My wife is a boy

Jujur



Jujur

0Hidup itu tak selamnya indah, ada kalanya cobaan datang menerpa.Entah itu cobaan hidup yang dari segi ekonomi atau cobaan hidup yang datang dari orang–orang terdekat yang kita sayangi.Yang bisa kita lakukan ketika cobaan hidup itu datang adalah,menjalaninya.Karena setiap masalah pasti ada solusinya.     
0

Seperti halnya dengan Panji dan Algis meskipun mereka bukan lah pasangan suami istri seperti pada umumnya,mereka tetap sama,dalam rumah tangga mereka ada masalah yang menghampiri mereka.Namun semua akan bisa mereka lewati jika keduanya saling memahami satu sama lain.     

Tak ada orang yang sempurna di dunia ini,semua ada kurang dan lebihnya.Untuk itu setiap pasangan harus saling melengkapi satu sama lain.     

Panji dan Algis kembali bersama saling memaafkan walau tidak melupakan.Algis tidak akan pernah lupa dengan hal buruk yang hampir saja menimpanya,namun hal itu ia jadikan pembelajaran untuk lebih berhati hati.Untuk tidak mudah percaya dengan orang lain apalagi ia sekarang menjadi orang tua.Dia harus bertanggung jawab untuk keselamatan anak-anaknya.     

Dan untuk Panji,pria itu mulai melunak kan hatinya,memberi kepercayaan pada Algis.Pemuda itu mampu menjaga dirinya sendiri dan cintanya tak akan mudah goyah hanya karena kehadiran orang ketiga.Intinya mereka mulai belajar untuk saling terbuka satu sama lain.Hal sekecil apapun harus memberi tahu pasangan.Karena dalam rumah tangga itulah kunci utamanya,saling percaya dan jujur.     

Karena panji sudah berjanji pada Algis untuk selalu jujur padanya,untuk selalu memberi tahu Algis apapun masalah yang sedang dihadapi,Maka kali ini Panji kembali gelisah,ia kelimpungan. Kerja kembali tak fokus.Sepertinya hidupnya tak akan benar-benar tenang.Baru saja Ia dan Algis bisa berkumpul selama dua minggu,masalah baru datang lagi.Bukan masalah baru,melainkan akibat yang timbul dari masalah yang lama.     

Panji menyanggah kepalanya dengan kedua tangannya diatas meja kerjanya.Lalu mengusak rambutnya frustasi.     

"Gimana ngomongnya sama Algis"keluh Panji pada diri sendiri.     

Panji kembali membaca satu lembar surat itu lagi. Lalu menarik sebuah foto dari dalam map yang bertumpuk dengan berkas berkas dari pihak rumah sakit. Panji menghela nafas pelan. Kenapa mirip sekali.Gumam Panji dalam hati. Pria itu kembali mengemasi semua yang ia pegang itu masuk ke dalam map. Ia lalu merogoh ponselnya untuk menghubungi Radit. Mungkin saja sahabatnya itu punya solusi untuknya.     

xxx     

"Apa ini?"tanya Radit saat Panji menyodorkan map yang ia bawa di atas meja apartemen Radit.     

"Buka"perintah Panji.     

Radit lalu meraih map itu,membuka map itu dan mengeluarkan semua isi di dalamnya.     

Kedua mata Radit terbelalak kaget saat pria itu membaca surat yang tertera serta melihat foto yang ada didalam map itu.     

Radit kaget,mulutnya menganga terbuka untung saja tak ada lalat yang masuk kedalam mulut pria itu.     

"Ini beneran Ji,kok makin rumit gini sih Ji"     

Panji mengendurkan dasinya. Lalu membuka tutup kaleng minuman dingin yang di suguhkan oleh Radit.     

"Ini kakak ipar udah tahu apa belum Ji?"     

"Itu yang lagi gue pikirin" kata Panji sembari meneguk minuman kaleng di tangannya.     

"Lo harus kasih tahu kakak ipar Ji,apa pun yang terjadi Lo harus cerita sama dia. Gue takut Lo jadi duda beneran kalo Lo bohongi dia lagi"     

Walau rasanya ingin menendang Radit,tapi apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu adalah benar.Dia sudah berjanji pada Algis akan menceritakan hal sekecil apapun pada pemuda itu. Tapi ini bukan hal kecil,Panji tidak tega untuk mengatakannya takut Algis akan terluka lagi.     

