Ingin Kukatakan Sesuatu

Sean Yuwono Masih mencintaiku!



Sean Yuwono Masih mencintaiku!

0Sean sudah mengemudikan mobil keluar dari tempat parkir bawah tanah Gedung CBD, tetapi suara tangisan Giana sepertinya terdengar di telinganya. Dia pun membatin, Giana Wangsa selalu sombong. Bagaimana bisa dia terima jika ditampar di depan umum seperti itu?     
0

Selagi mengemudi, Sean berpesan kepada Chintia, "Kamu tidak diizinkan menampar Giana Wangsa lagi tanpa izin dariku."     

Chintia dapat melihat bahwa Sean merasa sedikit kasihan terhadap mantan istrinya. Sean Yuwono masih mencintai Giana Wangsa! pikir Chintia.     

"Baik, Presdir Yuwono," jawab Chintia, lalu lanjut bertanya, "Tapi, dia sudah berbuat seperti itu kepada Anda. Tidakkah Anda membencinya?"     

Sean tersenyum dan menjawab dengan balas bertanya, "Benci adalah sisi lain dari cinta. Membencinya berarti mencintainya. Apakah ada bedanya?"     

Mendengar kata-kata filosofis Sean, Chintia tidak lagi memperlakukan pria muda itu sebagai anak kecil. Baik pengetahuan maupun pemikirannya, putra dari keluarga besar seperti Sean benar-benar tidak bisa diremehkan.     

Sean Yuwono merupakan seorang pria muda yang tampan. Dia berasal dari keluarga yang kaya raya. Dia memiliki pemikiran yang tajam, murah hati, serta mencintai wanita. Chintia juga mulai menyukainya.     

Aku harus mendapatkan pria ini, Chintia diam-diam berkata pada dirinya sendiri dalam hati.     

Setelah puluhan menit, Sean dan Chintia akhirnya tiba di tempat yang disebut BSD City. Tempat itu dikelilingi oleh pegunungan dan sungai. Pemandangannya indah, seperti sebuah resor, dan ada museum yang hanya setengah dibangun di sebelahnya.     

Begitu mereka berdua turun dari mobil, Sean melihat lingkungan di sekitar dan bertanya, "Keluarga Wangsa berencana membangun high class private house di sini, kan?"     

High Class Private House Project adalah proyek keluarga Wangsa yang pembiayaannya dicari dari Grup Citra Abadi. Rencananya, lokasi ini akan dibangun khusus menjadi perumahan tempat tinggal para keluarga kelas atas. Menurut perencanaan yang diberikan oleh keluarga Wangsa, nantinya akan ada belasan townhouse di sini dengan gaya bangunan yang mengombinasikan gaya Tiongkok dan gaya barat.     

Secara terperinci, townhouse di High Class Private House Project akan memiliki interior yang menggunakan kayu pinus bergaya grid, pintu dan jendela kaca setinggi langit-langit, lantai tatami, serta tempat tidur bergaya barat. Pemandangan luar ruangan akan dapat dilihat melalui jendela dan koridor. Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat tinggal pribadi yang paling khas dan indah di seantero Jakarta.     

Chintia mengangguk dan menjelaskan, "Inilah tempatnya. Di sini ada taman yang paling banyak di kota Jakarta dan ada juga hutan pohon maple merah. Orang-orang yang tinggal di sini nanti juga bisa piknik di hutan maple. Ada juga satu-satunya mata air panas alami di Jakarta. Orang-orang kaya di Jakarta pasti akan datang untuk tinggal di sini."     

Chintia melanjutkan, "Tapi, apakah Presdir Yuwono benar-benar berencana memberi mereka uang? Keluarga Wangsa sangat keterlaluan pada Anda!"     

Sean tertawa dan menjawab, "Sebenarnya, proyek ini adalah ideku."     

"Apa?" Chintia terkejut, "Mungkinkah keluarga Wangsa mencuri ide Anda?"     

Sean menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa dibilang seperti itu. Aku bisa melihat bahwa keluarga Wangsa selalu ingin menjadi keluarga kelas satu di Jakarta, tapi kakek Giana sudah meninggal. Baik Jayanata Wangsa maupun Jayadi Wangsa tidak begitu pintar. Mereka selalu memperebutkan harta keluarga Wangsa."     

Sean menjelaskan, "Jadi, aku memikirkan proyek ini untuk keluarga Wangsa. Tidak perlu meningkatkan kekuatan keluarga, tapi keluarga bisa mengontrol kalangan kelas atas dengan merancang kediaman pribadi khusus untuk mereka. Aku menyebutkan ide ini kepada Giana, lalu Giana menyampaikannya kepada nyonya besar keluarga Wangsa dan dia menerimanya. Hanya saja, dia memberikan proyek ini kepada Jayanata Wangsa."     

Chintia berkomentar, "Keluarga Wangsa sangat menyukai keluarga Jayanata Wangsa. Bisa dibilang mereka lebih mementingkan anak laki-laki daripada perempuan, jadi mereka merasa Giana Wangsa tidak memiliki hak untuk mewarisi harta keluarga Wangsa. Untuk hal ini, aku bersimpati pada Giana Wangsa."     

Sean mengangguk setuju. "Benar. Giana Wangsa selalu dihina oleh keluarga dan orang tuanya selalu menekannya, tapi keluarga besarnya justru menyuruhnya untuk menikahi seorang suami yang miskin…"     

"Hah! Meski begitu, ini bukan alasan agar dia bisa berselingkuh!" cerca Chintia.     

