Ingin Kukatakan Sesuatu

Kemarahan Giana Wangsa



Kemarahan Giana Wangsa

0Sean Yuwono bingung sampai bertanya-tanya, Apakah otak si bodoh Cahyadi Pangestu ini terkena virus? Apa yang dia bicarakan?     
0

Sementara itu, Cahyadi malah merasa bahwa dirinya sangat cerdas. Dia teringat pembicaraan yang didengarnya antara Rosiana dengan rekan-rekan kerja lainnya tentang seseorang yang berlutut kepada presiden direktur. Dia yakin bahwa itu adalah Sean yang berlutut pada Chintia. Alasan Sean berlutut pasti untuk meminta Chintia memaafkannya dan agar dirinya menjadi pengawal wanita itu.     

Cahyadi berkata, "Sean Yuwono, bukankah kamu berpura-pura hebat di pesta ulang tahun kemarin? Saat itu, Wapresdir Yandra memintamu untuk menjadi pengawalnya, tapi kamu tidak mau. Kami semua mengira kamu benar-benar hebat, bersikeras tidak mau menjadi pengawal!"     

Sekarang Cahyadi tertawa. "Haha! Aku tidak menyangka kamu bangun pagi-pagi sekali, berpakaian seperti anjing, mengenakan setelan pengawal, dan datang untuk berlutut dan memohon kepada Wapresdir Yandra untuk menjadi anjingnya!"     

Cahyadi melanjutkan, "Wapresdir Yandra, kamu jangan menyetujuinya. Kemarin di pesta ulang tahun, kamu sudah bilang kamu akan memasukan Sean Yuwono ke dalam daftar hitam!"     

Sang sekretaris, Rosiana, yang berada di luar pintu sontak terkejut dan tidak percaya apa yang didengar telinganya. Wapresdir Yandra ingin memasukkan Presdir Yuwono ke dalam daftar hitam? Ya Tuhan! Apakah ini benar?     

Chintia jelas sangat marah. Cahyadi berani mempermalukannya di depan umum dan membuat seluruh karyawan tahu bahwa dia pernah tidak menghormati presiden direktur perusahaan ini.     

Plak!     

Chintia menampar Cahyadi lagi. Kali ini, dia berkata dengan marah, "Bajingan! Kapan aku pernah bicara begitu? Kamu keluar dari sini! Kamu tidak diizinkan untuk datang ke perusahaan kami lagi! Segera pecat juga karyawan yang membawanya naik kemari!"     

Cahyadi menutupi wajahnya yang kesakitan. Dia adalah seorang tuan muda dari keluarga Pangestu yang bermartabat. Namun, dia baru saja ditampar dua kali di depan umum.     

Sayangnya, tempat ini adalah tempat kekuasaan Chintia Yandra. Cahyadi tidak berani berkata kasar kepada Chintia, jadi dia hanya bisa berkata kepada Sean dengan marah, "Sean Yuwono, jangan pikir karena kamu pengawal Chintia Yandra, kami tidak bisa berbuat apa-apa padamu! Kamu tunggu saja! Aku segera akan membuatmu tidak bisa makan! Tidur di jalan! Masuk penjara!"     

Cahyadi turun dari lantai atas, keluar dari Gedung CBD, dan kembali ke mobilnya dengan wajah suram dan sangat marah. Dia memukul setir mobil dengan tangannya dan mengeluarkan bermacam-macam sumpah serapah.     

"Chintia Yandra! Dasar wanita jalang! Hanya sedikit cantik, seorang wanita jalang yang hanya bergantung pada para pria! Kenapa dia memukulku?! Ketika aku benar-benar menaklukkan Giana Wangsa suatu hari nanti, aku ingin kamu berlutut di depanku dan memanggilku 'Daddy'! Aku akan menghabisimu, wanita jalang sialan!"     

Tak cukup puas, Cahyadi kembali memaki, "Dan juga Sean Yuwono, si sampah tak berguna. Aku harus segera memberitahu keluarga Wangsa mengenai Sean yang menjadi pengawal Chintia Yandra."     

———     

Satu jam kemudian, Cahyadi sudah menghadap nyonya besar keluarga Wangsa di Perumahan Kelapa Gading.     

"Apa katamu? Sean Yuwono si menantu tidak berguna ini menjadi pengawal Chintia Yandra?"     

Nenek Wangsa sangat terkejut ketika mendengar laporan dari Cahyadi. Tidak hanya dirinya, tetapi juga Giana, Sandi, Yuana, serta Jayanata dan Jayadi yang berada di sana. Mereka semua tak kalah terkejut.     

