Ingin Kukatakan Sesuatu

Diusir dengan Tangan Kosong!



Diusir dengan Tangan Kosong!

Kuncoro sudah mengetahui nomor induk karyawan Sean. Dia hanya perlu memasukkan nomor karyawan pada aplikasi yang ada di ponselnya untuk memeriksa status pengiriman pesanannya baru-baru ini.     

Setelah memeriksa, Kuncoro mengangguk dan berkata, "Apa yang dikatakan Tuan Cahyadi memang benar. Kemarin dia menerima ulasan negatif dan mendapat bintang satu! Alasannya karena dia memiliki sikap yang buruk dan membuang makanan ke lantai, persis seperti apa yang dikatakan Tuan Cahyadi!"     

Pada saat ini, opini publik berubah. Semua orang mulai percaya pada Kuncoro dan Giana.     

Sean memandang Giana dan bertanya, "Untuk apa aku membuang pesanan makanan itu ke lantai? Bisakah kamu membantuku untuk menjelaskannya?"     

Giana menyilangkan tangannya di dada dan membuat postur tubuhnya yang bagus menjadi semakin menonjol. Dia tetap berpura-pura tidak bersalah dan menjawab, "Itu karena kamu tidak bekerja dengan sepenuh hati dan memiliki kemampuan beradaptasi yang buruk!"     

"Hahaha! Kata-kata yang bagus! Tidak bekerja dengan sepenuh hati? Adaptasi yang buruk? Benar-benar kata-kata yang bagus!" balas Sean.     

Sean benar-benar ingin memuji Giana. Bagaimana bisa kamu mengatakannya dengan tidak tahu malu seperti ini?! batinnya.     

Ketika suami kedapatan melihat istrinya menyewa kamar hotel dengan pria lain hingga membuat barang yang di tangannya jatuh, hal itu bahkan juga menjadi kesalahan suami karena memiliki toleransi yang buruk?! Apa seharusnya dia berpura-pura tidak melihatnya, lalu mengantarkan pesanan itu pada kekasih istrinya dan memohon pada mereka untuk memberinya bintang lima serta ulasan yang baik?!     

"Bocah, memang kamu yang salah! Kamu sendiri yang melakukan kesalahan saat bekerja, tapi malah menyalahkan Tuan Cahyadi dan putri keluarga Wangsa!"     

"Jika kamu tidak bisa menunjukkan bukti, lebih baik tutup mulutmu itu!"     

"Bahkan, jika mereka benar-benar berselingkuh, kamu yang hanyalah suami parasit ini tidak pantas untuk membuat masalah!"     

"….."     

Di satu sisi, mereka adalah putra dan putri konglomerat kaya di Jakarta. Di sisi yang lain, dia adalah menantu parasit yang di benci. Tidak ada satu orang pun yang berada di pihak Sean di tempat kejadian. Semuanya berada di pihak Giana.     

"Hehe… Ini benar-benar dunia di mana perkataan yang berduit lah yang masuk akal," cibir Sean.     

Sean tidak ingin menjelaskan terlalu banyak karena tidak akan ada gunanya. Dia memandang ke arah Nenek Wangsa dan menantang, "Kalian bilang aku memiliki wanita lain di luar sana, kan? Apa ada buktinya?"     

Nenek Wangsa memandang Giana yang menggelengkan kepalanya. Nyonya besar itu pun berkata, "Karena kalian semua tidak memiliki bukti, maka kita lupakan saja masalah ini. Akan tetapi, mengenai dirimu yang sudah memukul cucuku, masalah ini tidak bisa dibiarkan begitu saja!"     

Sean melirik Sandi dan berkata, "Dia mengambil pisau dan menyerangku di pintu masuk Kompleks Perumahan Permata Hijau. Ada kamera di sana dan satpam perumahan juga bisa menjadi saksi. Aku hanya balas melawannya. Kalau memang masalah ini harus diusut, kita panggil polisi saja. Jika aku ditahan, aku jamin dia juga tidak akan bisa lari dari masalah ini."     

Nyonya Besar keluarga Wangsa, Jayanata, dan yang lainnya kini panik. Mereka semua paham tentang hukum. Jika satu melawan dengan tinjunya, sementara yang lain menyerang dengan pisau, sudah jelas bahwa Sandi akan dihukum dengan lebih berat.     

