My wife is a boy

Berpisah



Berpisah

0"Meskipun aku di surga mungkin aku tak bahagia,bahagia ku tak sempurna bila itu tanpa mu"     
0

Sepenggal lirik lagu dari milik Padi itu sepertinya bisa menggambarkan apa yang Panji rasakan.     

Setelah kejadian yang menimpa Algis hari itu semua menjadi berbeda. Mereka tetap satu atap tetap satu ranjang namun seperti ada tembok besar yang menghalangi mereka berdua.     

Pengalaman buruk yang sangat sulit untuk Algis lupakan, kenyataan yang tak bisa ia percaya namun itu lah faktanya.     

Seperti ada sebongkah batu besar menghimpit pemuda manis itu,dia tampak baik-baik saja namun dadanya sesak tiap teringat kejadian mengerikan yang hampir saja menimpanya.     

Hatinya sakit tercabik ketika kebenaran itu terus bercokol di hatinya menjadi duri yang akan menggores hatinya setiap ia mengingat akan kenyataan itu.     

Kenyataan bahwa ada seorang gadis menjadi sakit mentalnya karena terlalu mencintai suaminya. Kenyataan bahwa pria yang ia cinta tega melakukan perbuatan keji pada seorang gadis.     

Ada beban menghimpit hati Algis.Bertanya tanya apakah dirinyalah penyebab segala kejadian itu. Apakah dirinya pemicu dari semua derita yang menghampiri gadis itu.     

Algis tak membeci Panji, cintanya tetap sebesar sebelumnya,Namun Algis menjauh dari Panji tanpa ia sadari.     

Mereka serumah Namun seperti berpisah,mereka satu ranjang namun tak saling bersentuhan.     

Hampir setiap malam Algis bermimpi buruk,dia akan berteriak minta tolong,lalu akan menangis tersedu.     

Di saat seperti itu Panji tidak bisa berbuat apa-apa,jangankan untuk memeluk Algis dan menenangkan pemuda itu. Menyentuh sedikit saja Algis akan menepis tangannya,Algis ketakutan.Ia kembali teringat tiga pria yang menjamahnya saat itu.Dan bayangan wajah pucat Sandra tak pernah bisa ia lupakan.     

xxxx     

"Mbak Nur..Algis mau ke rumah Bapak dan ibu,mungkin akan menginap beberapa hari,Mbak Nur tolong jaga rumah ya.."     

Nur memandang sendu kearah majikanya itu,meskipun Nur tidak tahu pasti apa penyebabnya namun Nur paham setelah kejadian menghilangnya Algis.Hubungan dua majikannya itu tidak baik baik saja.Walau terlihat masih bersama dalam satu rumah, namun mereka berdua seperti orang asing.     

"Den Panji sudah tahu kan den..?"     

"Algis nanti telpon mas panji buat pamitan kok Mbak"     

Selesai berbicara dengan Nur,Algis keluar dari rumah bersama dua bayi kembar beserta pengasuhnya.Mereka naik taxi yang sudah menunggu beberapa menit di depan halaman rumah Algis.     

"Pa..pa...pa...pa..." celoteh bayi perempuan yang ada dalam pangkuan Algis.     

"Pa..pa..." tangan mungil bayi itu memukul mukul mulut Algis,seakan meminta Algis untuk melihat kearahnya.     

Namun Algis masih saja diam melamun, pandangannya keluar jendela taxi yang ia naiki.     

Pemuda manis itu terpaksa harus mengungsi dulu kerumah orang tuanya. Untuk sekedar menenangkan diri.Jika tetap ada di rumahnya sendiri Algis takut keadaan tertekan dirinya akan berpengaruh buruk untuk kedua bayinya.     

"Pa ..pa .. hik..hik..." bayi bernama Vishaka itu mulai merengek,gelisah menangis.     

Menyadari itu Algis menundukkan pandanganya untuk melihat kearah bayinya.     

"Kenapa sayang hmmm, kita akan ke rumah kakek nenek.Mau kan menginap di sana beberapa hari"     

Bayi perempuan bernama Vishaka itu tidak jadi menangis,ia kembali mengucapkan pa pa pa.     

Algis memeluk bayi perempuan itu. Hatinya kembali pedih.     

xxx     

"Hai cucu nenek.....kok gak bilang kalo mau kesini Gis" Bu Ambar mengambil alih Vishaka dari gendongan Algis.     

"Gak di rencanakan Bu, tiba-tiba pengen main kesini dan nginep. Boleh kan Bu..."     

"Boleh dong..ini kan rumah mu juga Gis.."     

