Ingin Kukatakan Sesuatu

Menindas Orang dengan Keterlaluan!



Menindas Orang dengan Keterlaluan!

0

Hukuman adat keluarga!

0

Hukuman adat keluarga Wangsa benar-benar sangat berat. Dalam kasus yang ringan, orang itu akan dipukuli selama beberapa hari hingga tidak dapat berjalan. Sementara dalam kasus yang berat, jarinya akan dipatahkan.

Giana segera menelepon Sean.

"Ada apa?" ​​Sean menjawab panggilan itu dengan cepat.

Giana langsung memberitahu, "Nenek menyuruhmu untuk datang."

"Tidak," tukas Sean, kemudian langsung menutup telepon.

Giana tidak menyangka bahwa Sean akan berani menolaknya dengan begitu cepat. Dia meletakkan ponselnya dan berkata pada neneknya, "Dia tidak akan datang."

Lana yang melihat situasi canggung ini pun segera berkata, "Bu, hari ini adalah ulang tahunmu yang kedelapan puluh. Lebih baik kita menyibukkan diri dengan hal ini terlebih dulu saja dan jangan mengurusi si tidak berguna itu."

Nenek Wangsa tetap bersikukuh, "Selama itu adalah sesuatu yang dipelihara oleh keluarga Wangsa-ku ini, tidak peduli manusia atau anjing, jika aku menyuruhnya datang, dia harus datang!"

Setelah itu, Nenek Wangsa memandang Sandi dan memerintah, "Sandi, pergi dan bawa dia ke hadapan Nenek!"

"Baik!"

Sandi menggertakkan jarinya. Biasanya dia juga sering menindas Sean, tetapi kali ini dia akan memanfaatkan kesempatan ini untuk meregangkan tinjunya.

Setelah Sandi pergi, Nenek Wangsa kembali duduk di kursi mahoni sambil mengelus-elus anjing pudelnya untuk menenangkan suasana hatinya. Nenek Wangsa kemudian berkata, "Hari ini Nenek meminta kalian untuk datang ke sini lebih awal karena ada satu hal yang ingin Nenek sampaikan pada kalian."

Jayanata, Jayadi, dan yang lainnya duduk dengan resah, menunggu instruksi Nenek Wangsa.

Nenek wangsa berkata, "Kemarin Grup Citra Abadi baru saja mengangkat seorang presiden direktur. Tidak ada yang tahu siapa dia dan dari mana asalnya."

"Kalian juga tahu bahwa Duta Jaya Property milik kita selalu bekerja sama dengan Grup Citra Abadi. Baru-baru ini, kita sedang mendiskusikan mengenai pendanaan sebesar seratus lima puluh miliar, sementara kontrak tersebut masih belum ditandatangani. Oleh karena itu, memiliki hubungan yang baik dengan ketua baru Grup Citra Abadi adalah hal terpenting saat ini!"

Duta Jaya Property adalah bisnis properti milik keluarga Wangsa, sementara komplek apartemen di Alam Sutera tempat Giana tinggal dikelola oleh keluarga mereka. Namun, akhir-akhir ini terdapat masalah pendanaan Duta Jaya Property sehingga investasi dana sebesar seratus lima puluh miliar dari Grup Citra Abadi sangat dibutuhkan.

Mendengar kata-kata Nenek Wangsa, semua orang juga mengetahui dengan jelas bahwa siapapun yang dapat menjalin hubungan baik dengan presiden direktur baru Grup Citra Abadi dan berhasil mendapatkan pendanaan senilai seratus lima puluh miliar adalah orang yang akan mendapatkan penghargaan dari Nyonya Besar keluarga Wangsa. Penghargaan ini dapat berupa promosi kenaikan jabatan dalam bisnis keluarga, atau bahkan otoritas terhadap perusahaan dan harta keluarga Wangsa!

Jayadi terlebih dulu berkata, "Bu, serahkan masalah ini padaku. Aku akan mencoba melakukan yang terbaik untuk membangun hubungan baik dengan presiden direktur baru Grup Citra Abadi!"

Jayanata menggoda, "Atas dasar apa Ibu harus menyerahkannya padamu? Aku yang selalu bertanggung jawab untuk urusan keuangan. Masalah ini, biar aku dan Sandi yang akan membereskannya!"

