Ingin Kukatakan Sesuatu

Tidak Berani Mengaku!



Tidak Berani Mengaku!

0Meskipun Sean memandang wajah Giana yang cantik, dia merasa bahwa istrinya itu benar-benar buruk rupa.     
0

"Haha! Awalnya kamu yang selingkuh, tapi kamu kemudian mengambinghitamkan diriku dengan menuduhku selingkuh. Tidak cukup sampai di sini, hari ini kamu bahkan ingin menamparku? Istriku yang baik, rupanya aku benar-benar sudah menikahi seorang 'istri baik' yang sangat sulit untuk dijumpai dalam seratus tahun!" cerca Sean.     

Kemarahan Sean telah mencapai puncaknya. Tak ada yang menyangka bahwa pada saat ini, Sandi merebut penggaris naga raksasa dan bergegas menghampiri Sean.     

"Dasar anjing! Berani-beraninya kamu memukulku! Lihat saja bagaimana aku menghancurkan wajahmu ini!" rutuk Sandi.     

Sambil berbicara, Sandi mengambil penggaris naga raksasa dan melambaikannya ke wajah Sean. Namun, Sean tetap berdiri di tempat dan sama sekali tidak menghindar. Tangan kirinya meraih pergelangan tangan Sandi dan memutar tangannya sehingga penggaris naga raksasa itu menampar wajahnya sendiri.     

Bak!     

Sandi tertampar penggaris naga raksasa oleh tangannya sendiri dengan sangat keras. Tamparan ini membuat wajahnya yang sudah hancur menjadi lebih buruk.     

Seluruh penonton terkejut. Mereka memikirkan hal yang sama, Seorang menantu yang tinggal di rumah keluarga istrinya ternyata berani memukul cucu keluarga Wangsa?     

Nenek Wangsa bangkit untuk berdiri dengan marah dan memaki, "Bajingan! Kamu masih berani berlaku brutal! Apa kamu tidak tahu berapa banyak kepala biro dan kepala institut yang hadir di sini?! Mereka bisa menangkapmu saat ini juga dan membawamu ke penjara!"     

Sean percaya bahwa kata-kata Nenek Wangsa memang benar. Semua orang yang datang ke sini adalah orang-orang yang berpendidikan dan tidak ada orang yang tidak berpendidikan di sini. Itu semua karena keluarga Wangsa selalu menjalin hubungan dengan orang-orang yang berkuasa. Namun, Sean tidak gentar.     

Sean memandang para tamu dan berkata, "Aku pikir polisi juga sudah melihat dengan jelas saat Sandi terlebih dulu mengambil senjata. Aku hanya melakukan pembelaan diri."     

Semua tamu mengenakan pakaian biasa dan tidak ada satu pun dari mereka yang mengenakan pakaian kerja. Tetapi, salah satu dari mereka, seseorang yang tinggi dan berkacamata, tiba-tiba berbicara.     

"Tadi kamu mengatakan bahwa kamu bersedia menerima hukum adat keluarga Wangsa, tapi kamu justru mengingkari perkataanmu itu ketika kamu akan mendapatkan hukuman. Apa menurutmu pantas bagi seorang pria untuk tidak menepati apa yang sudah dikatakannya?"     

Setelah orang itu selesai berbicara, sekelompok orang juga ikut merespons. Jelas terlihat bahwa mereka memiliki status yang tidak rendah dalam masyarakat. Mendengar dukungan dari para tamu, senyuman Nenek Wangsa mengembang.     

Sean menjawab, "Aku bersedia menerima hukum adat keluarga Wangsa, tapi hanya jika aku melakukan kesalahan."     

Nyonya Besar keluarga Wangsa berseru dengan penuh amarah, "Kamu sudah memiliki wanita lain di luar sana, di belakang Giana! Kamu juga sudah memukul cucuku! Apa menurutmu kamu masih belum cukup berbuat salah pada keluarga Wangsa?!"     

Sean mendengus dingin dan berkata, "Aku sudah mencintai Giana dengan sepenuh hati selama tiga tahun terakhir ini dan sejak awal aku juga tidak pernah mendua hati! Cucu perempuanmu yang selingkuh! Dia menyewa kamar di Hotel Raffles dengan Cahyadi Pangestu kemarin! Kalian bisa pergi memeriksa catatan tamu di hotel itu sendiri!"     

Begitu Sean menyampaikan kata-kata ini, aula tiba-tiba menjadi ramai. Para tamu pun saling berbisik satu sama lain.     

"Cahyadi Pangestu? Apakah Cahyadi yang merupakan putra kedua dari keluarga Pangestu?"     

