My wife is a boy

Memaafkan



Memaafkan

0Tak ada yang lebih menyesakkan dalam hidup Panji selain dari berpisah dengan Algis dan kedua bayi kembarnya.Panji terpuruk,hidupnya seakan menjadi gelap sunyi tak berwarna lagi walau hanya berpisah beberapa hari.Tiap malam ia akan menangis tersedu di kamarnya,meratapi hari-harinya tanpa Algis di sisinya.Hukuman yang Algis berikan sangat berat.Namun ia harus menjalani ini.     
0

Bukanya Panji tidak mau berusaha untuk melakukan sesuatu supaya membuat Algis memaafkan dirinya,hanya dia tidak mau lebih menyakiti hati pemuda itu.Panji menunggu,menunggu Algis berdamai dengan hatinya.Ia tahu pemuda yang melahirkan kedua bayinya itu sedang menghadapi rasa bersalahnya.Bagaimana Algis akan memafkan dirinya jika Algis sendiri sedang terbebani rasa bersalah,merasa dirinyalah penyebab semua yang telah terjadi.     

Panji meringkuk,menekuk kedua kaki panjangnya sambil memandangi foto Algis dengan kedua bayi kembarnya.Dalam foto itu,Algis tampak tersenyum bahagia.Sedangkan bayi kembarnya virendra dan vishaka terlihat menyebikkan bibir mereka.Panji teringat,dia sendiri yang mengambil foto itu,saat si kembar sedang bermain di halaman belakang rumah mereka.     

Panji sangat merindukan tiga sosok dalam foto berbingkai kaca itu,ia tak jemu memandangi foto itu,meski berjam-jam ia melakukan hal itu.     

"Papa rindu kalian..."lirih Panji sambil membelai bingkai kaca di tanggannya.     

Panji pernah terpuruk seperti ini,ketika Algis terbaring tak berdaya di rumah sakit.Dan sekarang kembali terulang kembali,malah semakin parah.Pria itu tak lagi fokus dengan pekerjaanya,dia menghabiskan waktu hanya untuk meratapi kesunyian hidupnya tanpa Algis dan kedua bayi kembarnya.     

Akhir pekan ini panji hanya menghabiskan waktu berdiam diri dalam kamarnya,ia tak mau keluar untuk sekedar makan.Bahkan Nur selalu di usirnya jika pelayannya itu datang ke kamarnya untuk mengantar makanan.     

Panji sedang patah hati,hidupnya merana tanpa Algis dan anak-anaknya.Dia ingin semua kembali seperti sebelumnya,tapi ia sadar itu tak akan mudah.Kesalahanya fatal.Panji sungguh menyesal.Mungkin ini yang di sebut karma,perbuatanya dulu yang seenaknya saja pada setiap wanita yang datang padanya harus ia bayar sekarang.     

Sekarang Panji merasakan bagaimana rasanya di tinggalkan ketika sedang sayang sayangnya.Ternyata menyakitkan.     

xxxx     

"Ini pak.." Algis mengulurkan sejumlah uang pada sopir taxi yang ia tumpangi.     

Setelah itu Algis bergegas membuka pintu taxi dan langsung keluar dari dalam taxi.     

"Eh..dek...ini kembaliannya"kata si sopir taxi.     

"Ambil saja pak,kembaliannya"kata Algis sambil berlalu.     

Pemuda manis itu berjalan terburu-buru untuk masuk ke dalam rumahnya.     

Ting tong..ting tong...     

Algis menekan bel pintu rumah berulang kali.Ia berdiri gelisah tak sabar untuk segera masuk ke dalam rumah.     

Tak lama kemudian,pintu itu terbuka.     

"Den Algis..." senang Nur saat melihat majikannya berdiri di depan pintu.     

Algis segera masuk kedalam rumah.     

"Mas panji di mana?"     

"Di kamarnya den,mengurung diri gak makan seharian ini.Saya sudah coba antar makanan keatas tapi saya malah di suruh pergi" jawab Nur sambil mengikuti langkah Algis keruang tengah.     

"Masakin makanan kesukaan Mas Panji sekarang ya Mbak.."perintah Algis.     

"Iya den.."     

Lalu Algis berjalan ke lantai atas menuju kamarnya.     

Algis berdiri sesaat di depan kamar,ia menarik nafas dalam-dalam sebelum tangannya menarik kenop pintu kamarnya.Perlahan pintu ia buka.     

Kamar gelap lampu tidak dinyalakan,gorden jendela tertutup rapat.Tak ada cahaya masuk dalam kamar.     

Algis perlahan mulai melangkah masuk,ia menghentikan langkahnya saat ia merasakan menginjak sesuatu.Algis menunduk kebawah untuk melihat apa yang ia injak.     

Algis memunggut beberapa pakaian Panji yang tergeletak berserakan di lantai."Kebiasaaan yang tak pernah berubah".Gumam Algis dalam hati.     

Pemuda manis itu lalu melangkah mendekati tempat tidur.Menyalakan lampu temaram di atas meja.     

Panji masih di posisi yang sama tidur meringkuk sambil memeluk foto dalam bingkai kaca.     

Algis perlahan duduk di tepi ranjang,ia mengamati wajah suaminya yang terlihat tirus tak terurus dengan cambang yang tak di cukur.     

