Ingin Kukatakan Sesuatu

Memasukkan Sean dalam Daftar Hitam!



Memasukkan Sean dalam Daftar Hitam!

0Pada saat ini, Sean ikut tertawa dengan semua orang. Kemudian, dia mengambil gelas anggur dan berjalan menuju Giana sambil berkata, "Giana, selamat. Akhirnya kamu bisa menemukan pria yang cocok denganmu."     
0

Giana mendengus dingin, mengetahui bahwa pasti ada kesedihan dan kepahitan di dalam senyum Sean. Wanita itu membalas dengan percaya diri, "Jika kamu berlutut dan memohon padaku sekarang, mungkin aku akan memohon pada nenekku. Aku akan memohon padanya untuk tidak menceraikanmu dariku sementara waktu ini."     

Sean terkekeh dan mencibir di dalam hatinya, Kamu sudah menghianatiku, tapi sebaliknya, kamu malah ingin aku berlutut dan memohon padamu? Memang kalangan sosial kelas atas! Memang benar-benar keluarga kalangan satu!     

Sean meminum anggur di gelas, lalu mengucapkan kata demi kata, "Kamu, tidak, layak!"     

"Kamu…!"     

Wajah cantik Giana penuh dengan kemarahan. Dia selalu bersikap arogan di depan Sean, bak seorang ratu. Namun, hamba yang rendah hati ini memberontak hari ini.     

Giana berlari menghampiri Nenek Wangsa dengan sedih, merangkul salah satu lengan Nenek Wangsa dengan kedua tangannya, dan berkata, "Nenek, terlalu tidak adil jika hanya menceraikannya dengan cara seperti ini!"     

Sandi yang berada di baris yang sama dengan Giana kini berdiri, berjalan menghampiri mereka, dan menyahut, "Adik Giana benar. Kita harus memberi pelajaran padanya!"     

Nenek Wangsa menepuk kedua cucunya dengan kedua tangannya yang keriput. Dia mengambil kedua tangan mereka dan menyilangkannya, lalu menenangkan mereka sambil tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir. Orang-orang dari keluarga Wangsa-ku tidak akan begitu mudah ditindas seperti ini!!"     

Sesudah itu, Nenek Wangsa berjalan ke arah para tamu dan berkata, "Semuanya, Sean sudah membuang tiga tahun berharga cucu perempuanku dan memukuli cucu laki-lakiku. Keluarga Wangsa-ku selama beberapa dekade terakhir juga termasuk memiliki harga diri dan martabat di Jakarta. Jadi, jika membiarkan masalah ini berlalu begitu saja, aku khawatir berikutnya akan ada banyak orang yang menganggap enteng keluarga Wangsa kami ini!"     

Semua orang jadi terdiam. Jika mendengar perkataan ini, sepertinya Nenek Wangsa berencana untuk menghukum Sean. Sean juga meletakkan gelas anggur dan mendengarkannya dengan saksama. Sebenarnya dia ingin mengetahui, apa yang ingin dilakukan keluarga Wangsa padanya.     

Nenek Wangsa melanjutkan, "Kalian semua yang hadir di sini adalah tokoh-tokoh besar dari semua lapisan masyarakat di Jakarta. Oleh karena itu, saya mohon bantuannya untuk memasukkan Sean dalam daftar hitam!"     

Memasukkan Sean dalam daftar hitam!     

Bagi seseorang, hal yang paling penting adalah sumber pendapatan. Sementara, jika keluarga Wangsa ingin memasukkan Sean dalam daftar hitam, itu berarti sama saja dengan ingin membuat Sean tidak bisa makan di Jakarta!     

Para tamu saling berdiskusi. Akan tetapi, sama sekali tidak ada satu pun orang yang menjawab selama beberapa saat. Mereka sedang mengamati keadaan dan memperhitungkan konsekuensinya.     

Semua pengusaha adalah orang yang paling cerdik. Bagaimanapun juga, memotong jalan seseorang mencari makan sama saja dengan membunuh kedua orang tuanya. Tidak ada orang yang ingin menyinggung orang lain, jika tidak terpaksa.     

Sementara, saat ini Cahyadi terlebih dulu berdiri. Dia menjadi orang pertama yang menjawab, "Atas nama keluarga Pangestu, saya bersedia mendukung keluarga Wangsa!"     

Setelah menyampaikan dukungan, Cahyadi beralih pada semua tamu dan lanjut berbicara, "Semuanya, perkenalkan. Nama saya Cahyadi Pangestu. Keluarga kami terlibat dalam bisnis hotel, investasi, dan berbagai bidang lainnya. Saya tidak berani mengatakan hal lainnya, tapi mulai hari ini saya berani menjamin bahwa semua hotel di bawah bintang empat di Jakarta tidak akan mempekerjakan Sean!"     

