Ingin Kukatakan Sesuatu

Jam Tangan Seharga 5 Milyar Rupiah Dicuri!



Jam Tangan Seharga 5 Milyar Rupiah Dicuri!

0Setelah Chintia Yandra selesai merokok, dia bangkit dan berpamitan dengan keluarga Wangsa, "Nenek Wangsa, kedua CEO Wangsa, masih ada hal yang harus diselesaikan di perusahaan. Chintia berpamitan dulu."     
0

Nenek Wangsa dan yang lainnya mengantar Chintia hingga ke pintu. Lalu, nyonya besar keluarga Wangsa itu memegang tangan Chintia dan berkata, "Wakil CEO Yandra, masalah keuangan kami serahkan kepadamu."     

Chintia turut menyetujui dengan senang hati dan menjawab, "Tenang saja."     

Melihat Chintia pergi, William Sondari juga berkata, "Nenek Wangsa, CEO Wang, saya juga harus pergi."     

Mengetahui ada pencuri di keluarga Wangsa, dan orang kaya misterius yang memberikan gelang itu tidak kunjung muncul, tamu-tamu yang lain juga berpamitan satu per satu. Segera, hanya tersisa keluarga Wangsa di acara pesta ulang tahun itu.     

Nenek Wangsa memandang Lana dan bertanya, "Apa yang dikatakan Giana? Mengapa setelah perceraian baru menyadari bahwa dia telah mencuri sesuatu?"     

Sean Yuwono dan Giana Wangsa memiliki perjanjian pranikah. Harta kedua belah pihak adalah harta sendiri-sendiri. Saat bercerai, Sean tidak mendapatkan satu sen pun harta dari keluarga Wangsa. Namun, dalam perjanjian perceraian itu juga, Giana mengambil semua uang yang diperoleh Sean belakangan ini dari mengantarkan makanan.     

Lana menjawab, "Giana mengatakan bahwa Sean memesan kamar president suite di Four Seasons Hotel untuk seminggu dan menghabiskan hampir 600 juta rupiah. Aku tebak, dia telah mencuri barang-barang Ibu."     

Nenek Wangsa menjadi sedikit panik. Tiga tahun ini, karena anjing pudel peliharaannya sangat menyukai Sean, dia sering meminta Sean untuk datang ke rumahnya dan bermain dengan anjing peliharaannya. Karena itu, Sean pasti memiliki kesempatan untuk bertindak! pikir Nenek Wangsa.     

Nenek Wangsa buru-buru berkata, "Segera pergi ke rumahku!"     

Yuana langsung menghentikan Nenek Wangsa, "Nenek, jangan terburu-buru. Mungkin orang yang menyukaiku akan datang sebentar lagi!"     

Gadis kecil yang sombong ini masih saja berfantasi bahwa orang yang mengirim gelang giok itu adalah orang yang menyukainya.     

Nenek Wangsa berpikir sejenak sebelum kemudian berkata, "Sandi, Jayadi, Lana, kalian pergi ke tempatku dan lihat apakah ada yang hilang. Jayanata, Sinfiani, Yuana, kalian tinggal di sini bersamaku dan menunggu sebentar."     

"Baik!"     

Sandi mengendarai mobil, membawa Jayadi dan Lana dengan cepat menuju Perumahan Kelapa Gading.     

Barang-barang berharga Nenek Wangsa ditempatkan di dua ruangan di ruang bawah tanah. Satu ruangan berisikan aksesoris, anggur, jam tangan, dan lain-lain. Sedangkan, ruang yang satunya lagi berisi lukisan kaligrafi antik. Meskipun jumlahnya sangat banyak, setiap barang memiliki catatan terperinci.     

Ketika mereka datang ke ruang bawah tanah, Sandi Wangsa berkata, "Paman, mari kita periksa secara terpisah. Kalian periksa lukisan kaligrafi antik. Aku akan memeriksa ruangan di sini."     

"Baik."     

