Ingin Kukatakan Sesuatu

Menjabat Presiden Direktur!



Menjabat Presiden Direktur!

0Kepala Polisi Liandra melirik Giana, lalu melihat Cahyadi, dan dapat langsung menebak apa hubungan di antara keduanya tanpa perlu bertanya.     
0

Kepala Polisi Liandra berkata, "Nona Giana Wangsa, kami tidak punya hak untuk menangkap Sean Yuwono sebelum ada bukti yang pasti. Jika Nona ingin meminta kami menangkapnya, tolong tunjukkan bukti seperti video atau foto dia mencuri jam tangan, atau bukti dia mendapatkan uang dari menjual jam tangan."     

Selesai menegur, Kepala Polisi Liandra lanjut menasehati Giana, "Dan juga, izinkan saya mengatakan satu hal lagi. Jangan sebut mantan suami Anda sebagai orang miskin atau orang tidak berguna. Bagaimanapun, kalian pernah menjadi suami dan istri. Perkataan ini sangat menyakitkan bagi orang tersebut."     

Giana mendengus dengan dingin dan membantah, "Aku tidak salah berbicara. Jika dia sedikit saja berguna, maka aku tidak akan menceraikannya!"     

Petugas polisi di sebelah Kepala Polisi Liandra terkejut dan bertanya, "Nona yang menceraikan Tuan… Sean Yuwono?"     

Giana terlihat sangat bangga saat menjawab, "Iya, aku yang berinisiatif untuk menceraikannya! Apakah dia sudah menyesalinya?"     

Petuga polisi tersebut tidak berani mengungkapkan identitas asli Sean Yuwono, jadi dia hanya bisa tersenyum dan mengacungkan jempol kepada Giana. Padahal, dia diam-diam berpikir dalam hati, Suami dengan aset puluhan miliar dan juga Presiden Direktur Grup Citra Abadi pun tidak mau. Orang yang seharusnya menyesal adalah kamu!     

Melihat kedua polisi itu hendak pergi, Giana bertanya lagi, "Itu… Apakah ada seorang wanita di kamarnya?"     

Kepala Polisi Liandra menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Tuan Yuwono sendirian di kamar. Tidak ada orang lain di sana."     

Hati Giana kini terasa jauh lebih tenang. Dia berbisik pada dirinya sendiri, "Aku tahu dia masih mencintaiku."     

Melihat Giana yang terlihat sombong dan tidak tahu bahwa dirinya telah melakukan kesalahan besar, Kepala Polisi Liandra menghela napas dan berbalik.     

Setelah kedua polisi itu pergi, Cahyadi bertanya-tanya, "Mengapa setelah kembali dari atas, mereka bersikap sangat sopan terhadap Sean Yuwono?"     

Giana tidak memperhatikan detail ini. Dia malah berkata, "Aku mau menelepon Ibu dan menyuruh mereka segera mengumpulkan bukti!"     

Giana sedang mengeluarkan ponselnya dan belum sempat menelepon Lana saat Sandi meneleponnya terlebih dahulu. Dia pun mengangkat telepon dari sepupunya, "Halo, Kakak."     

Giana jarang menerima telepon dari Sandi. Kali ini sepertinya Sandi juga menelepon Giana karena Sean.     

Sandi berpura-pura baik dengan bertanya, "Giana, bagaimana situasimu di sana? Aku dengar kamu memanggil polisi. Apakah polisi sudah menangkapnya?"     

Giana menjawab dengan jujur, "Tidak. Polisi mengatakan tidak ada bukti sehingga tidak bisa menangkapnya."     

"Bukti? Bukti apa?" tanya Sandi lagi.     

Giana menjawab, "Bukti mencuri jam tangan, atau tanda terima penjualan jam tangan."     

Sandi berpikir sejenak, Tidak mungkin ada bukti mencuri jam tangan karena Sean tidak mencuri jam tangan sama sekali. Akan tetapi, sekarang jam tangan tersebut berada di tangan Sandi. Jika begitu, Sandi dapat memalsukan bukti bahwa Sean yang menjual jam tangan itu.     