Sebuah daun maple tertiup angin dan jatuh ke rambut Chintia. Sean mengambil daun itu dari kepala Chintia dan berkata, "Chintia, temani aku minum."     

———     

"Minum! Minumlah bersamaku!"     

Di kompleks apartemen di Alam Sutera, Giana sedang memegang gelas anggur. Ada seorang wanita cantik di sampingnya, yakni sahabatnya yang bernama Hilda Sukirman.     

Hilda meraih gelas Giana dan bertanya, "Giana, ada apa denganmu hari ini? Mengapa minum-minum di siang bolong? Siapa yang menggertakmu? Katakan padaku. Aku akan menghajarnya!"     

Giana menjawab dengan getir, "Chintia Yandra si pelacur itu! Dia menamparku! Aku tidak memprovokasi dia sama sekali, hanya memarahi suamiku yang tidak berguna. Mengapa dia menamparku? Memangnya dia itu siapanya Sean Yuwono, si sampah?!"     

Hilda tersenyum dan berkata, "Apakah kamu pernah mendengar pepatah, 'Kamu harus melihat tuannya ketika kamu memukul seekor anjing'? Sekarang mantan suamimu adalah anjing Chintia Yandra. Tentu saja dia tidak akan membiarkan kamu menghinanya."     

Giana mengambil gelas anggurnya lagi dan langsung meneguk semua anggur di dalamnya. Kemudian, dia berkata dengan marah, "Sean Yuwono, kamu sangat kejam. Aku hanya berselingkuh sekali. Di zaman seperti ini, wanita cantik mana yang tidak pernah berselingkuh? Hilda, kamu bahkan sudah berselingkuh dua kali!"     

Perkataan Giana justru membuat Hilda merasa sedikit malu. Dia mengambil segelas anggur dan menuangkan segelas anggur sambil memprotes pelan, "Mengapa kamu mengungkit diriku? Aku tidak ditangkap basah oleh suamiku."     

"Dia hanyalah menantu miskin. Meskipun dia tahu, mengapa dia tidak bisa menerimanya?" Giana kembali mengomel, "Kamu tahu tidak, Hilda? Aku memintanya untuk berlutut kepadaku dan dia menolak. Tapi, tidak lama setelah itu, dia pergi untuk berlutut dan meminta maaf kepada Chintia Yandra, bahkan bersedia menjadi pengawalnya. Menurutmu, mengapa begitu? Aku juga bisa memberinya uang!"     

Hilda menggoyangkan gelas anggur merahnya dan tertawa.     

"Berdasarkan apa yang aku tahu tentang Sean Yuwono, dia sangat mencintaimu tiga tahun ini. Jadi, dia tidak akan dengan mudah berpindah hati. Alasan mengapa dia menolakmu dan menjadi pengawal Chintia Yandra adalah untuk membuatmu menghormatinya!" kata Hilda.     

"Hah?" Giana menjadi lebih sadar, tetapi sangat bingung dengan kalimat ini.      

Hilda menjelaskan, "Coba kamu pikir. Jika dia menggunakan uangmu, dia pasti berpikir bahwa dia bergantung pada wanita. Tapi, uang yang diperoleh dari orang lain bisa membuatnya berdiri tegak di depanmu. Aku berani bertaruh denganmu, Sean Yuwono ingin menjadi orang yang berhasil di luar, membuat dirinya layak untukmu, dan kemudian melamarmu!"     

Giana berpikir sejenak dan sebuah senyum perlahan muncul di wajahnya.     

"Hah! Aku tahu laki-laki tidak berguna ini masih mencintaiku. Tapi, aku tidak bisa menunggunya. Bagaimanapun juga, aku sudah bercerai, jadi aku bisa mencari seseorang yang setara denganku. Latar belakang keluarga Cahyadi Pangestu cukup lumayan. Hanya saja, dia terlalu playboy, tidak seperti Sean Yuwono yang bisa menjaga orang."     

"Kamu bisa menikah dengan Cahyadi Pangestu dulu. Jika tidak cocok, bercerai saja," kata Hilda, "Pada saat itu, biarkan Sean Yuwono mengambil alih. Dia adalah orang yang baik. Dia pasti akan bersedia."     

Giana mengangguk setuju. "Itu ide yang bagus."     

Melihat suasana hati Giana yang menjadi lebih baik, Hilda mendentingkan gelasnya dengan gelas Giana. Setelah mereka bersulang, Hilda bertanya dengan santai, "Oh, iya. Bukankah Sean selalu menjadi bapak rumah tangga? Mengapa enam bulan terakhir ini dia tiba-tiba menjadi pengantar makanan?"     

Giana meneguk anggur dan mengusap bibirnya. "Sepertinya saat keluarga kami pergi liburan ke Swiss enam bulan yang lalu, dia menderita sebuah penyakit dan membutuhkan uang, tapi dia tidak bisa menemukan kami sehingga dia memutuskan untuk mencari uang sendiri…"     

"Oh," gumam Hilda pelan.     

Hilda tidak bertanya lagi dan lanjut minum-minum bersama Giana.     

———     

Keesokan harinya, pada pukul delapan pagi, Giana yang belum sepenuhnya sadar dari alkohol menjawab sebuah panggilan telepon dengan linglung. Dia hanya mendengar orang di ujung telepon itu berkata, "Giana, segera datang ke rumah Nenek. Aku sudah menemukan bukti Sean Yuwono menjual jam tangan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.