Melihat kedua putranya yang bersedia turun tangan untuk membereskan masalah ini, Nenek Wangsa tersenyum dan berkata, "Hari ini adalah ulang tahun Nenek yang kedelapan puluh. Para tamu yang datang khusus untuk memberi Nenek ucapan selamat nanti adalah tokoh-tokoh terkemuka dari semua lapisan masyarakat di Jakarta."

"Saat kalian menjamu tamu nanti, tanyakan pada mereka mengenai presiden direktur yang baru itu. Siapa yang berhasil mengetahui tentang ini terlebih dulu, dialah yang akan bertanggung jawab atas masalah ini," cetus Nenek Wangsa.

"Baik, Bu!" Jayadi dan Jayanata menjawab serempak.

———

Sandi meninggalkan perumahan dan mengendarai mobil Maserati-nya di jalan beraspal yang baru saja disiram air. Sembari merokok, Sandi menghubungi nomor telepon Sean.

"Ada apa?" tanya Sean saat mengangkat telepon.

Begitu mendengar suara Sean, Sandi tersenyum dan berkata, "Haha! Sean, barusan Giana membicarakan tentang masalah kalian. Aku tidak menyangka bahwa kamu bisa berani berbuat seperti ini!"

Sean sedikit terkejut dan bertanya, "Giana… sudah memberitahukan semuanya pada kalian?"

Sandi menjawab, "Sudah, sudah. Dia bahkan menangis sesenggukan. Bagaimanapun juga, menurutku dalam hal ini Giana bersalah. Menurutmu, untuk apa dia berlaku seolah-olah memiliki harga diri yang tinggi? Bukankah hanya karena dia agak cantik saja? Postur tubuhnya bahkan tidak sebagus Yuana kami, jadi kenapa dia tidak mau tidur dan melayanimu walaupun hanya satu malam saja?"

Sean mengira bahwa Giana menangis karena merasa bersalah, jadi dia menghela napas dan menjawab, "Apa yang sudah berlalu, biarlah berlalu."

Tiba-tiba Sandi bertanya, "Di mana kamu? Ayo mengobrol berdua denganku."

Sean menjawab, "Aku sedang mengantarkan makanan di komplek perumahan Permata Hijau."

Sandi langsung membalas, "Oke. Aku akan segera ke sana. Tunggu aku."

Sandi menginjak pedal gas dan tiba di gerbang komplek perumahan Permata Hijau hanya dalam beberapa menit. Tepat pada saat itu, dia melihat Sean keluar dengan mengendarai sepeda motornya.

Tanpa turun dari mobil, Sandi membuka jendela penumpang bagian depan dan berkata pada Sean, "Naiklah. Nenek ingin bertemu denganmu."

Sean berpikir bahwa Nenek Wangsa ingin bertemu karena ingin mewakilkan cucunya untuk memohon maaf padanya. Dia pun dengan tegas berkata, "Bahkan jika nenekmu memohon untuk Giana, tidak akan ada gunanya. Aku sudah memutuskan untuk mengakhiri pernikahan ini!"

Sandi yang tampak kebingungan pun berkata, "Kamu benar-benar sudah gila, ya? Nenekku memohon maaf padamu?! Nenekku ingin menghukummu dengan adat keluarga!"

Sinar matahari yang menyilaukan membuat Sean tidak bisa membuka matanya. Dia terkejut bukan main dan berseru, "Menghukumku dengan adat keluarga? Atas dasar apa?"

Sandi menegur Sean dengan emosi, "Atas dasar apa?! Kamu sudah memiliki wanita lain di luar sana, tapi kamu masih bertanya atas dasar apa?!"

"Memang, aku sangat senang melihat Giana diselingkuhi seperti ini. Tapi, bagaimanapun juga, dia adalah keluarga kami. Kamu sudah melakukan hal yang menyalahi keluarga Wangsa, jadi sudah sepantasnya kamu mati!" Sandi memperingatkan.

Sean tercengang.

"Aku memiliki wanita lain di luar sana?! Apa ini yang dikatakan Giana?"

Sean tidak pernah menyangka bahwa Giana yang berselingkuh akan melemparkan kesalahan padanya dan mengambinghitamkan dirinya.

Dasar wanita tidak tahu malu! Menindas orang juga ada batasnya! batin Sean geram.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.