Nenek Wangsa menunjuk Sean dengan jarinya dan berkata, "Bagus! Sesudah menjadi parasit di keluarga Wangsa-ku selama tiga tahun, kamu jadi hebat rupanya! Sesudah memukul cucuku, apa sekarang kamu bahkan ingin memukulku juga?"     

Sean dengan sopan berkata, "Nek… Nyonya Besar keluarga Wangsa, saya selalu sangat menghormati Anda. Selama tiga tahun ini, saya juga sudah melayani Anda dengan sepenuh hati. Saya berjanji pada Anda, selama Sandi tidak terlebih dulu memprovokasi saya di masa depan, saya tidak akan pernah membuat masalah dengannya."     

Sean menambahkan, "Saya hanya punya satu permintaan. Saya harap Anda bisa menyetujui perceraian saya dengan Giana!"     

Jika berbicara tentang melayani, Sean sudah melayani Nenek Wangsa dalam tiga tahun terakhir. Itu lebih lama dan lebih sering daripada yang telah dilakukan Sandi seumur hidupnya. Akan tetapi, Sean hanyalah seorang suami yang tinggal di rumah keluarga istrinya ini. Tidak peduli seberapa banyak yang dia lakukan, di hati Nenek Wangsa, Sean tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan Sandi.     

Nenek Wangsa melihat ke arah kerumunan dan berkata, "Semuanya! Anda semua tahu bahwa tiga tahun lalu, keluarga Wangsa saya menerima seorang menantu parasit dan ini merupakan keputusan mendiang suami saya. Ada banyak dari Anda yang ada di sini telah menjadi teman dan mitra bisnis suami saya selama beberapa dekade."     

"Dalam tiga tahun terakhir, meskipun Giana tidak bahagia, meskipun orang tua Giana telah beberapa kali membahas mengenai masalah perceraian, semuanya selalu saya tolak demi memenuhi keinginan terakhir mendiang suami saya!" kata Nenek Wangsa, "Atas cinta dari semua orang, cucu perempuan saya Giana sudah dikenal sebagai wanita dengan kecantikan nomor satu di Jakarta'. Jadi, mengenai siapa yang tidak layak untuk siapa, sepertinya tidak perlu saya katakan lagi."     

"Hari ini Sean memukul cucu laki-laki saya, memfitnah cucu perempuan saya, dan juga menyalahi seseorang dari keluarga Pangestu. Oleh karena itu, saya sudah memutuskan untuk tidak menuruti permintaan terakhir mendiang suami saya! Dengan ini, saya umumkan bahwa Sean Yuwono bukan lagi cucu menantu keluarga Wangsa saya. Mulai dari sekarang, dia sudah diusir dengan tangan kosong oleh keluarga Wangsa!" cetus Nenek Wangsa.     

Kata-kata Nenek Wangsa terdengar nyaring dan berwibawa. Setelah mendengar kata-kata Nenek Wangsa, semua orang di tempat kejadian mengangkat gelas anggur mereka.     

"Selamat untuk Nyonya Wangsa! Selamat untuk Giana!"     

"Selamat! Selamat karena sudah membuang si tidak berguna dan akhirnya bisa menemukan orang yang tepat untuk Giana!"     

Lana ikut mengangkat gelas anggurnya dengan gembira dan bersulang dengan para tamu. Dia benar-benar tidak bisa menutupi ekspresi wajahnya yang bahagia.     

"Terima kasih, semuanya. Selain itu, izinkan saya untuk memberitahu sesuatu. Selama tiga tahun ini, Giana kami selalu tidur terpisah dari Sean Yuwono. Dia bahkan tidak pernah menyentuh tangan Giana. Giana saat ini… masih perawan!" Lana sesumbar.     

Setelah mendengar kata-kata Lana, tidak sedikit pria lajang yang berada di tempat kejadian merasa gelisah. Mereka semua menatap Giana dengan tatapan ingin memiliki.     

Sementara, Giana memprotes Lana dengan manja, "Bu, mengapa Ibu berkata seperti ini di depan begitu banyak orang? Giana jadi malu."     

Setelah mendengarkan perkataan Giana, para tamu menjadi lebih girang.     

Keluarga Wangsa akhirnya menyetujui perceraian Giana dan Sean. Sekarang, semua orang di keluarga Wangsa sedang merayakannya. Ini membuat Sean merasa sangat jijik.     

Sean kembali angkat bicara, "Apakah setelah menyingkirkanku, kalian menjadi begitu senang? Giana, jika kamu mengetahui identitasku yang sebenarnya, aku tidak tahu apakah kamu masih bisa tertawa!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.