"Sejak awal, aku sudah pernah mendengar bahwa keluarga Wangsa bermaksud untuk mencari menantu dari keluarga Pangestu. Tampaknya itu benar."     

"Keluarga Wangsa dan keluarga Pangestu memang sebanding. Tapi, bukankah seharusnya Giana bercerai lebih dulu, baru menikah lagi? Bukankah berselingkuh di dalam sebuah pernikahan merupakan hal yang tidak pantas?"     

"Sepertinya wanita tercantik di Jakarta tidak sepolos yang terdengar. Hehe…"     

"….."     

Mendengarkan bisikan orang banyak, wajah Giana mulai memerah. Dia cepat-cepat berdalih, "Nenek, semuanya, jangan dengarkan omong kosongnya! Kemarin saya bertemu dengan Cahyadi Pangestu untuk membahas urusan bisnis. Seharusnya semua orang juga tahu bahwa Duta Jaya Property kami akhir-akhir ini sedang membutuhkan dana investasi. Oleh karena itu, saya mencari Tuan Cahyadi untuk membicarakan masalah pendanaan."     

Sean tersenyum dan membalas, "Apa perlu menyewa kamar untuk membicarakan urusan bisnis? Bahkan, berbicara dengan mengenakan handuk kimono? Apa kamu menganggap bahwa orang-orang yang ada di sini adalah orang bodoh?!"     

Tepat pada saat ini, sesosok wajah yang tidak asing memasuki aula. Panjang umur. Itu adalah kekasih Giana, Cahyadi Pangestu.     

"Oh! Semua orang sudah ada di sini rupanya."     

Cahyadi datang dengan gaya rambut yang menawan, mengenakan pakaian mahal, dan memegang hadiah di tangannya. Dia terlihat sedikit terkejut melihat situasi di aula.     

Begitu Giana melihat Cahyadi, dia segera menarik pria itu.     

"Tuan Cahyadi, suami parasit di keluarga kami ini sudah menjebakku dengan mengatakan bahwa aku sudah berselingkuh denganmu. Cepat katakan pada semua orang bahwa kemarin aku memang membicarakan urusan bisnis denganmu."     

Cahyadi tercengang. Akhirnya sekarang dia mengerti mengapa semua orang menatapnya dengan pandangan yang begitu aneh. Cahyadi memelototi Sean dengan ganas, lalu diam-diam berkata dalam hatinya, Berani-beraninya si tidak berguna ini mengungkap persoalan tentang aku dan Giana di depan begitu banyak orang seperti ini?!     

Meskipun orang-orang yang berada di kalangan atas sering melakukan hal-hal yang buruk, mereka memiliki perbedaan dari para bajingan rendahan. Perbedaan terbesar itu adalah tidak peduli pekerjaan kotor apapun yang mereka lakukan, mereka harus tetap terlihat sebagai orang yang baik.     

Cahyadi berkata pada semua orang, "Semuanya, tolong jangan dengarkan apa yang dikatakan Sean si tidak berguna ini! Giana dan saya tidak bersalah. Kemarin dia datang pada saya hanya untuk mengantarkan dokumen."     

Setelah berbicara begitu, Cahyadi beralih pada Sean dan balik bertanya, "Sean, katamu aku berselingkuh dengan Giana. Memangnya kamu punya bukti seperti rekaman atau foto?"     

Cahyadi tahu bahwa Sean tidak mengeluarkan ponselnya untuk mengambil gambar atau rekaman di hotel kemarin. Sementara, satu-satunya rekaman yang membuktikan bahwa Giana menginap di kamar hotel juga sudah dihapus oleh Cahyadi. Jadi, saat ini Cahyadi hanya perlu membantahnya mati-matian saja.     

Melihat bahwa Sean tidak dapat memberikan bukti, Cahyadi tersenyum dan berkata lagi, "Semuanya, sebenarnya alasan mengapa Sean memfitnahku adalah karena hal lain."     

Perkataan Cahyadi jelas menuai perhatian semua orang selagi dia melanjutkan, "Mungkin kalian tidak tahu bahwa menantu keluarga Wangsa ini juga bekerja paruh waktu untuk mengantarkan makanan. Kemarin saya memesan makanan dari luar dan kebetulan diantar olehnya. Siapa sangka karena dia mengandalkan dukungan dari keluarga Wangsa, dia berani berperilaku buruk dan melemparkan makanan yang saya pesan ke lantai. Akhirnya, saya memberinya bintang satu."     

Tak cukup sampai di sana, Cahyadi beralih pada Kuncoro dan berkata, "Kebetulan Bos Kuncoro yang merupakan Direktur Perwakilan Kami Antar juga ada di sini. Bos Kuncoro, Anda bisa memeriksa catatan pengirimannya kemarin!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.