"Gimana gue cara ngomongnya..kalo masalah ini nyakitin dia gimana"     

"Nah ini masalah Lo Ji....Lo tuh selalu ragu sama kakak ipar. Dia itu orang paling baik yang pernah gue kenal. Asal Lo jujur gue yakin kakak ipar bisa terima ini Ji"     

Panji terdiam sejenak memikirkan kata-kata sahabatnya.     

"Gue butuh waktu yang tepat buat jujur ke Algis"     

"Semua waktu itu tepat Ji..kalo elo tunda tunda dan dia tahu sendiri seperti masalah Lo sama Sandra sebelumnya bisa makin rumit Ji. Dah lah..percaya sama gue,kakak ipar pasti mau terima.Dia gak mungkin menolak.Apa lagi ini berhubungan dengan Sandra dan elo.Dia pernah ninggalin Lo karena rasa bersalahnya sama Sandra kan..justru dengan ini kakak ipar punya cara untuk menebus rasa bersalahnya.Kok Lo gak hapal sama sifat bini sendiri sih"     

"Gue hapal dan tahu hal sekecil apapun tentang dia" kata Panji tak terima.     

"Kalo gitu apa yang bikin Lo ragu?!"     

"Gue gak mau dia terluka" sahut Panji.     

"Kakak ipar akan makin terluka kalo Lo telantarin bayi ini"     

Panji terdiam. Bibirnya terkatup rapat.     

"Pulang..kasih tau kakak ipar dan jemput bayi itu. Biar gimana pun itu bayi Lo Ji. Gak perlu tes DNA, gue pernah liat foto kecil Lo dan sama persis kayak bayi dalam foto ini"     

Panji masih terdiam,tak bicara dan tidak beranjak dari duduknya.     

"Sebentar lagi Bastian pulang Ji,gue gak mau dia lihat ini,dan kalian akan baku hantam di sini" kata Radit lagi.     

Bastian dan Panji memang tidak pernah akur. Apa lagi sekarang di mata Bastian Panji makin buruk,pria brengsek yang gak pantas bersanding dengan sahabatnya yang polos dan berhati malaikat itu.     

"Gue balik" kata Panji akhirnya.     

Pria itu kemudian melangkah menuju pintu keluar apartemen sahabatnya.     

xxxx     

Panji tidak bisa tidur,ia gelisah. Tubuhnya berguling ke kiri dan ke kanan.     

Melihat itu Algis merasa aneh.Tidak biasanya suaminya itu susah tidur.     

"Mas...ada apa?" Algis meraih bahu Panji. Pria itu tidur miring membelakangi Algis.     

"Gak ada apa-apa,hanya panas aja" jawab Panji berbohong.     

Yang sebenarnya dia sedang gelisah memikirkan kiriman yang ia terima tadi siang di kantornya.     

"Kalo gerah,mas tidur di kamar kita aja AC-nya bisa mas setel di suhu paling rendah"     

"Gak apa-apa,aku pengen tidur sama kamu dan anak-anak"     

Mereka berdua memang masih tidur di kamar si kembar.     

"Mas lagi mikirin sesuatu??" tanya Algis menebak. Ia tahu Panji sedang menyembunyikan sesuatu darinya.     

"Ehmmmm" Panji meng-iyakan     

Algis menarik Bahu Panji. Membuat pria itu memutar tubuh untuk menghadap kearahnya.     

"Ada apa mas?" tanya Algis lembut.     

"Kita udah janji,akan selalu mengatakan jika ada masalah kan.." Algis mengingatkan.     

"Tapi aku takut hal ini akan menyakiti mu Gis.."     

Algis tersenyum lembut.     

"Percaya sama Algis mas,Algis akan terluka jika mas Panji selalu menyembunyikan masalah mas Panji. Itu seakan mas gak percaya sama Algis mas..."     

Panji terdiam sesaat.     

Pria itu kemudian bangkit dari tidurnya lalu berjalan kearah kamarnya. Tak lama kemudian Panji kembali dengan membawa map di dalam tangannya.     

Algis duduk diatas kasur,menunggu apa yang akan Panji katakan selanjutnya.     

"Hari ini aku dapat kiriman ini lewat alamat kantor ku Gis" Panji menyerahkan map itu pada Algis.     