Cahyadi menjelaskan, "Iya, aku melihatnya sendiri. Sean berada di kantor Chintia Yandra dan membawakan dokumen untuknya. Aku juga dengar dari orang-orang Grup Citra Abadi bahwa Sean langsung berlutut begitu melihat Chintia Yandra. Dia berlutut dengan sepasang kakinya di depan Chintia Yandra, meminta Chintia Yandra untuk memaafkannya."     

Cahyadi lanjut berkata, "Chintia Yandra sudah memilih Sean. Mungkin hatinya tersentuh dan setuju untuk menerimanya."     

Mendengar ini, Giana mengepalkan tangannya dengan marah dan memaki, "Sean Yuwono bajingan! Dia benar-benar berlutut kepada wanita lain! Aku sudah menikah dengannya selama tiga tahun, tapi dia tidak pernah sekalipun berlutut untukku!"     

"Aku memberinya beberapa kali kesempatan untuk berlutut dan mengakui kesalahannya. Selama dia mau berlutut dan memohon, aku bisa memaafkannya. Aku tidak akan menceraikannya dan aku tidak perlu memanggil polisi untuk menangkapnya, tapi dia tetap tidak mau berlutut!" kata Giana dengan sangat kesal, "Dalam sekejap, dia malah berlutut di depan wanita lain!"     

Semakin Giana terus berbicara, semakin dia termakan emosi. Dia merasa sedih hingga hampir menangis.     

Bagi keluarga Wangsa, hal ini memang sangat memalukan.     

Sandi tersenyum dan berkata, "Giana, bagaimana kamu mendidiknya dalam tiga tahun ini? Tidak berlutut pada istri sendiri, justru berlutut kepada wanita lain. Benar-benar memalukan keluarga Wangsa kita."     

Yuana turut mengambil kesempatan ini untuk mencibir sepupunya itu, "Kakak, sepertinya pesonamu masih belum cukup! Jika Sean Yuwono adalah suamiku, aku pasti akan menyuruhnya berlutut di hari pertama dia masuk ke keluarga Wangsa kita dan menyuruhnya membasuh kakiku setiap hari!"     

Bahkan, nyonya besar keluarga Wangsa pun merasa sangat malu hingga menyalahkan Giana dan orang tuanya, "Kalian bahkan tidak bisa menjinakkan seorang menantu dalam tiga tahun! Benar-benar tidak berguna! Jika kalian membuatnya disiplin seperti yang Yuana baru saja katakan, apakah dia akan berani memukul Sandi?"     

Giana mengepalkan tangan dan menjawab, "Jika diberi satu kali lagi kesempatan untuk membuatnya menjadi suamiku, aku akan menyuruhnya berlutut dari pagi hingga malam! Aku benar-benar terlalu baik padanya tiga tahun ini!"     

Kenyataannya, Giana memang sangat baik kepada Sean dalam tiga tahun ini. Jika tidak, Sean tidak mungkin akan mencintainya. Akan tetapi, sekarang Giana tampaknya merasa menyesal karena telah bersikap begitu lembut pada Sean.     

Giana merasa bahwa dirinya telah sangat dipermalukan. Dia tidak bisa membuat Sean Yuwono berlutut padanya, tetapi Chintia Yandra bisa melakukannya. Orang yang paling membuat Giana cemburu sekarang adalah Chintia Yandra!     

Giana segera berkata, "Nenek, Chintia Yandra justru berbuat demikian dan mengkhianati kita. Kemarin dia bilang akan mendukung keluarga Wangsa dan memasukkan Sean ke dalam daftar hitam, tapi hari ini dia justru menerima Sean menjadi pengawal. Kita harus segera memutuskan hubungan dengan Chintia Yandra dan menghukumnya!"     

Plak!     

Nyonya besar keluarga Wang menampar wajah Giana dan memarahi cucunya itu, "Apa yang kamu bicarakan?! Pembiayaan 150 milyar rupiah yang dibutuhkan keluarga Wangsa kita masih berada di tangan Chintia Yandra! Bagaimana bisa kita memusuhinya?!"     

Jayanata mendengus dan, seperti anak-anaknya, ikut mencibir, "Giana, aku tahu bahwa kamu cemburu pada Wapresdir Yandra, tapi dia memang lebih hebat daripada kamu. Kamu harus mengakuinya."     

Wajah Giana sontak memerah. Dia tidak bisa menerima semua ini.     

"Karena keluarga tidak mau membantuku, aku akan pergi sendiri ke Grup Citra Abadi untuk mencari mereka!" kata Giana dengan geram.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.