Ingin Kukatakan Sesuatu

Pergi Ke Rumah Keluarga Wangsa Lagi!



Pergi Ke Rumah Keluarga Wangsa Lagi!

0Sean baru saja tiba di perusahaan.     
0

Kemarin, Sean dan Chintia minum sedikit anggur di sebuah restoran Jepang di dekat BSD City. Namun, tidak ada yang terjadi di antara mereka berdua dan mereka kemudian segera kembali bekerja.     

"Halo, Presdir Yuwono."     

"Selamat pagi, Presdir Yuwono."     

Para karyawan perusahaan menyapa Sean dengan hormat ketika mereka melihat kedatangannya. Pada saat ini, Sean menerima telepon dari Sandi. Dia mengerutkan kening sejenak dan langsung menjawab panggilan itu.      

Sandi berkata di telepon, "Sean Yuwono, cepat datang ke rumah Nenek. Aku sudah menemukan bukti bahwa kamu menjual jam tangan!"     

"Aku sangat sibuk. Aku tidak punya waktu," jawab Sean tanpa beban.     

Sandi buru-buru menantang, "Sean Yuwono, apakah kamu takut untuk datang? Orang yang membeli jam tanganmu sudah aku undang datang ke rumah. Bila kamu berani, datang dan hadapi dia secara langsung!"     

Sean merasa sedikit aneh dan berpikir, Aku tidak menjual jam tangan sama sekali. Jadi, dari mana Sandi mendapatkan saksi?     

Sandi berkata lagi, "Tidak akan menghabiskan banyak waktumu. Wapresdir Yandra berada di perusahaan sepanjang pagi. Dia tidak membutuhkan perlindungan darimu. Kamu cepat datang."     

Sean tidak ingin pergi ke rumah keluarga Wangsa lagi, tetapi dia tidak ingin membuat keluarga Wangsa salah sangka bahwa dia yang mencuri barang mereka. Akhirnya, dia setuju untuk datang, "Baiklah, aku akan datang dan menyelesaikan masalah ini daripada nantinya kamu terus menggangguku."     

Sean menutup telepon, kemudian berkata kepada Rosiana, "Sekretaris Krisjanto, kamu bisa menyetir, kan? Antar aku ke Perumahan Kelapa Gading."     

"Baik!"     

Rosiana segera meletakkan dokumen di tangannya, mengambil kunci mobil, dan berinisiatif untuk menekan lift menuju tempat parkir bawah tanah untuk Sean.     

Rosiana adalah sekretaris pribadi Chintia dengan gaji bulanan lebih dari 18 juta rupiah. Dia sendiri memiliki mobil Audi A3. Kali ini, Rosiana mengantar Sean dengan mobil perusahaan, yakni Mercedes-Benz S600.     

Mobil ini adalah mobil yang digunakan oleh presiden direktur. Biasanya mobil ini akan digunakan untuk menghadiri acara atau untuk mengantar dan menjemput klien presiden direktur. Akan tetapi, Sean tidak menyukai mobil ini. Dia merasa bahwa untuk usianya, tidak cocok menggunakan mobil ini. Dia akan mencari waktu untuk membeli mobilnya sendiri.     

Rosiana duduk di kursi pengemudi dan Sean duduk di kursi belakang. Dia mengemudi dengan sangat mantap dan cepat di sepanjang jalan sambil sesekali mengintip Sean melalui kaca spion mobil dari waktu ke waktu. Benar-benar menyebalkan. Mengapa bos selalu harus duduk di belakang? batin Rosiana.     

Rosiana merasa sedih. Belakangan ini, dia berpikir bahwa setelah meninggalkan Wapresdir Chintia Yandra dan menjadi sekretaris pribadi Presdir Sean Yuwono, dia akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mendekati Sean Yuwono.     

Setelah lebih dari 30 menit, Sean tiba di Perumahan Kelapa Gading dan mobil melaju sampai ke pintu kediaman nyonya besar keluarga Wangsa. Saat ini Sandi, Yuana, Giana, dan yang lainnya sedang berdiri di pintu rumah menunggu Sean. Melihat mobil bos yang bernilai lebih dari 4 milyar rupiah membuat mereka semua tercengang.     

Terlihat Rosiana melangkah keluar dari kursi pengemudi, kemudian dengan cepat berputar dari depan mobil ke sisi lain di barisan belakang dan membukakan pintu belakang untuk Sean. Setelah itu, mereka menyaksikan Sean yang mengenakan jas berjalan keluar dari mobil itu.     

Sean mengancingkan kancing jasnya dan memerintahkan Rosiana, "Sekretaris Krisjanto, kamu tunggu aku di sini."     

"Baik," jawab Rosiana, lalu membungkuk dan mengangguk dengan tatapan hormat.     

Sean berjalan ke depan pintu rumah Nenek Wangsa. Ketika Sandi melihat Sean, dia tertawa.     

"Hahaha! Sean Yuwono, kamu terlalu pintar berpura-pura. Berpura-pura menjadi bos dan meminta Sekretaris Krisjanto untuk mengemudi dan membukakan pintu untukmu? Katakan, berapa kamu membayarnya?" cibir Sandi.     

Yuana melipat tangannya di depan dada hingga lekuk tubuhnya yang indah terlihat semakin jelas. Dia menyahuti perkataan kakaknya dan ikut mencibir Sean, "Siapa yang tidak tahu bahwa kamu adalah anjing Wapresdir Yandra dari Grup Citra Abadi? Untuk apa masih berpura-pura?"     

