My wife is a boy

Melukai dan dilukai



Melukai dan dilukai

0Sandra tertawa terkikik melihat Algis berusaha melepaskan diri dari tangan-tangan pria berbadan besar itu yang mulai menggerayangi tubuhnya.Tak banyak yang bisa Algis lakukan ketika kedua tangan dan kakinya di ikat begitu kuat.Di tambah mereka sekarang menutup mulut pemuda malang itu dengan perekat warna hitam,agar tak bisa berteriak, sekalipun berteriak siapa yang akan mendengar.Tidak ada permukiman di dekat tempat kosong itu.     
0

Algis berusaha berteriak memanggil Sandra namun suara yang ia teriakan tak dapat keluar,teredam oleh perekat yang menutup rapat mulutnya. Pemuda itu menangis ketakutan tak berdaya.Sebisa yang ia bisa, Algis menggerakkan tubuhnya mundur menjauh dari tiga pria yang menatapnya dengan tatapan penuh nafsu.     

"Dia laki-laki,tapi dia cantik seperti wanita hehhee" kata salah satu pria.     

"Kulitnya halus mulus melebihi wanita" sahut yang lain.     

"Aku yang pertama,aku tidak pernah coba laki-laki,sekarang aku mau rasain enak gak sama laki-laki hahahaha"tambah pria yang ketiga.     

"Kita kerjain bareng-bareng aja gimana?"     

"Boleh juga hahhaa,pasti seru"     

Tiga orang pria itu lalu kemudian mulai melepas pakaian mereka.     

Algis menggeleng,semakin bergerak mundur hingga mentok pada dinding ruangan itu. Algis berteriak memohon,walau tak terdengar jelas suara teriakannya.     

Sandra perlahan mulai melangkah menuju pintu keluar.Tubuh kurus itu pergi meninggalkan Algis seorang diri dalam cengkaraman tangan pria pria biadab yang akan menghancurkan harga dirinya,menghancurkan hidupnya.Mungkin saja mentalnya juga.     

Jika Sandra saja bisa terluka begitu dalam ketika di lecehkan oleh Panji,padahal jelas jelas laki-laki yang ia dambakan.Lalu apa yang akan terjadi pada Algis,pemuda manis itu akan di lecehkan oleh tiga pria bajingan.     

Sandra berjalan keluar lalu menutup pintu ruangan itu, mengabaikan teriakan Algis terendam perekat membekap mulutnya.Gadis itu berjalan lunglai tatapan matanya kosong,air matanya berderai membasahi pipinya.     

Tubuh kurus itu mulai berjalan meninggalkan bangunan kosong itu,meninggalkan Algis di dalam sana bersama tiga pria yang akan menyakiti jiwa pemuda itu.Sandra berjalan tanpa melihat arah,ia hanya terus berjalan sambil tertawa sendiri, menertawakan dirinya sendiri menertawakan hidupnya.     

Sejak kecil Sandra yang cantik mendambakan pangeran,ia berjanji pada dirinya sendiri akan mendapatkan pangeran yang dia impikan. Sandra wanita tangguh dia sejak kecil di beri tanggung jawab untuk mengasuh adik-adiknya,membantu ibunya mencari nafkah untuk keluarganya.Hidup tanpa seorang ayah membuat Sandra menanggung beban hidup sejak kecil.     

Sampai Dewi Fortuna pernah berpihak padanya,ia mengenal Panji,pria dingin namun merupakan pria yang menjadi impiannya, pangeran impian Sandra sejak kecil,pria yang akan mampu mengantikan sosok ayah dalam keluarganya,sosok pria yang akan menjaganya,melindunginya, menafkahinya. Ia tidak akan pusing tertekan setiap bulannya untuk membiayai hidup adik dan ibunya.     

Namun sayang,keberuntungan itu tidak lama menghampirinya,hanya datang sesaat.Panji pria yang ia dambakan menghilang begitu saja,pergi begitu saja setelah ia menyerahkan seluruh hidupnya,menyerahkan mahkotanya, kehormatan yang selalu ia jaga meskipun kerap kali ia terjebak himpitan ekonomi.     