Tak cukup sampai di sana, Cahyadi menunjuk Sean dan berkata, "Kamu.. Hanya pantas tidur di jalanan!"     

Pada awalnya, di sana masih ada orang-orang yang tidak mengenal Cahyadi. Bagaimanapun juga, dia masih sangat muda, sementara orang-orang yang datang di sana semuanya merupakan orang-orang yang berusia empat sampai lima puluh tahun ke atas. Namun, setelah perkenalannya yang seperti itu, semua orang yang ada di sana jadi mengetahui siapa dirinya.     

"Ternyata dia adalah putra keluarga Pangestu. Dengar-dengar, tujuh puluh persen hotel di Jakarta adalah milik keluarga mereka."     

"Apa iya? Bukankah keluarga Handoyo, atau siapalah itu, juga memiliki rantai bisnis lain di Jakarta? Keluarga mereka juga memiliki saham di mana-mana!"     

"Sean sudah tamat. Dia tidak akan bisa menyewa kamar untuk tidur bersama wanita lain lagi! Haha!"     

Sean tidak bisa menahan tawanya. Jelas-jelas Sean merupakan tuan muda keluarga Yuwono, jadi untuk apa dia menyewa kamar di hotel berbintang empat ke bawah?     

Dengan adanya Cahyadi yang memulai terlebih dahulu, hal itu membuat semua orang di sana paham bahwa Sean hanyalah suami parasit yang tinggal di rumah mertuanya. Dia tidak memiliki koneksi apapun di Jakarta. Jadi, jika ditindas pun, dia juga tidak akan bisa melakukan apa-apa.     

Tak lama kemudian, pria lain juga berdiri. Pria berusia empat puluhan itu menatap Sean, kemudian berkata, "Semuanya, saya adalah William Sondari. Pemilik restoran The Storey, The Mount, dan The Day. Saya sudah menggeluti bidang kuliner di Jakarta selama dua puluh tahun."     

"Saya bersedia mendukung keluarga Wangsa dan memasukkan Sean dalam daftar hitam!" William Sondari menyatakan dukungannya, "Dengan koneksi saya di bidang ini, saya yakin Sean tidak akan dapat bekerja di restoran mana pun di Jakarta!"     

Semua orang dari keluarga Wangsa mengepalkan tangan mereka untuk berterima kasih.     

Tak mau kalah, Kuncoro ikut berdiri dan berkata, "Saya, Kuncoro, Direktur Perwakilan Kami Antar di Jakarta, juga mendukung keluarga Wangsa untuk memasukkan Sean dalam daftar hitam!"     

"Sean! Meskipun kamu ingin bekerja mengantar makanan lagi ke depannya, entah itu di Kami Antar ataupun perusahaan pesan-antar lainnya, kamu sudah tidak akan bisa!" kata Kuncoro pada Sean dengan penuh percaya diri.     

Sean sudah tidak bisa menahan tawanya lagi. Pada saat ini, dia merasa seperti Alice di film Resident Evil yang menghadapi para zombie sendirian! Sementara, sekelompok orang di depan mereka jauh lebih bodoh daripada zombie yang ada di Resident Evil.     

Sean membalas, "Pelayan hotel dan pengantar makanan. Kedua industri ini, semuanya sudah memasukkan saya ke dalam daftar hitamnya. Apa ada industri lainnya juga?"     

Lagi-lagi, ada orang lain yang berdiri dan berkata, "Saya adalah bos karaoke Golden Vizta. Semua tempat karaoke yang ada di Jakarta dan pelayan bar, kamu juga tidak boleh bekerja di sana!"     

"Hahaha! Bagus sekali! Masih ada lagi?" Sean terus bertanya.     

Tak lama kemudian, ada dua orang yang maju lagi. Hanya saja, pekerjaan-pekerjaan itu adalah pekerjaan buruh tingkat rendah.     

Dalam pandangan mereka, Sean tidak memiliki kualifikasi akademik dan tidak memiliki pengalaman kerja. Menurut mereka, Sean hanya bisa melakukan pekerjaan sejenis pekerjaan menjadi pelayan saja. Asalkan memasukkan Sean dalam daftar hitam, dia tidak akan bisa bertahan di Jakarta.     

Melihat Sean yang tampak tidak resah, Sandi tiba-tiba berkata, "Sean si bajingan ini begitu hebat dalam bertarung. Apa jangan-jangan dia akan melamar pekerjaan menjadi pengawal?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.