Ingin Kukatakan Sesuatu

Rosiana Krisjanto



Rosiana Krisjanto

0Setelah menikah dan diuji dalam keluarga Wangsa selama tiga tahun, hari ini Sean mulai menjabat sebagai presiden direktur. Sean terlihat sangat bersemangat. Namun, kegembiraan itu bukan datang karena identitas barunya yang kini menjabat sebagai Presiden Direktur Grup Citra Abadi.     
0

Sean lahir dan besar dalam keluarga yang kaya kaya. Dia sudah lama merasa bosan dengan statusnya yang selalu berada tinggi di atas. Hal yang membuat Sean hari ini bersemangat adalah Chintia Yandra, Wakil Presiden Direktur Grup Citra Abadi, yang membuat seluruh pria kelas atas di Jakarta tergila-gila.     

Lobi di lantai pertama Gedung CBD menggunakan pintu akses. Jakarta adalah kota tingkat pertama di Indonesia dan juga memiliki aplikasi teknologi terkemuka di negara ini. Kontrol akses di lantai pertama gedung ini sudah menggunakan sidik jari dan pengenalan wajah. Namun, Sean baru bekerja pada hari pertama sehingga dia belum mendaftarkan sidik jari dan informasi wajahnya dalam sistem perusahaan.     

Sean mengeluarkan kartu yang dikirim oleh pengurus rumah tangga keluarga Yuwono, Fairus. Dia menggesekkan kartu itu dan berhasil melewati kontrol akses di lantai pertama. Kemudian, dia naik lift ke atas.     

Ketika Sean tiba di lantai kantor presdir Grup Citra Abadi, tidak ada seorang pun di perusahaan itu. Dia mengambil kunci, membuka pintu, dan masuk ke kantor presdir untuk membaca laporan.     

———     

Pada saat yang bersamaan, orang yang dikirim untuk mengikuti Sean melapor pada Cahyadi, "Tuan Pangestu, Sean Yuwono pergi ke lokasi Grup Citra Abadi di Gedung CBD."     

"Apa?"     

Cahyadi saat ini masih berbaring di tempat tidur. Ketika dia mendengar bahwa Sean pergi ke Grup Citra Abadi, dia menjadi bingung. Dia pun bertanya, "Apa yang Sean lakukan di sana? Kemarin, Wapresdir Yandra dari Grup Citra Abadi mengatakan bahwa dia akan menutup semua jalannya. Apakah Sean pergi ke sana untuk membalas dendam kepada Wakilpresdir Yandra?"     

Kemarin Cahyadi mendapatkan nomor telepon Chintia Yandra di acara ulang tahun nyonya besar keluarga Wangsa. Sebagai seorang pria, dirinya juga sangat tertarik kepada Chintia. Jika dia bisa tidur dengan Chintia barang satu malam saja, dia bersedia umurnya dipotong 10 tahun. Sayangnya, Cahyadi tahu bahwa Chintia sama sekali tidak akan tertarik pada dirinya.     

Cahyadi menggunakan kesempatan ini untuk menelepon Chintia. Telepon berdering beberapa kali sebelum Chintia mengangkatnya. Terdengar suara mengantuk dalam nada bicaranya, "Siapa?"     

Cahyadi menjawab sambil tersenyum, "Wapresdir Yandra, saya Cahyadi Pangestu. Di acara pesta ulang tahun Nyonya Besar Wangsa kemarin, saya bersulang denganmu."     

Chintia langsung bertanya, "Tuan Pangestu, ada apa menelepon pagi-pagi? Apa ada masalah?"     

Cahyadi menjelaskan dengan nada cemas, "Wapresdir Yandra, apakah kamu masih ingat Sean Yuwono, menantu miskin keluarga Wangsa? Kemarin kita setuju untuk memasukkannya ke dalam daftar hitam. Orang ini pergi ke gedung perusahaanmu pagi ini. Kurasa dia ingin membalas dendam padamu!"     

Chintia terkekeh dan berkata dengan santai, "Jangan khawatir, ada kontrol akses dan keamanan di pintu gedung. Dia tidak akan bisa naik."     

