Ingin Kukatakan Sesuatu

Aku adalah Presiden Direktur!



Aku adalah Presiden Direktur!

0Giana tertegun. Dia tiba-tiba merasa bahwa dia pernah mendengar kalimat ini sebelumnya di suatu tempat. Setelah berpikir dengan saksama, dia menyadari bahwa ternyata baru kemarin. Sekitar jam segini, di Hotel Raffles, Giana mengatakan hal yang sama kepada Sean!     
0

Kemarin, Giana dan Cahyadi membuka kamar dan bertemu dengan Sean. Sean ingin masuk untuk memukul Cahyadi, tetapi Giana mengatakan bahwa kaki Sean tidak layak untuk masuk ke kamar hotel bintang lima.     

Sekarang, Sean tidak hanya berdiri di kamar hotel bintang lima, tetapi juga tinggal di dalamnya sebagai tamu. Tak hanya itu, dia bahkan tinggal di kamar president suite yang tidak pernah ditinggali oleh Giana. Sama-sama hotel bintang lima, tetapi tarif kamar Four Seasons Hotel beberapa kali lipat jauh lebih mahal daripada Hotel Raffles.     

Sean berdiri di depan Giana. Dia tiba-tiba teringat sebuah kalimat yang sangat populer di sebuah aplikasi musik belakangan ini: Aku bukanlah aku yang dulu. Hendaklah kamu menggunakan sudut pandang yang baru untuk menilaiku!     

"Baiklah. Kamu tidak membiarkanku masuk, kan?" Giana menjadi marah setelah dicegat. "Aku awalnya ingin memberimu kesempatan untuk pulang, mengakui kesalahanmu, dan menerima hukuman dari Nenek. Tak ada kesempatan lagi untukmu sekarang."     

"Karena kamu tidak menghargai kesempatan ini, maka aku akan melaporkanmu pada polisi! Jangan salahkan aku karena tidak mengingatkanmu bahwa hukuman mencuri 5 milyar akan dipenjara lebih dari 15 tahun!" Giana memperingatkan, "Jika kamu sekarang berlutut padaku…"     

Brak!     

Sebelum Giana selesai berbicara, Sean langsung menutup pintu dengan keras.     

"Hah! Dia mengira aku menyukainya, jadi sedikit-sedikit menyuruhku berlutut dan meminta maaf padanya. Aku benar-benar terlalu memanjakannya selama tiga tahun ini. Atas dasar apa jika menyukai seseorang, maka harus menjadi begitu menyedihkan?!" Sean mengomel sendiri.     

Sean tidak lagi memikirkannya. Dia kembali mengeringkan rambutnya.     

———     

"Kamu…" Giana menghentakkan kakinya dengan marah. Dia langsung menelepon polisi.     

Setelah menelepon polisi, Giana berteriak di depan pintu kamar president suite itu, "Aku sudah menelepon polisi! Tunggu saja! Kamu akan masuk penjara!"     

Segera, semua orang di keluarga Wangsa mengetahui bahwa Giana yang menghubungi polisi. Nenek Wangsa sangat tidak senang mendengar kabar ini.     

"Apa? Giana menghubungi polisi? Siapa yang menyuruhnya memanggil polisi? Jika itu urusan keluarga Wangsa, aku mau mengurusnya sendiri, bukan menyerahkannya kepada orang lain!" seru Nenek Wangsa dengan penuh ketidakpuasan.     

Lana tahu bahwa selama ini Nenek Wangsa lebih suka menyelesaikan semuanya sendiri. Karena Lana takut Giana disalahkan, dia buru-buru berkata, "Ibu, pasti karena Sean tidak mau bekerja sama, maka Giana menghubungi polisi. Selain itu, Sean bukan anggota keluarga Wangsa kita lagi. Tidak cocok menggunakan hukum keluarga untuk menghukumnya."     

Nenek Wangsa menghela napas. "Lupakan saja. Mungkin Sean ditakdirkan untuk hidup di penjara."     

Semua orang keluarga Wangsa percaya bahwa selanjutnya Sean Yuwono pasti akan dihukum.     

———     

Sepuluh menit kemudian, dua orang berseragam polisi datang ke Four Seasons Hotel. Sementara itu, Cahyadi dan Giana sedang menunggu di lobi. Setelah mereka melihat polisi datang, Giana segera melangkah maju.     

