Ingin Kukatakan Sesuatu

Istri Bos?



Istri Bos?

0"Hahaha…" Jayanata tertawa, memandang putrinya yang luar biasa dengan wajah bahagia, dan berkata, "Yuana, ayah yang membesarkanmu. Bagaimana mungkin Ayah tidak tahu kelebihanmu?"     
0

Yuana pun bertanya, "Kalau begitu, mengapa Ayah tidak membiarkan aku… ehem... berpakaian lebih terbuka?"     

Jayanata menggelengkan kepalanya.     

"Putriku, kamu tidak mengerti. Saat pertama kali bertemu, berpakaian terlalu terbuka hanya akan membuat Presdir Yuwono memandang rendah dirimu. Dia akan berpikir bahwa kamu adalah seorang wanita yang tidak menghargai diri sendiri."     

"Tujuanmu adalah menikah dengan Presdir Yuwono, bukan untuk menjadi kekasih atau orang ketiga, jadi tidak boleh terlihat vulgar dalam berpakaian," Jayanata menjelaskan, lalu bertanya pada Yuana, "Baru saja kita bertemu Wapresdir Chintia Yandra dan sekretarisnya, Rosiana Krisjanto. Apakah kamu masih ingat pakaian yang mereka kenakan?"     

Seorang gadis yang menyukai kecantikan seperti Yuana Wangsa pasti memiliki ingatan yang lebih mendalam tentang pakaian. Yuana mengangguk dan menjawab, "Mereka berdua mengenakan pakaian yang hampir sama. Keduanya mengenakan kemeja putih dan rok hitam. Tapi, rok Rosiana Krisjanto lebih pendek, sedangkan rok Chintia Yandra lebih panjang, hampir mencapai lutut."     

Jayanata mengangguk.     

"Inilah perbedaan rok yang menunjukkan perbedaan kelas antara Chintia Yandra dan Rosiana Krisjanto. Apakah tubuh Chintia Yandra lebih buruk daripada Rosiana Krisjanto? Tentu saja tubuhnya lebih bagus! Tapi, sebagai bos, dia tidak boleh memakai pakaian terlalu vulgar," Jayanata melanjutkan, "Kamu juga sama. Kamu harus menjadikan dirimu terlihat lebih berkelas, sehingga Presdir Yuwono akan menghargaimu."     

Yuana merasa bahwa kata-kata Jayanata masuk akal. Dia pun berkata, "Terima kasih, Ayah. Aku akan merebut Presdir Yuwono dari Chintia Yandra!"     

Jayanata mengangguk dengan senang dan puas. Setelah putrinya menikah dengan Presiden Direktur Grup Citra Abadi, Nenek Wangsa pasti akan lebih menghargai keluarga Jayanata Wangsa. Pada saat itu, miliaran properti keluarga Wangsa dan status sebagai ahli waris perusahaan tidak diragukan lagi akan menjadi milik Jayanata.     

Setelah itu, keduanya duduk menunggu sampai belasan menit seperti ini.     

"Mengapa bahkan secangkir teh pun tidak disajikan? Apakah Grup Citra Abadi begitu buruk dalam melayani tamu?" Yuana mulai mengomel.     

Mulut Yuana terasa sedikit kering. Dia menyadari bahwa sekretaris tidak menyajikan teh untuk mereka. Mau tidak mau, dia membuka pintu dan berteriak pada Rosiana, "Sekretaris Krisjanto, beri kami dua cangkir teh. Aku mau teh hitam."     

"Baiklah, tunggu sebentar," Rosiana menanggapi.     

Lebih dari sepuluh menit telah berlalu, tetapi Rosiana tetap tidak menyajikan teh.     

Yuana Wangsa menghentakkan kakinya dengan marah dan mengomel lagi, "Aku sangat marah! Sekretaris Krisjanto mempermainkanku!"     

Jayanata tidak ingin mempengaruhi suasana hati Yuana sehingga dia menghibur putrinya, "Ketika kamu menjadi istri presdir, pecat saja dia. Jangan marah, Presdir Yuwono bisa masuk kapan saja."     

"Oh."     

Yuana segera kembali duduk dengan pose bermartabat dan senyum di wajahnya, seperti seorang putri dari keluarga terpandang. Kemudian, setengah jam berlalu dan mereka berdua masih saja tidak dipedulikan.     

"Ayah, aku tidak tahan lagi. Gaya duduk wanita bermartabat benar-benar melelahkan," Yuana akhirnya bersandar di sofa, mengangkat kakinya, dan mengeluh, "Mengapa Presdir Yuwono masih tidak datang juga?"     

Jayanata melirik gaya duduk Yuana yang sangat tidak enak dilihat dan menggelengkan kepalanya. "Presdir Yuwono sepertinya tidak menganggap kita penting. Dia benar-benar membuat kita menunggu selama satu jam."     

Pada saat ini, Sean mendorong pintu dan masuk. Melihat Yuana mengenakan sepatu hak tinggi dan meletakkan kakinya di atas sofa, dia tidak bisa menahan diri untuk mengatakan, "Adik Yuana, aku tahu kamu semaunya di rumah, tapi apakah kamu bisa semaunya ketika berada di luar? Apakah ayahmu tidak memberitahumu bahwa itu tidak sopan?"     

Ketika Yuana mendengar suara pintu, dia terkejut hingga langsung menurunkan kakinya dan kembali ke posisi duduk wanita terhormat.      