Sean sudah lama terbiasa dengan ejekan Sandi dan saudara kandungnya, Yuana. Tetapi, hal yang mengejutkannya adalah kali ini Giana tidak memarahi dirinya. Sean memandang Giana dengan terkejut. Giana benar-benar menatap dirinya dengan senyum di wajahnya.     

Giana tertawa dalam hati, Haha. Benar apa yang dikatakan Hilda, Sean bekerja di Grup Citra Abadi agar suatu hari nanti menjadi orang yang berhasil dan memperlihatkannya padaku. Hari ini dia sengaja berpura-pura terlihat seperti orang sukses, sama seperti yang diduga oleh Hilda!     

Tentu saja Giana merasa bahwa Sean berpura-pura. Tetapi, dia perlahan mengerti mengapa Sean ingin berpura-pura. Karena ingin membuat dirinya layak untuk seorang Giana Wangsa.     

Melihat Sean, Giana dengan puas berkata dalam hati, Sean Yuwono, aku akan menghabisimu! Tidak masalah jika sekarang kita bercerai. Aku bisa mencari yang sepadan dan menikah lagi, lalu menjadikanmu pria cadanganku!     

Giana merasa senang memikirkan ide yang bagus ini. Di zaman seperti ini, banyak wanita cantik yang memiliki lebih dari satu pria cadangan. Giana dulu tidak suka berbuat seperti ini, tetapi gadis-gadis di sekitarnya berbuat seperti ini dan dia juga menjadi terpengaruh.     

Sean tidak tahu apa yang dipikirkan Giana, jadi dia tidak melihatnya lagi dan menoleh ke Sandi sambil langsung bertanya, "Jangan buang-buang waktu. Di mana saksi yang kamu katakan?"     

Sandi dengan bangga menjawab, "Di dalam. Masuklah bersamaku."     

Sean mengikuti Sandi dan berjalan ke dalam rumah Nenek Wangsa. Dalam tiga tahun terakhir, Sean sudah datang ke rumah ini lebih sering daripada mereka bertiga, jadi dia sudah terbiasa. Namun, Sean langsung terkejut begitu melangkah masuk.     

Begitu Sean masuk, dia melihat sepuluh pria tidak dikenal yang berpakaian berantakan dengan tubuh penuh tato dan bekas luka senjata tajam. Tatapan mata mereka sungguh kejam. Orang-orang ini terlihat seperti preman.     

"Aneh. Mengapa mereka bisa masuk?" gumam Sean sambil berjalan masuk dengan rasa ingin tahu.     

Tiba-tiba, seorang pria berambut gimbal yang tidak terlihat seperti orang yang baik berjalan ke arah Sean dan menyapa."Saudaraku, Sean Yuwono, kita bertemu lagi."     

Sean melirik orang tersebut dan sontak bertanya, "Kapan kita pernah bertemu?"     

Pria itu berkata, "Kamu lupa? Kamu mencariku untuk menjual jam tangan dua hari yang lalu. Aku memberimu lima milyar. Aku adalah Kak John-mu!"     

Sandi mendengus dingin. "Jakarta kacau atau tidak, semua tergantung pada Kak John. Anak SMA manapun saja tahu tentang Kak John, masa kamu bisa tidak mengenalinya? Aku rasa kamu tidak berani mengakui bahwa kamu menjual jam tangan itu kepada kak John, jadi kamu sengaja berpura-pura tidak mengenalnya!"     

Mendengar sanjungan Sandi, John mengangkat kepalanya dengan bangga.     

Sean tidak bisa menahan perasaan geli dan berkomentar, "Jakarta kacau atau tidak, semua tergantung pada Kak John? Haha! Carmelo Anthony adalah idolamu, ya?"     

Sean pernah mendengar kalimat ini. Kalimat aslinya adalah, "New York kacau atau tidak, semua tergantung pada Kak Melo." Kata Kak 'Melo' di sini mengacu pada pemain NBA bernama Carmelo Anthony yang juga seorang pemimpin geng dengan julukan 'Melo'.     

"Ya… Memangnya kenapa?!" sahut John. Dia tidak menyangka bahwa dengan sekali bertemu, Sean sudah bisa menebak siapa idolanya.     

Sean tersenyum dan berkata, "Oh, tidak apa-apa. Hanya saja, aku tiba-tiba ingat ketika berada di Amerika Serikat, aku bermain basket bersama dengan Melo dan James Jones."     

Di tahun 2003-2006, Sean kebetulan berada di Amerika Serikat. Keluarganya ingin Sean memiliki tubuh seperti atlet sehingga mereka sering mengaturnya untuk berlatih dengan beberapa pemain profesional.     

Sayangnya, John tidak percaya dan mengelak, "Kamu benar-benar pintar membual! Bukankah kamu berasal dari desa? Aku lihat kamu ke luar kota saja sangat sulit, apalagi pergi ke luar negeri?"     

"Cukup! Jangan ribut!"     

Nenek Wangsa tiba-tiba berjalan keluar dari ruangan di dalam sambil menggendong anjing pudel di tangannya. Lalu, dia berkata dengan kejam, "Sean Yuwono, hari ini aku harus melayanimu menggunakan hukum keluarga!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.