"Pak polisi, kalian sudah datang. Saya yang menelepon kalian," kata Giana.     

Seorang polisi bertanya, "Dengan Nona Giana Wangsa, benar? Anda bilang Sean Yuwono telah mencuri jam tangan keluarga kalian yang bernilai 5 milyar rupiah?"     

Giana menganggukkan kepala dan menjawab, "Iya, Sean Yuwono adalah menantu keluarga kami, tapi kami baru saja bercerai. Dia mencuri jam tangan keluarga kami dan menjualnya. Setelah mendapatkan uang, dia memesan kamar president suite untuk seminggu dan juga memanggil wanita muda!"     

"Pak polisi, kalian cepat tangkap dia!" kata Giana lagi pada polisi.     

Polisi itu berjalan ke resepsionis dan berkata, "Telepon dan suruh orang bernama Sean Yuwono turun."     

Resepsionis menelepon kamar Sean, tetapi Sean baru saja tertidur setelah mandi sehingga dia tidak mendengar panggilan telepon. Giana juga menggunakan ponselnya untuk menelepon Sean, tetapi tidak ada jawaban.     

"Dia pasti merasa bersalah karena mencuri sehingga tidak berani menjawab telepon!" kata Giana.     

Seorang petugas polisi berkata, "Kalau begitu, mari kita langsung naik saja."     

Kedua polisi tersebut naik lift sendiri. Cahyadi tidak ingin menimbulkan masalah di sini, jadi dia menunggu bersama dengan Giana di lantai bawah.     

Tok, tok! Tok, tok!     

Polisi mengetuk pintu beberapa kali. Akhirnya Sean terbangun dari tidurnya, kemudian bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu.     

Begitu Sean membuka pintu, dia berhadapan dengan dua petugas polisi. Salah satu polisi itu langsung bertanya, "Apakah Anda adalah Sean Yuwono? Bisakah kita masuk?"     

Sean tahu bahwa Giana yang memanggil polisi. Dia tersenyum dan menjawab, "Iya, silakan masuk."     

Seorang petugas polisi berkacamata memperkenalkan diri, "Saya adalah Kepala Polisi Liandra, kepala polisi di daerah ini. Kami menerima telepon dari Nona Giandra Wangsa yang mengatakan bahwa Anda telah mengambil jam tangan seharga 5 milyar rupiah milik keluarga mereka. Apakah itu benar?"     

Sean menjawab dengan jujur, "Saya tidak mengambil apapun dari keluarga Wangsa."     

Kepala Polisi Liandra kembali bertanya, "Bila saya boleh bertanya, saya dengar Anda sebelumnya adalah menantu dari keluarga Wangsa dan Anda tidak memiliki uang. Dalam enam bulan terakhir, Anda hanya bekerja mengantarkan makanan. Tadi Nona Wangsa berkata bahwa Anda tidak mendapatkan satu sen pun harta keluarga Wangsa setelah perceraian…"     

Selagi mengatakan hal ini, sebagai seorang pria, Kepala Polisi Liandra sedikit bersimpati kepada Sean. Keluarga Wangsa terlalu pelit. Harta keluarga mereka bernilai setidaknya 1 triliun rupiah. Memberikan beberapa ratus juta rupiah juga seharusnya bukanlah masalah.     

Kepala Polisi Liandra berkata, "Anda lihat kamar president suite ini. Ada kolam renang, TV, dan begitu banyak sofa. Pemandangan di sini juga sangat bagus. Saya dengar tarif per malamnya 12 juta rupiah dan Anda sudah memesan kamar ini untuk seminggu. Karena Anda tidak mengambil jam tangan keluarga Wangsa, dari mana Anda mendapatkan uangnya?"     

Sean tidak langsung menjawab, tetapi bangkit dan pergi ke meja kerja di dalam. Dia mengambil sebuah kontrak dan menyerahkannya kepada polisi.     

"Kepala Polisi Liandra, ini adalah kontrak perpindahan saham Grup Citra Abadi. Sekarang saya adalah pemegang saham terbesar Grup Citra Abadi. Ini kartu nama saya!"     

Sembari berbicara, Sean memberikan kartu nama yang memuat namanya sebagai Presiden Direktur Grup Citra Abadi kepada Kepala Polisi Liandra.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.