Ingin Kukatakan Sesuatu

Menginap di Hotel Bintang Lima!



Menginap di Hotel Bintang Lima!

0Melihat kata-kata 'Akta Cerai' yang tertulis besar, Sean menghela napas lega. Dia merasa bahwa semua penderitaannya dalam tiga tahun terakhir telah sirna.     
0

Kini Sean bisa berkata pada dirinya sendiri, "Akhirnya aku bukan lagi menantu parasit yang tinggal di rumah mertua."     

Sean berjalan keluar dari pintu Pengadilan Negeri dengan penuh rasa haru. Pelatihan selanjutnya adalah pelatihan bisnis. Sean ingin mengabdikan dirinya untuk karir bisnisnya.     

Pada saat ini, Giana mengejek Sean, "Ya! Kamu sudah bukan lagi menantu parasit yang tinggal di rumah mertua. Kamu sudah menjadi menantu yang dibuang! Bahkan, lebih memalukan daripada menantu parasit!"     

Menantu yang dibuang? Menantu yang diusir dari rumah mertuanya? Terserah kalian mau menyebutnya seperti apa! pikir Sean. Dia tidak ingin mengatakan apapun lagi pada wanita materialistis ini, jadi dia memanggil taksi dan pergi meninggalkan mereka.     

Akan tetapi, Giana merasa tidak terima. Jelas-jelas dirinya adalah pihak yang bersalah, tetapi dia merasa belum cukup memaki si mantan suami tidak berguna ini.     

Giana masuk ke mobil Cahyadi dan berkata, "Ikuti dia! Kita lihat, apakah dia meninggalkan Jakarta atau tidak."     

Cahyadi menginjak pedal gas dan mengikuti taksi yang dinaiki Sean, lalu berkata sambil tersenyum, "Pasti dia naik kereta api dan meninggalkan Jakarta. Hidupnya di Jakarta sudah berakhir. Selain itu, dia juga tidak memiliki tabungan. Jika dia tidak pergi, apa dia akan makan angin di Jakarta?"     

Seperti Cahyadi, Giana juga merasa bahwa Sean pasti memilih untuk pergi. Tetapi, dari sorot mata Sean, rasanya tidak sesederhana itu.     

Saat Cahyadi mengemudi, dia melirik akta cerai yang dipegang Giana dan tersenyum. Dia berkomentar, "Kenapa akta cerai ini berwarna kuning dan bukan merah?"     

Giana mengangguk dan membalas, "Warna kuning itu bagus! Bukankah perceraian adalah suatu hal yang membahagiakan bagi kedua belah pihak?"     

Cahyadi terkekeh dan menjawab, "Iya, tapi seharusnya si bocah itu harus diberi akta cerai yang berwarna hitam. Cocok untuknya! Haha!"     

Giana tersenyum, memukul Cahyadi pelan, dan merajuk, "Kamu benar-benar jahat."     

Mobil yang dikendarai Cahyadi dan Giana terus mengikuti taksi yang ditumpangi Sean. Namun, setelah beberapa menit berlalu, tiba-tiba Cahyadi mulai kebingungan.     

"Ini bukan jalan menuju stasiun kereta, kan?" tanya Cahyadi.     

Giana ikut terkejut saat menyadarinya dan balik bertanya, "Apa ini jalan menuju bandara?"     

Cahyadi menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Justru bukan. Ini arah ke Jalan Gatot Subroto."     

Giana menggenggam rambutnya dengan lembut dan bertanya lagi, "Apa jangan-jangan dia tidak akan meninggalkan Jakarta?"     

Cahyadi mendengus dengan dingin. "Mungkin bocah ini sedang mencari penginapan. Kamu tenang saja. Dengan adanya koneksi keluargaku di industri perhotelan, aku jamin bahwa dia tidak akan bisa tinggal di hotel bintang empat ke bawah!"     

"Ya…" gumam Giana. Wanita itu hanya ingin membuat mantan suami tidak bergunanya ini menghilang dari Jakarta secepat mungkin.     

Setelah beberapa menit berlalu, taksi Sean akhirnya berhenti. Namun, taksi itu berhenti di hotel bintang lima paling mewah di Jakarta, Four Seasons Hotel, di Jalan Gatot Subroto. Sesudah itu, Cahyadi dan Giana menyaksikan Sean keluar dari taksi dan berjalan memasuki hotel.     

