My wife is a boy

Berdamai dengan hati



Berdamai dengan hati

0Algis duduk seorang diri di belakang teras rumahnya.Kedua matanya memandang lurus kearah halaman belakang.Melihat ibunya sedang bermain dengan kedua bayi kembarnya.     
0

Virendra dan vishaka,dua bayi itu terkekeh,melihat bu Ambar sengaja menutup wajahnya dengan kedua tangannya,lalu membuka tangannya sambil tertawa menggoda si kembar.     

"Ciiiii.....lub...baaaa"     

"ciii...lub...ba..."     

Si kembar kembali terkekeh melihat nenek mereka berulang kali melakukan gerakan yang sama untuk menggoda mereka berdua.     

Algis tersenyum miring melihat kedua bayinya.Pemuda manis itu menarik nafas panjang lalu ia hembuskan pelan.     

Pikirannya melayang teringat dengan Panji.Hari itu Algis tidak menelepon Panji,Pemuda manis itu hanya mengirimkan pesan singkat pada Panji.Memberitahu pria itu jika dirinya di rumah orangtuanya.Di dalam pesannya Algis meminta Panji untuk jangan menjemputnya,ia akan pulang jika hatinya sudah tenang.     

Dan panji mengindahkan kata-kata Algis,pria itu tidak datang ke rumah orangtua Algis untuk menjemput pemuda manis itu.     

"Ehem...ehem..." Suara pak Prayitno berdehem.     

Sang kepala rumah tangga itu duduk tepat di samping putra kesayangannya.     

"Algis..."panggil pak Prayitno     

"Iya Pak.." pemuda manis itu melihat kearah pak Prayitno     

"Bapak gak tahu,ada masalah apa antara kamu dan nak Panji sekarang ini,tapi sebaiknya segera kamu selesaikan Gis,kasihan anak-anak mu"     

"Algis gak ada masalah apa-apa Pak.."Algis berusaha menutupi.     

"Kalo tidak ada masalah kamu gak mungkin menghindari nak Panji seperti ini Gis,bapak tau kamu sedang ada masalah.Bapak gak maksa kamu untuk cerita.Bapak tahu gak semua hal bisa kamu ceritakan sama orang lain"     

Algis terdiam.Apa yang di katakan Bapaknya adalah benar dia tidak mungkin menceritakan masalah yang sedang ia hadapi pada kedua orangtuanya.     

"Serumit apa pun kamu harus hadapi masalah itu,bicarakan baik-baik dengan nak Panji,tidak baik kamu meninggalkan rumah berhari-hari.Kasihan anak-anak mu,kamu jadi bikin mereka gak bisa ketemu sama papanya.Dan lagi sudah dua hari nak Panji gak masuk kantor.Apa kamu gak khawatir sama suami mu??" nada bicara Pak Prayitno sedikit canggung di kalimat terakhirnya,saat menyebut kata "Suami mu" .     

Mendengar Panji tidak masuk kerja dua hari membuat hati Algis mendadak menjadi gelisah.Selama menginap di rumah orangtuanya Algis tidak pernah mengaktifkan ponselnya.     

"Algis mau ke kamar dulu Pak" pamit Algis. Ia bergegas bangkit dari duduknya lalu berjalan kearah kamarnya.     

Pak Prayitno hanya menggeleng pelan.Baru saja di beri tahu bahwa Panji dua hari tidak masuk kerja Algis berubah jadi panik.     

"Kakek.... gendong Virendra dong..."Bu Ambar datang menghampiri pak Prayitno, sambil menggendong Virendra.     

Cucunya yang satu lagi masih bermain dengan pengasuhnya.     

"Aduhhh...aduhh...kakek gak kuat nih"pak Prayitno mengambil alih Virendra dari gendongan Bu Ambar.     

"Ta..ta..ta....ta" celoteh Virendra sambil memasukan jarinya kedalam mulut mungilnya.     

"Cucu kakek udah besar ya..bentar lagi bisa jalan ini..." pak Prayitno memangku Virendra.Bayi imut itu aktif bergerak di atas pangkuan kakeknya. Tangan mungilnya menepuk-nepuk wajah pak Prayitno.     