Cahyadi berkata lagi, "Kata orang yang aku kirim, orang itu memiliki kartu akses dan telah melewati kontrol akses untuk naik ke atas! Mungkin dia bersembunyi di perusahaan kalian sekarang. Mungkin saja keselamatanmu terancam bila kamu naik ke atas!"     

"Apa? Bagaimana bisa dia memiliki kartu akses perusahaan kami?"     

Chintia sampai duduk karena terkejut. Selimut yang menutupi tubuhnya jatuh, memperlihatkan bahunya yang seputih porselen dan seindah akar teratai. Jika seorang pria melihat pemandangan ini, dia pasti akan mimisan.     

"Orang itu mencuri jam tangan keluarga Wangsa dan menjualnya seharga 5 milyar. Sekarang dia sangat kaya. Ada begitu banyak orang di perusahaan dan dengan menghabiskan sedikit uang untuk membeli kartu akses, bukanlah hal yang aneh…" Cahyadi menjelaskan lagi, kemudian menambahkan, "Saya sangat mengkhawatirkanmu, Wapresdir Yandra. Kamu sangat cantik. Jika kamu sampai terluka karena pisau, maka itu sangat disayangkan!"     

Perkataan Cahyadi membuat Chintia juga menjadi khawatir.     

"Terima kasih atas peringatanmu. Saya akan menyuruh seseorang ke perusahaan untuk memeriksanya," kata Chintia.     

"Baik. Saya juga akan segera pergi ke perusahaanmu untuk membantumu, Kak Chintia…" Cahyadi mengambil kesempatan ini untuk mengubah panggilannya menjadi Kakak Chintia.     

Chintia hanya tersenyum tanpa mengatakan apa-apa saat mendengarkan Cahyadi menjilatnya. Setelah itu, dia segera menelpon sekretaris pribadinya, Rosiana Krisjanto.     

"Rosiana, segera pergi ke perusahaan untuk melihat apakah ada orang yang mencurigakan. Segera hubungi polisi jika ada!"     

———     

Setengah jam kemudian, seorang wanita seksi yang mengenakan kemeja putih dan rok sutra hitam bergegas menuju gedung Grup Citra Abadi.     

Mata satpam yang sedang bertugas langsung membelalak ketika melihat Rosiana melintas. Dia langsung menyapa, "Selamat pagi, Sekretaris Krisjanto."     

Meskipun Rosiana Krisjanto kalah dari Chintia Yandra dalam semua aspek, tetap saja Chintia terlalu jauh untuk didekati bagi seseorang seperti satpam. Sebaliknya, Rosiana adalah objek fantasi bagi semua satpam gedung ini. Selain itu, identitas Rosiana adalah seorang sekretaris. Dia selalu mengenakan setelan profesional, seperti pramugari, yang akan membuat para pria berimajinasi tanpa batas.     

"Pagi, pagi," Rosiana Krisjanto menjawab dan segera masuk ke lift dengan acuh tak acuh.     

Akhirnya Rosiana tiba di lantai tempat Sean berada. Dia mendapati pintu di lantai tersebut telah terbuka sehingga dia mengira rekan kerjanya yang sudah datang. Tetapi, setelah dia berteriak dua kali, tidak ada yang menjawab.     

Tiba-tiba, Rosiana menemukan seseorang duduk di kantor presdir. Dia pun bergumam pada dirinya sendiri, "Apakah dia adalah orang mencurigakan yang dikatakan Wapresdir Yandra?"     

Rosiana segera membuka pintu kantor presdir, melangkah masuk, dan bertanya tanpa basa-basi, "Kamu siapa? Bagaimana kamu bisa masuk? Berani menerobos masuk ke perusahaan kami! Apa yang ingin kamu lakukan?"     

Sean sedang melihat-lihat laporan perusahaan. Begitu melihat Rosiana Krisjanto, dia terkejut dan balik bertanya, "Kamu siapa?"     

Rosiana mendorong kacamata berbingkai hitamnya dan menjawab, "Aku sekretaris pribadi Wapresdir Yandra, Rosiana Krisjanto!"     

Sean melirik pakaian seksi Rosiana. Dia tidak mengerti mengapa Wapresdir Yandra yang juga seorang wanita memiliki sekretaris dengan tipe seperti ini. Bukankah wanita seperti ini umumnya favorit pria? Mungkinkah... Chintia Yandra adalah Lesbian? pikir Sean.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.