuatku harus membereskannya untukmu!"     

Sean agak marah dan berkata, "Jika kamu menelepon hanya untuk menghinaku, aku tutup saja teleponnya. Aku sangat sibuk."     

"Tunggu sebentar!" Giana buru-buru menyela. Suaranya jauh lebih melembut saat berkata, "Aku meneleponmu karena ingin meminta bantuanmu."     

"Katakan," ujar Sean singkat.     

Sean tidak akan langsung menolak. Dia tetap harus memisahkan antara perasaan pribadinya dengan kehidupan nyata. Dia juga tidak bisa memutus seluruh hubungannya dengan Giana dari hidupnya hanya karena perasaan pribadinya.     

Sebelumnya, jika saat itu Sean benar-benar mencuri jam tangan keluarga Wangsa, dia bisa dihukum lebih dari lima belas tahun. Namun, orang-orang dari keluarga Wangsa juga tidak melakukan banyak hal. Mereka bahkan tidak berniat untuk menjebloskannya ke dalam penjara.     

Giana menjelaskan, "Aku tidak ingin Yuana dan Presdir Yuwono menjalin hubungan dengan lancar. Nanti siang, Yuana akan kembali lagi ke perusahaan kalian. Akhir-akhir ini dia suka minum teh pahit. Buatkan dia teh pahit dan berikan sedikit obat pencahar ke dalamnya agar dia bolak-balik pergi ke toilet."     

"Atau, saat kamu berpapasan dengannya, berpura-puralah tidak sengaja merobek bajunya. Tenagamu begitu kuat, jadi dia tidak akan mencurigaimu," tambah Giana.     

Sean awalnya mengira bahwa Giana akan memintanya untuk melakukan sesuatu yang besar. Setelah mendengar permintaan ini, dia pun menjawab, "Baiklah. Aku akan membantumu untuk urusan ini. Hanya saja, sebenarnya kamu tidak perlu repot-repot begini. Aku hanya perlu menyuruh Presdir Yuwono untuk tidak bertemu dengannya."     

Lagi pula, Sean memang tidak berencana untuk bertemu dengan Yuana.     

Setelah mendengar perkataan Sean, Giana yang tidak percaya pun berkata, "Jangan membual! Kamu ini hanya seorang pengawal! Bahkan, kamu adalah pengawal Chintia, bukan pengawal Presdir Yuwono. Jika kamu yang menyuruh Presdir Yuwono untuk tidak bertemu dengan Yuana, apa dia tidak akan menemuinya?"     

"Terserah mau percaya atau tidak."     

Setelah Sean selesai berbicara, dia langsung menutup telepon. Sesudah itu, dia kembali memanggil Rosiana dan menjelaskan masalah ini padanya.     

———     

Pada pukul dua siang, Yuana datang ke lantai kantor Presiden Direktur Grup Citra Abadi lagi.     

Karena Grup Citra Abadi sangat besar, para pegawai dari divisi yang berbeda ditempatkan di lantai yang berbeda pula. Sementara, Presdir Yuwono berada di satu lantai ini, lantai utama yang berada di pusat gedung.     

Selain para petinggi Grup Citra Abadi, masih ada para pegawai dengan posisi yang sangat dekat dengan Sean yang juga berada di lantai utama seperti sekretaris, asisten, dan semacamnya. Seluruh pegawai lainnya belum ada yang pernah melihat seperti apa tampang pemilik perusahaan ini. Hal ini menjadi alasan mengapa pada kedatangan Yuana yang sebelumnya, dia tidak berhasil mendapat foto Presdir Yuwono dari beberapa karyawan Grup Citra Abadi.     

"Nona Yuana," Rosiana segera menyapa Yuana, "Nona sudah datang."     

Yuana menatap Rosiana dengan tatapan merendahkan. Dia masih merasa kesal dengan perlakuan Rosiana yang tidak menyuguhkan teh untuknya saat datang ke sini tadi pagi. Yuana meminta, "Bawa aku ke ruang rapat."     

Tentu saja Rosiana berkata, "Nona Yuana, maaf. Lebih baik Nona kembali saja."     

Yuana tertegun sejenak, kemudian bertanya, "Kenapa? Apa siang ini Presdir Yuwono tidak akan kembali sama sekali?"     

Rosiana menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Bukan itu masalahnya. Presdir Yuwono mengatakan bahwa Nona terlalu cantik. Jika mendiskusikan kontrak dengan Nona, Presdir khawatir akan memusatkan perhatiannya pada Nona dan melupakan pekerjaannya. Jadi, Presdir ingin agar digantikan dengan orang lain dari keluarga Nona saja."     

"Diganti orang lain?" ulang Yuana. Awalnya, muncul kebingungan di wajahnya. Tetapi, alasan penolakan Presdir Yuwono ini benar-benar membuatnya kagum. Yuana bertanya dengan wajah yang sedikit memerah, "Apa Presdir Yuwono benar-benar… memujiku cantik? Dia… mengetahui wajahku?"     

Rosiana mengangguk dan menjawab, "Iya, memang benar. Presdir Yuwono memang mengikuti kanal YouTube Nona dan sering menonton video Nona."     

Yuana merasa semakin berada di atas awan. Tidak salah lagi! Presdir Yuwono memang pengagumku! pekiknya dalam hati.     

"Baiklah kalau begitu. Aku juga merasa tidak baik untuk membicarakan masalah pekerjaan di pertemuan pertama dengan Presdir Yuwono. Kalau begitu, aku akan menyuruh orang lain saja untuk datang," kata Yuana, lalu meninggalkan pesan, "Oh, ya. Sekretaris Rosiana, beritahukan pada Presdir Yuwono. Jika ada waktu luang, Presdir bisa kapan saja mengajakku minum kopi atau menonton di bioskop."     

"Saya pasti akan menyampaikan pesan Nona," jawab Rosiana.     

Begitu Yuana melihat perubahan sikap Rosiana kepadanya, dia memerintah, "Antarkan aku ke depan pintu lift."     

"Baik, Nona."     

Rosiana mengikuti Yuana hingga ke depan pintu lift. Ketika Yuana melihat bahwa tidak ada orang lain di sekitar mereka, tiba-tiba dia mengeluarkan segepok uang dari tas bundar kecil sulaman tangan bermerek mahal miliknya dan memberikannya pada Rosiana.     

"Kirimkan foto Presdir Yuwono padaku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.