Setelah Sean melihatnya, dia berkomentar, "Ehem, mengenakan chongsam. Ini adalah pertama kalinya aku melihatmu mengenakan chongsam selama tiga tahun ini. Aku tidak menyangka kamu memiliki sedikit keanggunan seorang wanita."     

Harus diakui, dandanan putri Jayanata Wangsa sangat sukses. Jika Sean tidak mengenal Yuana sebelumnya dan sekarang keduanya pertama kali bertemu, ini benar-benar akan meninggalkan kesan yang baik, bahkan memiliki keinginan untuk berhubungan lebih lanjut.     

Mendengar pujian Sean membuat Yuana terlihat merasa jijik.     

"Pergi sana. Jangan menatapku. Aku tidak memakai chongsam untukmu. Aku tahu, karena hari ini Ayah mengatakan bahwa pada awalnya Kakek ingin menjodohkan kita, sekarang kamu jadi mempunyai ketertarikan padaku," Yuana melanjutkan, "Tapi, bagaimana mungkin ayam bisa cocok dengan burung phoenix? Kamu bahkan tidak pantas untuk Giana Wangsa. Bagaimana mungkin kamu pantas untukku?"     

Meskipun Yuana sangat feminin, Sean tidak pernah mempunyai ketertarikan sedikitpun terhadapnya selama tiga tahun ini. Dia ingin berkata, "Yuana, kamu salah paham. Aku hanya berpikir…"     

Mulut Yuana Wangsa tidak mau kalah dan dengan cepat menyambar, "Kamu bahkan tidak boleh memikirkannya. Memikirkannya juga berdosa!"     

Sean menggelengkan kepalanya tanpa daya dan mengabaikan Yuana, lalu duduk melihat Jayanata. Namun, sebelum dia sempat berbicara, Jayanata berkata kepadanya, "Sean Yuwono, kamu adalah pengawal. Apa yang kamu lakukan di sini? Mana Presdir Yuwono?"     

Sean telah memberitahu mereka sebelumnya bahwa dirinya adalah Presiden Direktur Grup Citra Abadi, tetapi mereka tidak percaya. Dia juga malas mengatakannya lagi.     

Sean berkata, "Kalian datang ke sini untuk membicarakan High Class Private House Project, kan? Katakan saja padaku."     

Jayanata mencibir dengan jijik, "Mengatakannya padamu? Apa gunanya mengatakannya padamu? Kamu adalah pengawal bau, seseorang tidak berguna yang hanya bisa bertarung. Apakah kamu mengerti proyeknya? Apakah kamu mengerti bisnisnya?"     

Sean mulai marah. "Jadi, kamu tidak ingin membicarakannya? Baik, aku akan pergi."     

"Tunggu sebentar." Yuana tiba-tiba menarik Sean hingga membuat Sean terkejut. Senyum ramah muncul di wajah Yuana Wangsa. "Sean Yuwono, jangan pergi dulu. Ada yang ingin aku tanyakan. Dua hari ini kamu menjadi pengawal Chintia Yandra. Kamu pasti sangat tahu soal Chintia Yandra dan Presdir Yuwono, kan?"     

Sean mengangguk. "Lumayan, aku tahu sedikit."     

Yuana tersenyum lagi dan bertanya, "Kalau begitu, kamu bisa memberitahuku seberapa dekat Chintia Yandra dan Presdir Yuwono? Apakah mereka tinggal bersama di malam hari? Tinggal di rumah Presdir Yuwono atau tinggal di rumah Chintia Yandra?"     

Sean tahu bahwa Yuana memiliki mulut seperti ember sehingga apapun bisa menyebar darinya. Sebelumnya, Chintia mengatakan bahwa Sean dan dirinya adalah sepasang kekasih. Hal ini sudah memengaruhi reputasinya.     

Sean ingin mengambil kesempatan ini untuk memberitahu lebih banyak orang melalui Yuana bahwa dia tidak memiliki hubungan dengan Chintia Yandra. Dia pun berkata, "Mereka berdua sudah putus."     

Jawaban Sean ini tidak hanya tidak membuat malu Chintia Yandra, tetapi tidak menyangkal pernyataan bahwa Chintia Yandra dan dirinya adalah sepasang kekasih. Dengan begitu, dia dapat memulihkan nama baiknya.     

Setelah mendengar kata-kata ini, Yuana dan Jayanata sangat gembira.     

"Putus? Putus? Hahahaha…" Yuana tertawa gembira.     

Jayanata turut gembira hingga memukul pahanya sendiri dengan penuh semangat. "Tuhan membantuku juga! Tuhan membantu keluarga Wangsa-ku!"     

Sean merasa bingung dan bertanya, "Kalau mereka putus, untuk apa kalian begitu senang?"     

Yuana tersenyum dan kembali ke postur duduknya yang bermartabat. Dia meletakkan satu kaki di atas kaki yang lain, terlihat seperti dirinya berada tinggi di atas. Dia berkata, "Sean Yuwono… Oh, tidak, Yuwono… Tidak, nama keluarganya sama dengan Presdir Yuwono. Ehem, Sean."     

Wajah Sean penuh dengan tanda tanya hitam. Dalam sesaat, Yuana Wangsa mengubah tiga panggilan. Apa yang akan dia perbuat? pikirnya.     

Yuana berkata, "Sean, karena kamu dulu adalah kakak iparku, aku akan memberimu kesempatan untuk keluar dan membawakan calon istri bosmu secangkir teh hitam!"     

Istri bos?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.