Sandra hancur,ia kehilangan.Ia terpuruk namun Sandra yang kuat tidak akan meratapi nasibnya berlama-lama,ia sejak kecil terbiasa berjuang untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Lalu Sandra berjuang meraih Panji dengan caranya.     

Hingga datang hari itu,ketika pria yang ia dambakan datang padanya,dengan lantang memanggilnya pelacur,ohh Sandra tidak pernah menjual tubuhnya,tidak pernah sekalipun. Ia memberikan tubuhnya hanya pada Panji seorang,dia mencintai pria itu berharap cintanya akan terbalas.     

Kala itu Panji tak puas hanya dengan memanggilnya pelacur,pria yang ia puja itu menyakiti Sandra begitu dalam hingga remuk. Pria itu melecehkan dirinya memperkosanya dengan brutal.Betapa sakitnya jika orang yang ia puja memperlakukannya begitu hina.Apa salahnya kala itu??? Begitu kejam Panji melukai hatinya, sebenarnya apa yang Sandra lakukan pada pemuda manis yang Panji cintai itu? Sandra bahkan tidak menyakiti pemuda itu sedikit pun.     

Kedua kaki Sandra terus berjalan,debu dari tanah yang ia pijak mulai mengotori kakinya.Gadis itu tak henti menangis namun sesekali ia tertawa,entah apa yang ia tertawaan.Bahkan ia tak menyadari dari kejauhan datanga sebuah mobil.Lampu sorot mobil menyoroti dirinya dari kejauhan.Lama lama mobil semakin mendekat lalu berhenti tepat di hadapan Sandra. Tak lain mobil itu adalah mobil milik Panji.     

Dari dalam mobil keluar Panji dan yang lainnya.     

Panji langsung meraih bahu Sandra,menggoyangkan tubuh yang kurus itu sambil berteriak lantang.     

"Di mana Algis??? kata kan di mana Algis???!!!!" teriak Panji yang terdengar seperti raungan macan yang siap mencabik musuhnya.     

"Algis....????" ulang Sandra sambil tertawa     

"Dia di sana" Sandra menunjuk bangunan bekas klinik dengan telunjuknya.     

"Dia sedang merasakan apa kamu lakukan pada ku hik hik hik" Sandra menangis campur tertawa.     

"Wanita keparat!!!! aku akan mengurus mu nanti!!!" Panji menghempaskan tubuh kurus Sandra hingga terhempas ke tanah,gadis itu terjatuh duduk tatapannya kosong ia tak berhenti menangis.     

Tak mau membuang waktu Panji langsung berlari kearah yang Sandra tunjuk di ikuti oleh Radit dan Bastian.Panji berlari sekencang mungkin,akalnya sampai tidak bisa di gunakan lebih memilih lari dari pada menggunakan mobilnya,dan itu pun di ikuti oleh Radit dan Bastian. Alih-alih mengejar menggunakan mobil Panji,mereka berdua justru ikut lari kencang.     

"Algis....!!!" teriak Panji sambil berlari kesana kemari menendang semua pintu ruangan yang mungkin saja Algis di dalamnya. Namun tiap pintu yang ia tendang tak ada satupun orang di dalamnya.     

Panji kembali berputar mengelilingi tempat itu sambil berteriak memanggil nama Algis.     

Panji mulai frustasi kakinya mulai gemetar,ia tidak bisa membayangkan jika hal buruk terjadi pada pemuda yang sangat ia cintai itu. Panji bisa mati. Jika hal buruk menimpa Algis dia tak akan sanggup menerimanya.     

Dalam pencariannya itu terngiang kembali kata-kata Algis kala itu.     

"Mas harus janji,dengan Algis atau tanpa Algis,mas Panji harus tetap hidup dengan bahagia"     

Kalimat itu terus berputar berulang kali,membuat Panji makin frustrasi.     

Panji memutar arah mencari di lorong lain, kembali meneriakkan nama Algis berharap ada satu petunjuk keberadaan pemuda itu.     

Begitupun dengan Radit dan Bastian mereka berkeliling mencari Algis secara berpencar.     