Sandi berkata pada Giana, "Serahkan ini padaku. Aku akan memeriksa kepada siapa dia menjual jam tangan itu. Jangan khawatir. Aku akan mengirimnya ke penjara!"     

Setelah telepon ditutup, Giana merasa panik dan terus memainkan rambutnya. Di satu sisi, dia berharap untuk menghukum Sean. Dengan begitu, Sean akan kembali memperlakukannya sebagai ratu seperti dulu, menyayanginya, dan tidak berani membalas perkataannya. Sean tidak boleh marah pada apapun yang dia katakan dan apapun yang dia lakukan.     

Di sisi lain, Giana juga tidak ingin Sean dihukum. Bagaimanapun, mereka sudah menjadi suami dan istri selama tiga tahun. Bagaimana mungkin dia membiarkan Sean menghabiskan sepuluh tahun di penjara?     

Cahyadi yang berada di sebelah Giana menyaksikan wanita itu terus-menerus memainkan rambutnya. Gayanya seksi dan menggoda, membuat Cahyadi terus menelan air liurnya. Dia meraih tangan Giana Wangsa dan bertanya, "Sayangku, bagaimana kalau kita juga tinggal di Four Seasons Hotel malam ini?"     

Tanpa disangka, Giana langsung menepis tangan Cahyadi dan menampar wajah pria itu.     

Plak!     

"Bahkan seorang Sean Yuwono pun tidak bisa kamu urus, tapi kamu tidak merasa malu mengajakku tidur!" kata Giana dengan kesal. Kemudian, wanita itu pergi dengan marah.     

Ditampar di lobi hotel bukanlah hal yang mulia. Cahyadi menutupi wajahnya dan berkata dalam hati, Sean Yuwono, kamu membuatku tidak bisa bahagia malam ini. Ketika kamu keluar, aku pasti tidak akan melepaskanmu begitu saja!     

Cahyadi berjalan ke manajer hotel, Christianto, yang sedari tadi berdiri dan menyaksikan mereka di samping. Dia melampiaskan kemarahannya pada manajer itu dengan meraih bajunya dan memerintahkan, "Begitu Sean Yuwono meninggalkan hotel, kamu harus segera menghubungiku!"     

———     

Sean Yuwono sudah mengenakan jas, sepatu kulit, dan dasi pada pukul enam pagi. Dia menata rambut menjadi gaya rambut menyamping dengan wax rambut. Dia tampak tampan dan memiliki gaya presiden direktur.     

Dalam tiga tahun terakhir, ini adalah pertama kalinya Sean mengenakan jas. Bahkan jika Giana melihatnya, wanita itu juga tidak akan langsung mengenalinya.     

Begitu Sean turun dari lantai atas ke bawah, para staf di meja resepsionis tercengang melihatnya.     

"Seorang CEO tampan... Auranya benar-benar berbeda daripada ketika dia datang kemarin!" komentar salah satu staf.     

"Aku suka. Aku suka sekali! Tidak tahu, siapa yang sangat beruntung menjadi istrinya? ucap staf lainnya.     

Kedua staf resepsionis terpana karena ketampanan Sean. Manajer Hotel Christianto segera datang dan menegur mereka, "Lihat kalian yang begitu terpana padanya! Perhatikan penampilan kalian!"     

Kemudian, Christianto berjalan keluar dari lobi dan menelepon Cahyadi untuk melapor, "Sean Yuwono sudah keluar."     

Cahyadi sedari awal sudah mengatur orang untuk menunggu di luar hotel. Mereka langsung mengikuti Sean.     

Sean memanggil taksi online dan 20 menit kemudian, dia tiba di Gedung CBD tempat Grup Citra Abadi berada.     

Hari ini adalah hari pertama Sean menjabat. Ketika dia keluar dari taksi, dia menatap gedung yang menjulang tinggi di depannya dengan senyum di bibirnya.     

"Chintia Yandra, kamu mau memasukkanku ke dalam daftar hitam kemarin. Entah bagaimana sikapmu ketika melihatku lagi hari ini!" ujar Sean.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.