Jayadi dan Lana memegang buku catatan kecil mereka dan pergi ke ruangan tempat menyimpan lukisan kaligrafi antik. Mereka memeriksa satu per satu, demikian pula Sandi. Sandi memegang buku catatan dan memeriksa ruangan ini.     

Dua puluh menit kemudian, Sandi telah menyelesaikan pemeriksaannya dan menemukan bahwa tidak ada barang yang hilang di rumah itu. Pada saat ini, Jayadi yang berada di ruangan sebelah juga sudah selesai memeriksa. Dia datang dan bertanya, "Sandi, kami tidak menemukan ada yang hilang. Apakah ada yang barang yang hilang di sini?"     

Sandi termenung sesaat. Tidak ada barang yang hilang di ruangan yang menyimpan lukisan kaligrafi antik. Itu membuktikan bahwa Nenek Wangsa tidak kehilangan barang berharga apapun! Dengan kata lain, Sean tidak mencuri apa pun dari keluarga Wangsa.     

Teringat dirinya dipukuli oleh Sean sampai dua kali, Sandi merasa tidak rela melepaskan Sean begitu saja. Selain itu, belakangan ini Sandi juga sedang kekurangan uang. Kebetulan dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk mendapatkan keuntungan.     

Sandi akhirnya menjawab, "Oh, aku belum memeriksanya. Sebaiknya kalian periksa sekali lagi agar tidak ada yang kelewatan."     

Jayadi mengangguk. "Oke. Kalau begitu, aku akan kembali untuk memeriksanya lagi."     

Muncul senyuman di wajah Sandi selagi dia melihat Jayadi berjalan keluar dari ruangan. Setelah dia menutup pintu, dia diam-diam mengambil jam tangan Richard Mille sambil bergumam, "Ini adalah jam tangan yang dipakai Kakek ketika dia masih hidup."     

Jam tangan ini terbatas hanya 48 buah di seluruh dunia dan bernilai lebih dari 5 milyar rupiah!     

"Sean Yuwono, mulai sekarang kamu adalah pencuri yang mencuri jam tangan ini. Hehe…" gumam Sandi sambil memasukkan arloji Richard Mille ke dalam sakunya.     

Setelah dua menit, Sandi buru-buru berlari ke ruangan tempat Jayadi dan Lana berada sambil berkata dengan tergesa-gesa, "Ada jam tangan yang hilang di ruanganku!"     

Jayadi dan Lana buru-buru bergegas untuk memeriksanya. Ternyata benar, jam tangan seharga lima milyar rupiah benar-benar hilang! Lana berkata dengan marah, "Pantas saja Sean bisa tinggal di president suite di Four Seasons Hotel! Dasar binatang jalang!"     

Segera, Jayadi menelepon Nenek Wangsa untuk mengabarkan, "Ibu, kami sudah memeriksanya. Jam tangan Richard Mille yang Ayah pakai semasa hidup ternyata hilang!"     

Nenek Wangsa sangat marah hingga hampir mengubah pesta ulang tahun menjadi peringatan kematian. Dia langsung memerintahkan, "Tangkap dia untukku dan bawa dia ke hadapanku! Aku akan memotong tangannya!"     

Jayadi menutup telepon, lalu berkata kepada Sandi, "Sandi, Nenek menyuruh kita untuk menangkap Sean."     

Begitu Sandi mendengar bahwa Jayadi akan menangkap Sean, dirinya langsung merasa takut. Dia bertanya dengan ragu, "Tidak… Tidak melapor polisi?"     

Jayadi menggeleng dan berkata, "Kamu tahu, Nenek tidak pernah suka berurusan dengan polisi."     

Sandi tiba-tiba berpura-pura terlihat kesakitan. Dia memegang wajahnya yang terluka dan merintih, "Aduh, lukaku sangat sakit. Aku harus pergi ke rumah sakit untuk mengobatinya. Paman, kamu pergi sendiri dulu. Nanti aku akan menyusulmu."     

Selesai berkata begitu, Sandi langsung pergi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.