"Sial! Si bajingan Sean datang ke Four Seasons untuk melamar pekerjaan sebagai pelayan!" Cahyadi sangat marah dan memukul setir BMW-nya.     

Giana juga sangat marah dan berkata, "Di pesta ulang tahun tadi, kami, keluarga Wangsa dengan jelas melarangnya bekerja sebagai pelayan! Sekarang dia malah datang untuk melamar pekerjaan! Sudah jelas bahwa dia tidak mengacuhkan perkataan keluarga Wangsa kami ini!"     

"Bajingan ini tidak mempercayai kekuasaanku!" Cahyadi juga berkata dengan penuh emosi, "Kamu tunggu saja. Aku akan menelepon dulu."     

Cahyadi mengeluarkan ponselnya dan memeriksa daftar kontaknya, lalu melakukan panggilan.     

"Halo, Christianto? Apa kamu masih bekerja sebagai manajer di Four Seasons Hotel? Aku ingin melaporkan sesuatu padamu. Ada seorang bocah bernama Sean Yuwono yang pergi melamar pekerjaan di hotelmu, tapi jangan kamu terima. Ya, hanya itu saja."     

Setelah menutup telepon, Cahyadi menepuk dadanya dan menjamin, "Laporan selesai! Sean si tidak berguna ini akan segera diusir keluar!"     

Giana langsung memuji Cahyadi dan berkata dengan gembira, "Kamu memiliki koneksi yang sangat luas! Siapapun itu, kamu pasti mengenalnya."     

Cahyadi dengan bangga berkata, "Semuanya adalah saudaraku! Haha! Jika aku menyuruh mereka melakukan sesuatu, mereka akan merasa sangat berterima kasih."     

Lima menit kemudian, Cahyadi melihat bahwa Sean belum juga keluar dari hotel. Mau tidak mau, dia pun menelepon manajer Four Seasons Hotel lagi.     

"Halo, Christianto. Bagaimana mengenai laporan yang aku sampaikan padamu? Kenapa kamu belum mengusir Sean? Bukankah dia akan tinggal? Apa dia bersikeras tidak ingin pergi? Panggil satpam! Oh, satpam tidak bisa. Langsung panggil polisi saja!"     

Christianto berkata di telepon, "Kak Sandi, tidak ada yang datang ke hotel kami untuk melamar pekerjaan. Aku telah menanyakannya pada beberapa rekan kerja, tapi semuanya bilang tidak ada orang bernama Sean Yuwono yang melamar pekerjaan."     

"Apa?" Cahyadi mendadak kebingungan. Jika Sean Yuwono tidak melamar pekerjaan di Four Seasons Hotel, lalu apa yang dia lakukan di sana? pikirnya.     

Ekspresi Cahyadi tiba-tiba berubah. "Jangan-jangan Sean… menginap di hotel ini!"     

Giana tak kalah terkejut dan langsung membantah, "Tidak mungkin! Four Seasons Hotel memiliki tarif mulai dari 12 juta semalam! Tadi saat baru bercerai, aku mengambil semua kartu banknya. Dia hanya memiliki beberapa ratus ribu uang tunai dan OVO dengan limit maksimal yang bisa digunakan sebesar empat juta rupiah."     

"Ayo kita masuk dan lihat sendiri saja," ajak Cahyadi.     

Mereka berdua turun dari mobil dan berjalan ke lobi Four Seasons Hotel. Begitu mereka masuk, seorang pegawai yang ada di resepsionis menyambut mereka sambil tersenyum.     

"Tuan, Nona, selamat datang. Apa ada yang bisa dibantu?"     

Cahyadi bertanya, "Apa ada seseorang bernama Sean Yuwono yang baru saja menginap di sini?"     

Pegawai itu menjawab dengan sopan, "Maaf, kami tidak dapat mengungkapkan privasi tamu kami."     

"Sialan!" Cahyadi sontak berteriak di lobi dengan kesal, "Christianto! Christianto! Keluar kamu!"     

Setelah beberapa saat, manajer hotel bernama Christianto yang ternyata adalah seorang pria paruh baya pun berjalan mendekat.     

"Kak Cahyadi," Christianto menjawab panggilan Cahyadi dengan hormat.     

Cahyadi yang kehilangan kesabarannya berkata, "Cepat periksa untukku, apakah Sean Yuwono menginap di sini atau tidak!"     

Christianto mengedipkan mata pada seorang pegawai sehingga akhirnya pegawai itu berkata, "Baik."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.