"Virendra....kok muka kakek di pukulin gitu" kata Bu Ambar, seolah-olah cucunya itu bisa menjawabnya.Bayi laki-laki bernama Virendra itu menoleh kearah Bu Ambar.     

"Pa...pa...pa...." dia mulai berceloteh seakan sedang menyebut papanya.     

"Bapak udah bicara sama Algis?" tanya Bu Ambar.     

"Iya Bu...sudah ibu gak usah khawatir,Algis sudah jadi orang tua,dia pasti makin dewasa dalam menghadapi masalah"     

"Tapi ibu khawatir Pak,dia sering melamun.Apa mungkin dia bertengkar serius dengan Nak Panji pak.."     

"Algis gak cerita sama sekali sama ibu masalah dia apa?"     

"Tidak pak,ibu tanya juga gak jawab.Ibu gak berani maksa" Bu Ambar terlihat cemas.     

"Kita kasih waktu mereka untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri Bu, terlalu ikut campur juga tidak baik. Yang penting kita selalu kasih masukan saja sama Algis"     

Bu Ambar mengangguk pelan. Lalu mengambil alih Virendra dari pangkuan suaminya.     

Algis masuk ke kamarnya,lalu mencari di mana ia meletakkan ponselnya. Tak lama kemudian ia menemukan ponselnya di bawah bantal.Algis menekan tombol power, selang beberapa menit banyak pesan masuk dan bekas panggilan tak terjawab.     

Sebagian besar itu adalah pesan dan panggilan telepon tak terjawab dari nomernya Panji.     

"Algis aku ingin menjemput mu"     

"Algis aku mohon maafkan aku"     

"Aku rindu anak-anak kita dan kamu Gis"     

"Sampai kapan kamu menghukum ku seperti ini Gis,maafkan aku"     

"Jangan membenci ku,aku mohon.Aku rindu anak-anak dan kamu"     

Algis membaca satu-satu pesan yang masuk dari Panji.     

Pemuda manis itu meremas dadanya, memukul-mukul dadanya.Dia tidak membenci Panji,dia sendiri sangat merindukan pria itu,apa lagi mendengar Panji tidak masuk kerja Algis jadi khawatir,apakah Panji sakit,apa terjadi sesuatu dengan pria kesayangannya itu.     

Namun Algis juga tak bisa memungkiri,dia masih sangat terpukul dengan semua hal yang terjadi.Algis ingin memaafkan Panji ingin melupakan semuanya,namun dia selalu di kejar rasa bersalah.Bayangan wajah pucat Sandra melekat dalam benaknya.     

Algis merasa dirinyalah penyebab semua yang menimpa pada Sandra.Dan bagaimana kabar gadis itu sekarang Algis tidak tahu.Bagimana nasibnya,bagaimana keluarganya.Rasa bersalah itulah yang membuat Algis tidak bisa hidup bahagia dengan Panji seakan-akan tidak ada orang yang terluka karenanya.     

"Algis..."panggil Bu Ambar dari arah pintu kamar.     

Bu Ambar mendekati Algis lalu duduk di sisi pemuda manis itu.     

"Si kembar mana bu....?"     

"Sedang tidur di kamar kakak mu.." jawab Bu Ambar.Sambil meraih pergelangan tangan putranya.     

"Algis....dengerin ibu nak..."     

"Lebih baik kamu pulang kerumah mu,kasihan nak Panji Gis..dia sering menelepon ibu untuk menanyakan kabar mu dan si kembar"     

"Ibu tidak tahu seberat apa masalah kalian, karena kamu sendiri gak mau cerita sama ibu.Tapi yang jelas Algis,jika sudah berumah tangga dan ada masalah selesaikan.Bicarakan dari hati ke hati. Kamu jangan menghindar seperti ini,jika kamu seperti ini bagaimana kalian bisa memperbaiki hubungan kalian"tutur bu Ambar menasehati Algis.     

"Algis juga ingin pulang Bu...Algis khawatir juga sama mas Panji,tapi....." Algis menggantungkan kalimatnya.Bagaimana caranya menyampaikan yang Algis rasakan tanpa harus menjelaskan apa yang telah terjadi.Algis tidak mau keluarganya memandang buruk pada Panji.     

