Ingin Kukatakan Sesuatu

Mengatakan yang Sebenarnya, Aku adalah Seorang Miliarder!



Mengatakan yang Sebenarnya, Aku adalah Seorang Miliarder!

0Nenek Wangsa memegang lebih dari satu miliar aset keluarga Wangsa dan memiliki martabat yang sangat tinggi dalam keluarga Wangsa, bahkan di seantero Jakarta. Sean Yuwono telah berkali-kali memprovokasi Nenek Wangsa dan membuatnya sangat marah, jadi nyonya besar keluarga Wangsa itu harus membuat mantan cucu menantunya berlutut. Namun, pada saat ini, pudel yang berada di pelukan Nenek Wangsa tiba-tiba terlepas dari pelukannya dan langsung melompat turun begitu melihat Sean.     
0

"Holly!"     

Nenek Wangsa terkejut dan segera memanggil anjing pudel miliknya yang bernama Holly, tetapi Holly tidak mendengarkan sama sekali. Anjing itu segera berlari menuju Sean. Sean juga tersenyum dan memeluk Holly. Holly sangat senang melihat Sean dan terus menjilati tangan Sean.     

Selama tiga tahun terakhir, Sean telah merawat Holly dengan baik, memberi anjing ini makan untuk membersihkan kotorannya, dan membawanya untuk disuntik jika sakit. Bisa dibilang bahwa Sean adalah anggota keluarga ini yang paling dekat dengan Holly.      

Akan tetapi, keadaan ini membuat Nenek Wangsa sangat malu. Anjing peliharaannya tidak ingin mengikutinya, tetapi malah berlari ke pelukan Sean, si mantan menantu yang telah dibuang.     

Melihat kejadian ini, Sandi berkomentar, "Hehe... Ternyata benar, anjing masih lebih suka bermain dengan 'anjing'. Kalian memiliki bahasa yang sama. Untuk hal ini, kami tidak dapat dibandingkan denganmu."     

"Hahaha…" Yuana, John, dan yang lainnya ikut tertawa.     

Sean membelai Holly dan berkata, "Aku telah berada di keluarga Wangsa selama tiga tahun dan ketika aku kembali hari ini, semua orang mengejek dan mencibirku. Hanya Holly yang masih memperlakukanku seperti sebelumnya. Menurutku, beberapa orang tidak lebih baik dari anjing!"     

"Brengsek! Kamu berani menyindir kami?!" hardik Jayadi dengan marah.     

Lana ikut berteriak, "Menantu tidak berguna! Semakin lama, semakin kurang ajar!"     

Nyonya Wangsa juga menjadi sangat marah dan berkata kepada Sean, "Kamu masih punya muka untuk bicara begitu?! Anjing yang aku pelihara selama tiga tahun saja paham untuk tidak menggigitku dan mengibaskan ekornya untuk membuatku senang. Bagaimana denganmu? Kamu malah memukul cucuku dan mencuri jam tangan keluargaku! Apakah kamu tidak merasa bersalah setelah makan di rumah keluarga Wangsa kami selama tiga tahun ini?!"     

Sean menegakkan punggungnya dan membalas dengan tegas, "Aku tidak pernah mengambil jam tangan keluarga Wangsa!"     

Nenek Wangsa mengeluarkan jam tangan Richard Mille dan bertanya, "Lalu, bagaimana bisa jam tangan ini sampai ke tangan Kak John? Jam ini edisi terbatas sedunia. Setiap jam tangan memiliki tandanya sendiri, jadi tidak mungkin salah!"     

John turut tersenyum sambil berjalan ke arah Sean dan berkata, "Anak muda, kamu membawa jam tangan ini kepadaku dan menjualnya padaku. Kamu juga bilang, setelah menjualnya dan mendapatkan uang, kamu akan pergi ke Four Seasons Hotel dan memesan kamar president suite selama seminggu. Katakan padaku, jika kamu tidak mendapatkan lima milyar dariku, dari mana kamu mendapatkan uang untuk memesan kamar?"     

John dan Sandi saling bertatapan dan tersenyum. Mereka berdua sebelumnya sudah membuat dialog hari ini. Mereka tahu bahwa Sean tidak pernah mengambil jam tangan tersebut, tetapi uang Sean untuk menginap di hotel sama sekali tidak jelas dari mana datangnya. Kalau bukan hasil mencuri, maka pasti didapat dari hasil merampok.     

Sean terdiam sesaat dan menghela napas. Mungkin sudah waktunya untuk memberitahu mereka yang sebenarnya! pikirnya.     

"Sebenarnya aku ingin menggunakan status sebagai orang biasa untuk berhubungan dengan kalian. Tidak disangka, ternyata yang aku dapatkan adalah sikap sinis kalian," kata Sean perlahan. Dia akhirnya mengatakan yang sebenarnya, "Baiklah, aku akan mengatakan semuanya. Aku adalah Presiden Direktur Grup Citra Abadi! Aku seorang miliarder! Alasan ini sudah cukup, kan?"     

Setelah Sean mengatakan ini, tubuhnya bergetar karena emosi. Dia tahu bahwa kebenaran ini pasti menjadi bom besar bagi semua orang, terutama bagi Giana Wangsa. Dia menunggu, apakah Giana akan menyesal mengkhianatinya setelah mengetahui identitas aslinya.     

Namun...     