Bu Ambar melirik koper yang di bawa Algis di belakang pemuda itu.     

"Udah pamitan sama Panji?" tanya Bu Ambar,wanita paruh baya itu bisa tau Algis sedang melarikan diri dari masalah. Terlihat dari koper besar yang ia bawa.     

"Nanti Algis telpon Bu.." Algis berjalan masuk lalu duduk di sofa ruang tamu.     

"Mbak..Virendra tidur ya?" tanya Algis pada pengasuh bayinya.     

"Iya mas..."     

"Tidurin di kamar Algis mbak,di lantai atas,pintu kedua dari arah kiri ya.."     

"Baik mas Algis" kata si pengasuh bayi lalu mengikuti apa perintah Algis.     

"Ada apa Gis..??" tanya Bu Ambar setelah pengasuh itu meninggalkan ruang tamu.     

"Apanya Bu...?" Algis balik bertanya.     

Bu Ambar menarik nafas pelan.     

"Kamu bertengkar sama Panji?"     

Wajah Algis berubah gusar.     

"Gak Bu,Algis pengen nginep di sini aja,apa gak boleh?"     

"Kamu bisa datang kesini kapan saja kamu mau Gis"     

Bu Ambar mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih lanjut lagi. Mungkin anak laki-lakinya itu belum mau bicara. Yang jelas Bu Ambar tahu,Algis sedang menghindari Panji.     

xxxx     

"Kok sepi Nur? pada kemana?" tanya Panji ketika pria itu baru saja pulang kerja.     

"Lho den Algis belum telpon Den Panji ya.." Nur justru balik bertanya.     

Panji mengernyitkan kening.     

"Den Algis pergi kerumah Bapak ibunya,den..."     

Panji terpaku diam.Wajahnya tampak terkejut.     

"Bawa tas koper,kayaknya bawa baju banyak" kata Nur lagi,semakin membuat Panji terpaku diam.     

"Tadi bilang sama saya katanya mau telpon Den Panji buat kasih tau"     

Dengan langkah gontai Panji melangkah menapaki satu demi satu anak tangga menuju kamarnya.Meninggalkan Nur yang berdiri prihatin melihat kearahnya.     

"Kasihan ya ampun...mudah mudahan cepat baikan" gumam Nur lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.     

Panji membuka kenop pintu kamarnya.     

Kamarnya terasa sepi,rumahnya menjadi sunyi.Sebelum kejadian itu menimpa mereka,rumahnya terasa hangat.Dia begitu bahagia setiap kali pulang kerja melihat senyum manis Algis dan kedua bayi kembarnya yang ceria dan imut.     

Kini semua seperti sirnah begitu saja. Dalam sekejap kehangatan dalam rumahnya berganti dengan keheningan yang terasa dingin menusuk tulang.     

Ia telah kalah,pria itu kalah dengan hatinya.Algis membawa anak-anaknya untuk pergi darinya meninggalkan dirinya dalam kesendirian.     

Mungkin saja Algis tak bisa memaafkan kesalahannya, kepercayaan pemuda manis itu mungkin telah runtuh hancur.     

"Bagaimana mas Panji bisa melakukan perbuatan seperti itu,bagaimana jika itu terjadi pada anak kita kelak mas...Algis hampir saja merasakannya,itu sangat menakutkan.Lebih baik Algis mati dari pada harus di lecehkan seperti itu mas" kata Algis kala itu dengan suara terisak-isak.     

"Maafkan aku Algis.. aku hanya ingin melindungi mu darinya.Aku terlalu takut dia menyakiti mu" Panji bersimpuh memeluk kedua kaki Algis meminta pengampunan dari pemuda manis yang begitu ia cintai.     

"Algis butuh waktu Mas..semua gak bisa Algis lupakan begitu saja"     

Setelah itu hubungan mereka berdua menjadi dingin. Lebih dingin dari lautan beku kutub utara.     

Algis selalu menghindarinya menjauhkan anak-anaknya darinya.Sedangakan Panji sendiri tahu diri ia merasa pria paling tak berguna.Tidak layak untuk mendekati Algis dan anak-anaknya.     

Namun jika di tinggal seperti ini bukankah sangat menyedihkan,setidaknya Panji masih bisa melihat wajah mereka yang ia sayangi jika masih di dalam rumah ini.     

Panji masuk kedalam kamar anak-anaknya,melihat ke sekeliling kamar itu.Ia menghirup dalam dalam aroma wangi Algis dan si kembar yang masih tertinggal.     

Lama -lama Panji mulai terisak.Pria itu manangis.     

Apa yang harus ia lakukan agar mendapatkan kata maaf dari Algis.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.