Panji berlari menuju arah bagian belakang.Di bagian belakang bangunan itu,ada satu ruangan yang terpisah dari bangunan lain,Panji mempercepat larinya menuju tempat itu,lalu mendobrak pintu itu sekuat tenaga yang ia punya.     

Betapa terkejutnya Panji saat melihat orang yang di cintai sebagian tubuhnya tak berpakaian lagi,tiga pria sedang menjamah tubuh rapuh itu.Menjamah miliknya,cintanya.Darah dalam kepala Panji langsung mendidih.Kedua matanya melotot tajam penuh kilat kemarahan tak terkira,ia mengeram murka,tangannya mengepal erat,nafasnya memburu seperti hewan buas.     

"Beraninya menyentuh milik ku!!!"     

Panji langsung meraih salah satu pria yang yang hendak menggagahi Algis,lalu melayangkan tinjunya kearah pria itu, menghajar pria itu dengan membabi buta.Terlaku sibuk dengan satu orang, Panji lupa di tempat itu ada tiga pria bertubuh besar.Jika satu ia hajar bagaimana dengan dua pria yang lainnya. Sudah dipastikan Panji kalah jumlah,dua pria bertubuh besar itu gantian menarik Panji lalu melayangkan satu pukulan tepat pada wajah Panji.     

Panji terhuyung,belum sempat ia tegak berdiri,satu pukulan kembali ia terima tepat pada perutnya.Panji tersungkur, dua pria itu lalu kemudian memegangi kedua tangan Panji.Memberi kesempatan pada temannya untuk membalas pukulan bertubi-tubi yang ia terima dari Panji tadi.     

"Beraninya mengganggu kesenangan ku!!!"     

"Bug....bug...bug..." berkali-kali pria itu memukul Panji hingga membuat Panji memuntahkan darah.     

Algis hanya bisa menangis,menyesali dirinya yang lemah Melihat pria yang sangat ia cintai di pukuli didepan matanya,rasanya hati seperti tercabik cabik.     

"Woiiiiii berhenti!!!!" teriak Radit ketika melihat sahabatnya dihajar berulang kali.     

Radit meraih apa saja yang terjangkau oleh tangannya,mendekati tiga pria bertubuh kekar itu dan langsung memukul mereka seperti kesetanan,tak lama kemudian datang Bastian.Pemuda itu ambil bagian ikut memberi pelajaran pada tiga preman itu.Hitung hitung mempraktekan ilmu bela diri yang dulu ia pelajari di sekolah menengah atas.     

Dengan sisa tenaganya yang ada Panji merangkak meraih tubuh Algis yang gemetar ketakutan.Panji melepas ikatan tangan dan kaki Algis,serta melepas perekat mulutnya.     

"Mas Panji ....." Algis langsung menangis tersedu memeluk tubuh Panji erat.     

"Jangan takut,kamu aman sekarang" kata Panji menenangkan.     

"Uhukkkkk...." Panji memuntahkan darah.     

"Mas...." dengan tangan gemetar Algis mengusap bibir Panji yang penuh darah.     

"Ayooo kita keluar dari sini,biarkan mereka membusuk di sini" kata Radit sambil membantu Panji untuk berdiri.     

"Pakai ini Gis..." Bastian memberikan jaket denim yang ia kenakan untuk Algis pakai.     

Algis menerima jaket itu lalu memakainya,ada beberapa jejak dari pria yang hampir saja menggagahinya.     

Mereka berempat keluar dari ruangan itu meninggalkan tiga pria yang terkapar di sana.     

Disaat yang bersamaan datang Edo membawa mobil Panji berhenti tepat di mana Panji dan yang lainya berdiri. Edo keluar dari pintu kemudi,pria itu lalu berjalan memutar untuk membuka pintu bagian belakang mobil, mengajak Sandra untuk keluar dari mobil Panji.     

Melihat Sandra,Panji meminta Radit untuk melepaskan tangannya.Dengan sisa tenaganya,Panji berjalan tertatih kearah Sandra.Lalu...     

"Plakkkkkkk ...Plakkk....."dua tamparan keras dari Panji membuat tubuh kurus Sandra terhuyung lalu jatuh duduk di tanah.Sudut bibirnya pecah mengalir darah segar dari bibirnya.     