"Hahahaha…"     

"Hahahaha…"     

Semua orang yang berada di sana, kecuali Nenek Wangsa, justru tertawa terbahak-bahak. Bahkan, para anak buah John sang preman yang awalnya sangat sangar seperti hendak memakan orang itu juga ikut tertawa. Sean benar-benar tidak mengerti.     

Sandi tertawa dan menutupi perutnya. "Apakah kamu pikir kamu adalah Richie Rich? Bahkan, sampai mengatakan kata-kata dari film Richie Rich. Hahaha! Konyol sekali!" cibir Sandi.     

Yuana juga tertawa sampai tubuhnya bergetar. "Sean Yuwono, mengapa kamu sangat suka berpura-pura menjadi orang kaya? Jika kamu adalah Presiden Direktur Grup Citra Abadi, jangankan kakakku yang menikahimu, bahkan aku pun bersedia menikah denganmu menjadi istri keduamu! Kita dua bersaudara akan bergiliran melayanimu!"     

Sean malah membalas dengan bingung, "Apa itu Richie Rich?"     

Kebetulan, apa yang Sean katakan adalah perkataan di film Richie Rich. Meskipun film ini sangat populer, Sean sendiri adalah seseorang yang jarang menonton film sehingga dia tidak tahu.     

John tertawa dan menepuk bahu Sean sambil berkata, "Bro, jangan berpura-pura lagi. Apakah menurutmu semua orang masih tidak tahu bagaimana keadaanmu? Berlututlah dengan patuh dan meminta maaflah kepada Nyonya Besar Wangsa dan Tuan Wangsa. Jangan khawatir, Nyonya Besar Wangsa sudah bilang dia tidak akan membiarkanmu masuk penjara."     

Alasan mengapa John bersedia menjadi saksi adalah karena dia tahu bahwa nyonya besar keluarga Wangsa tidak berniat menyerahkan masalah ini kepada polisi. Dengan begitu, John yang bersaksi palsu tidak terhitung melakukan sesuatu yang melawan hukum.     

Pada saat ini, Giana turut berbicara, "Sean, bagaimanapun juga, kamu telah menjadi suamiku selama tiga tahun. Keluarga Wangsa kami tidak akan membiarkan kamu masuk penjara. Mengenai uang, meskipun kamu telah menghabiskan milyaran rupiah, kamu tidak perlu terlalu khawatir. Selanjutnya bayar pelan-pelan saja. Kamu hanya perlu berlutut dan mengakui kesalahan, setelah itu kamu bisa pergi."     

Sean sedikit bingung. Kemarin Giana ditampar oleh Chintia dan marah-marah di parkiran bawah tanah cukup lama. Hari ini, seharusnya dia marah-marah dengan semakin hebat ketika bertemu dengan Sean. Mengapa dia menjadi begitu lembut? Sean bertanya-tanya.     

Sean tetap berkata dengan tegas, "Aku tidak melakukan sesuatu yang salah, jadi aku tidak akan berlutut. Kalaupun aku melakukan sesuatu yang salah, kalian orang-orang keluarga Wangsa juga tidak layak menyuruhku berlutut untuk kalian!"     

"Bajingan!" seru Nenek Wangsa sambil menepuk meja dengan marah.     

Lana berkata, "Panggil polisi! Panggil polisi! Kirim menantu sampah ini ke penjara selama sepuluh tahun!"     

Ketika keluarga Wangsa berkata bahwa mereka akan memanggil polisi, John menjadi takut. Bagaimanapun juga, dia mengaku menjadi saksi. John tahu bahwa Nyonya Besar Wangsa hanya ingin Sean berlutut. Mengenai Sean bersedia berlutut atau tidak, itu tidaklah penting. Oleh karena itu, John menunjukkan ekspresi mengerikan.     

"Hari ini kamu harus berlutut! Meskipun kamu tidak mau berlutut, kamu harus berlutut!" John mulai memaksa Sean. Kemudian, dia memerintahkan bawahannya, "Kawan-kawan, paksa dia berlutut!"     

Dua preman yang sedari tadi berdiri di pintu masuk kini berjalan masuk. Masing-masing memegang lengan Sean dan memerintahkan, "Berlutut!"     

Sean tidak peduli pada dua orang yang memegang lengannya. Dia memandang keluarga Wangsa dan berkata, "Aku sudah bilang, kalian tidak layak!"     

Dalam sekejap, Sean menendang kaki preman di sisi kirinya dan lengan kirinya terlepas dari cengkraman preman itu. Lalu, dia menggunakan siku kirinya hingga membuat preman di sisi kanannya jatuh ke lantai.     

"Ternyata bisa bela diri?" John terkejut melihat adegan itu. "Kawan-kawan, maju sama-sama!"     

Delapan orang yang tersisa bergegas menuju Sean bersama-sama.     

"Guk! Guk!" Holly berdiri di depan dan menggonggong keras pada sekelompok preman tersebut. Yuana pun segera membawa Holly pergi. Namun, anjing yang selalu centil ini tidak ingin menikmati saat berada di antara buah dada Yuana untuk pertama kalinya. Holly terus menggonggong.     

Nenek Wangsa berkata, "Sean Yuwono, aku akan memberimu kesempatan lagi. Berlutut sendiri dan mengakui kesalahan, daripada daging dan kulitmu tersiksa!"     

Sean tersenyum dingin menghadapi delapan preman profesional dan sekali lagi menegaskan, "Kalau begitu, aku akan mengatakannya sekali lagi. Kalian tidak layak!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.