Perlahan Algis menjulurkan tangannya,membelai samar wajah pria kesayangannya.Hatinya pilu melihat pria yang ia cintai seperti itu.Rasa sesal menjalari hatinya.Sampai hati ia mengabaikan orang yang ia cintai hingga seperti ini,memisahkan dari anak-anaknya.Ia sibuk menata hatinya tanpa berpikir bahkan Panji juga tertekan dan terluka.Panji hanya ingin melindungi dirinya hanya caranya saja yang salah.     

Panji tidak tahu bagaimana cara melindungi orang yang dia sayang tanpa menyakiti orang lain.Panji tidak tahu jika segala sesuatu harus di bicarakan dengan dirinya untuk mencari jalan keluarnya.     

"Mas...."panggil Algis berbisik di telinga panji.     

Mendengar suara yang sangat ia hapal memanggil namanya,Panji perlahan membuka matanya.     

Kedua iris matanya menangkap bayangan seseorang yang sanagt ia rindukan.     

Bibir panji melengkung membentuk satu garis senyuman.     

"Aku lebih suka tidur,karena kalo tidur aku bisa bertemu dengan mu dalam mimpi Gis.."kata panji dengan suara serak dan parau.     

Algis tersenyum,ia menangkup wajah Panji dengan satu tangganya.     

"Mas..."     

"Ini seperti bukan mimpi"     

Panji meraih wajah Algis untuk menyentuhnya.     

"Aku kangen Gis,kangen banget.."buliran bening mengalir dari kedua bola mata Panji.     

"Maafkan Algis mas,maafkan Algis.."     

Algis meraih tangan Panji,lalu menciumi tangan pria itu berulang kali.     

"Algis pulang mas..ini bukan mimpi"     

Panji bangkit dari tidurnya,lalu duduk berhadapan dengan Algis.Pria itu kemudian meraba wajah Algis memastikan apa yang dia dengar bukanlah ilusinya,bukan mimpi.     

"Mas gak mimpi,ini nyata mas,Algis pulang"     

Panji makin menangis tersedu,hatinya terasa lega dan bahagia.Ia langsung memeluk tubuh ramping yang sangat ia rindukan beberapa hari ini.Pelukan panji semakin erat ia takut ini hanya mimpi ketika ia bangun tubuh ramping ini akan menghilang seperti biasanya.     

"Aku mohon jangan pergi,kembalilah aku gak bisa hidup tanpa kamu Gis,maafkan kesalahan ku aku mohon"kata Panji dengan tubuh terguncang karena isakan tangisnya.     

Algis membalas pelukan Panji,ia mengusap punggung pria kesyangannya pelan.     

"Algis yang minta maaf mas,Algis hanya memikirkan perasaan Algis sendiri tanpa mau tahu mas juga menderita di sini.Algis yang salah mas.."     

Panji menggeleng cepat.     

"Aku yang salah,apa yang aku lakukan sudah menyakiti mu dan mengecewakan kamu Gis.Tapi aku mohon kasih kesempatan aku untuk menebus kesalahan ku"     

Algis merenggangkan pelukannya,supaya bisa melihat wajah pria kesayangannya.     

"Kita perbaiki semuanya mas,kita mulai semuanya dari awal lagi,kali ini berjanjilah mas,setelah ini apa pun masalah yang Mas Panji hadapi tolong jujurlah pada Algis cerita sama Algis,kita akan cari solusinya berdua kita akan hadapi berdua tidak ada rahasia antara kita mas.."     

Panji mengangguk.     

"Apa kamu sudah maafin aku?"memastikan kalo dirinya sungguh sudah dimaafkan.     

Algis menganggukkan kepala.     

"Kamu gak akan pergi tinggalin aku lagi"     

Algis menggelang.     

"Kita akan sama sama lagi kan?"     

Algis mengangukkan kepala lagi.     

"Aku boleh ketemu sama anak anak lagi kan?"     

"Kamu...kamu gak akan jijik sama aku kan Gis?"tanya Panji dengan suara lirih hampir tak terdengar.     

Algis menangkup wajah Panji dengan kedua tangannya,lalu menarik wajah pria itu untuk mendekat dengan wajahnya.     

Algis lalu mendaratkan bibirnya pada bibir Panji,melumat bibir itu lembut.Sebagai jawaban bahwa apa yang Panji khawatirkan itu tidak benar.Mana mungkin ia jijik pada pria yang begitu ia cintai itu.     

Awalnya Panji hanya pasrah ketika Algis mencium bibirnya,melumat bibirnya lembut.Lama-lama Panji terpancing untuk membalas ciuman itu,menumpahkan rasa rindu yang menyiksanya.     

Panji ganti melumat bibir mungil Algis,mereka saling memagut.Melepas kerinduan yang mendera hati mereka belakangan ini.     

"Mas..." Algis melepas ciuman mereka berdua.     

"Hmm..."     

"Ayok turun ke bawah,Mas harus makan"     

"Tapi aku gak lapar Gis"     

Panji hendak kembali mencium bibir pemuda manis di depannnya itu,namun Algis menjauhkan kepalanya menghidari ciuman Panji.Sebenarnya dia masih ingin berciuman lagi,tapi Panji harus makan.Seharian pria itu tidak makan.     

"Mas harus makan dulu.."     

"Tapi Gis.."     

"Gak ada tapi.Makan sekarang,habis itu mas harus bercukur.Algis geli mas liatnya,nusuk-nusuk kulit Algis"     

"Kalo di tusuk bagian yang lain gak geli kan Gis..." canda Panji tiba-tiba.     

Wajah Algis merona merah seketika,Algis menoleh kesamping sambil tersenyum tersipu malu.Ahh panji rindu wajah tersipu malu itu.     

Bersambung..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.