"Kali ini aku tidak akan mengampuni mu lagi. Lebih baik kamu mati!!!!"     

"Mas jangan...." lirih Algis menghentikan Panji,namun suara lemahnya tak sampai ke telinga Panji.Tubuhnya lemah,bergetar ketakutan. Ia bahkan tak mampu berdiri sendiri tanpa bersandar pada tubuh Bastian.     

"Cukup hentikan!" Edo memegang pergelangan tangan Panji yang hendak memukul Sandra lagi.     

"Lepaskan!!!! dia gila!! dia menghancurkan hidup ku!! dia baru saja hampir menghancurkan hidup Algis.Kenapa dia selalu datang menggangu hidup ku!!!"     

"Jangan egois Panji,kamu bukan satu satunya orang yang terluka. Kamu lupa apa yang kamu lakukan pada Sandra.Pertama kamu merenggut kehormatannya lalu kamu pergi begitu saja tanpa kata.Kedua kamu memperkosanya lalu meninggalkannya terkapar tidak berdaya.Kamu lakukan hal bejat itu padanya dengan alasan kamu melindungi pemuda yang kamu cintai itu.Memangnya apa yang dilakukan Sandra pada pemuda itu, coba tanyakan apa Sandra menggores kulitnya? Tidak kan..,"     

Suasana menjadi hening.     

"Kamu tahu,aku ingin melaporkan perbuatan mu itu kepolisi.Tapi apa kamu tahu,Sandra melarang ku, karena dia mencintai mu.Lihat...dia masih melindungi mu kan. Apa yang terjadi hari ini,semua berawal dari sikap mu yang selalu seenaknya saja pada orang lain.Kamu terlalu melindungi milik mu hingga membuat mu melukai orang lain. Kalo pun bukan Sandra suatu hari pasti akan datang orang lain yang datang membalas mu" kata Edo panjang lebar.     

Dia saksi hidup,dia tahu segala cerita tentang Sandra dan Panji.Karena dia adalah satu-satunya teman yang Sandra miliki.     

"Kesalahan terbesar Sandra adalah dia terlalu mencintaimu,dan sayangnya dia tidak bisa menerima kenyataan kalo kamu tidak pernah bisa membalas perasaanya.jadi aku mohon..." suara Edo berubah menjadi serak.     

"Lepaskan Sandra,maafkan dia.Aku berjanji akan aku bawa dia pergi jauh dari mu,tidak akan pernah muncul lagi di depan mu,aku jamin itu"     

Edo melangkah mendekati Sandra, dengan tangan gemetar Sandra meraih tangan Edo.     

"Panji...kamu gak akan tinggalin aku kan, kita... kita akan pergi jauh dari sini kan, iya kan...." Sandra mulai berhalusinasi.Mengaanggap pria didepannya itu adalah Panji.     

"Iyaaa kita akan pergi jauh,aku gak akan tinggalin kamu, mengerti..." Edo membersihkan darah di sudut bibir Sandra.     

"Dia...dia merebut mu dari ku,aku harus jaga kamu"     

"Gak ada yang akan rebut aku dari kamu, sekarang kita pulang ya..." Edo sudah biasa di anggap sebagai Panji oleh Sandra,ini bukan kali pertama.     

Pria itu juga beberapa bulan ini membawa sandra berobat kerumah sakit, semakin hari Sandra semakin sakit, dokter mengatakan Sandra harus di rawat di rumah sakit. Namun Edo menolak.Sandra tidak gila dia yang akan merawat gadis malang ini.     

Edo menggendong tubuh kurus Sandra di punggungnya,lalu melangkah meninggalkan Panji dan yang lain.     

"Kita mau kemana...."tanya Sandra diatas gendongan Edo.     

"Kita akan pergi jauh keliling dunia,mau??"     

"Asal dengan mu aku mau.."     

"Gadis pintar.."     

Edo memasukan Sandra kedalam mobilnya sendiri. lalu meninggalkan Panji dan yang lainnya,membawa pergi Sandra. Pergi jauh sebisa kakinya melangkah.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.