"Berdamailah dengan hati mu dulu Gis...maafkan diri mu sendiri dulu,baru kamu bisa memaafkan orang lain" kata Bu Ambar.     

Wanita paruh baya itu tahu,jika putranya akan selalu menyalahkan dirinya sendiri setiap kali menghadapi sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Algis tidak pernah menyalahkan orang lain.Putranya itu punya hati terlalu baik.     

"Jika nak Panji punya kesalahan cobalah kamu maafkan,dia pasti punya alasan sendiri,kenapa sampai melakukan kesalahan itu"     

"Jika demi Algis,karena Algis,mas Panji melakukan kesalahan besar bagaimana Bu?"     

"Itu artinya kamu harus membantunya untuk memperbaiki kesalahannya,bukan meninggalkannya"     

Algis terpaku diam, bola matanya yang bulat berkaca-kaca.     

Ibunya benar, harusnya dia tidak meninggalkan Panji sekarang ini.Alasan Panji melakukan kesalahan karena pria itu terlalu mencintainya dan tidak tahu bagaimana cara melindungi dirinya tanpa menyakiti orang lain.     

Harusnya dia membantu Panji untuk memperbaiki kesalahannya bukan malah meninggalkannya seperti ini.     

"Kalo begitu ibu keluar dulu,biarkan si kembar tidur di kamar Ajeng. Kamu di sini saja dulu,pikirkan baik baik apa yang harus kamu lakukan sekarang"     

Setelah mengatakan itu Bu Ambar keluar dari kamar Algis.     

Algis meraih ponselnya lalu melakukan panggilan telepon.     

"Tut.....Tut....." sambungan telepon terhubung.     

Algis berjalan mondar-mandir gelisah sambil menggigit kuku jarinya.     

"Hallo selamat siang.." sapa seseorang dari seberang telepon.     

"Mbak Nur...ini Algis..."     

"Hah..den Algis..hik hik...den..huaaaa hhuuuuuu" tiba tiba saja Nur menangis di ujung telpon.     

"Mbak Nur kenapa???" Algis bingung     

"Den Algis kapan pulang,kenapa susah di hubungi,nyonya dan tuan besar sedang di luar negri. Kenapa den Algis gak pulang-pulang" kata Nur sambil sesegukan.     

"Iyaa maafkan Algis mbak,oh ya Mas Panji di rumah?"     

Bukanya menjawab Nur justru semakin terisak menangis.     

"Ada apa mbak...mas Panji di mana?" Algis jadi khawatir dan takut.     

"Den Panji seharian ini gak keluar,makan minum juga gak,selama den Algis gak ada,den Panji itu kerja berangkat terlalu pagi pulang larut malam.Tiga hari ini den Panji di rumah tapi tidak keluar dari kamar,keluar hanya malam hari itu pun hanya duduk melamun dekat kolam renang. Saya takut den,takut den Panji sakit huhuhuhu"     

"Den Algis kapan pulang??"     

"Hallo den...den....den Algis"     

Algis memasukan ponselnya dalam saku celana,dia tidak perlu mendengar lebih banyak lagi dari Nur. Mendengar Panji mengurung diri tidak makan dan minum saja sudah membuat dada Algis terasa sesak menyakitkan.     

Pria kesayangannya pasti menderita tanpanya. Algis berlari menuruni anak tangga menuju lantai bawah mencari bapak ibunya.     

"Bu.... Virendra dan Vishaka mana?"     

"Mereka sedang tidur di kamar Ajeng dengan pengasuhnya"     

"Algis harus pulang Bu"wajah Algis terlihat begitu cemas.     

"Tapi kasihan kalo harus di bangunkan si kembar Gis..."     

"kamu pulang saja dulu kalo kamu buru-buru,Biar nanti sore Bapak ibu antar si kembar kerumah mu" Bu Ambar memberi solusi.     

Kasihan jika tidur siang si kembar harus terganggu.     

Algis setuju dengan usul ibunya.Pemuda manis itu kemudian bergegas keluar rumah untuk mencari taxi.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.