"Ini apa mas?" tanya Algis bingung.     

"Itu dari Edo, temannya Sandra.Kamu ingat?"     

Algis diam tertegun.Bagaimana ia bisa lupa. Laki laki yang membawa Sandra pergi. Berjanji akan membawa gadis itu jauh tidak akan menampakkan wajahnya di depan Panji dan dirinya.     

"Kalo kamu gak yakin jangan di buka Gis.." ucap Panji dengan suara lemah.     

Tapi Algis tetap membuka map itu. Yang pertama ia ambil adalah sepucuk surat yang ditulis menggunakan tulisan tangan.     

Untuk Panji     

Panji...,maaf aku masih mengganggu hidup mu dengan masalah tentang Sandra. Awalnya aku tidak ingin memberitahu mu,tapi setelah aku pikir-pikir lagi lebih baik aku memberitahu mu.Setelah kejadian kamu memperkosa Sandra di hari itu, dia mengalami depresi berat.Sebenarnya aku tidak terlalu menyalahkan mu,karena aku tahu obsesi Sandra untuk memiliki mu membuat mu tak nyaman dan mengancam keutuhan hubungan mu dengan pasangan mu.Selain mengalami depresi akut,Sandra juga hamil dan itu adalah anak mu. Aku tidak pernah menyentuh Sandra sekalipun aku selalu di dekatnya karena orang yang dia cintai hanya kamu.Jika kamu tidak percaya kamu bisa melakukan tes DNA.Sekarang aku akan menepati janji ku,aku akan membawa Sandra jauh dari mu,sejauh yang aku bisa.Tapi aku tidak bisa membawa serta bayi Sandra, kamu tahu kondisi mental Sandra,aku tidak mungkin mengurus bayi dengan mengurus sandra di waktu yang sama. Jadi aku mohon...asuh bayi itu,berikan yang terbaik untuknya jangan membuatnya seperti sia-sia ia lahir di dunia ini.Berikan dia kasih sayang seperti yang kamu berikan pada anak-anak mu yang lainnya.Di dalam map ini juga ada nama rumah sakit di mana Sandra melahirkan,selama ini aku terpaksa menitipkan bayi Sandra di sebuah panti asuhan.Alamat panti asuhan ada dalam map yang aku kirim ini.Aku titip bayinya Sandra pada mu dan aku kan tepati janji ku membawa Sandra pergi jauh dari mu.     

Dari aku Edo.     

Selesai membaca sepucuk surat itu tangan Algis gemetar hebat. Ia buru-buru memilah satu satu kertas-kertas dalam map,air matanya tumpah ketika Algis menemukan sebuah foto bayi terselip diantara kertas-kertas lainnya.     

Algis membelai foto bayi malang itu.Algis menangis tersedu. Dadanya sesak.Virendra dan Vishaka hidup dengan kasih sayang melimpah tapi bayi dalam foto ini justru sedang ada di panti asuhan.Dada Algis terasa seperti di tusuk sembilu tepat di hatinya.     

Bukan karena Sandra melahirkan anak hasil pemerkosaan yang di lakukan Panji.Algis meraung menangis karena membayangkan betapa memilukan nasib bayi yang tidak berdosa itu.     

"Gis...." panggil Panji pelan.     

Algis menoleh kearah Panji dengan beruraian air mata.     

"Maafkan aku, aku gak nyangka akan jadi seperti ini. Kalo kamu gak mau,aku gak akan jemput bayi itu Gis..."     

"Mas Panji ngomong apa mas...kita akan jadi manusia paling jahat kalo kita gak jemput bayi itu mas,bayi itu juga anak kita,dan dia sejak lahir di panti asuhan mas... kasihan..." Algis memeluk tubuh Panji sambil terisak.     

Panji mengusap-usap punggung Algis untuk menenangkan.     

Entah terbuat dari apa hati Algis,kenapa ada orang dengan hati baik dan selembut ini. Panji mengira Algis akan terluka karena perbuatannya sampai menghamili Sandra.     

"Kita jemput bayi itu besok mas...Algis kasihan bayangin dia di panti asuhan"     

"Iya besok kita jemput..." jawab Panji     

Walau sebenarnya dia sendiri belum yakin akan dirinya sendiri.     

Mungkinkah dia bisa menyayangi bayi itu seperti dia menyayangi Virendra dan Vishaka.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.