My wife is a boy

Dia datang kembali



Dia datang kembali

0"Den Algis saya pergi ke supermarket dulu ya.." pamit Nur,ia berdiri di depan Algis sambil membawa tas belanjanya.     
0

"Iya...Mbak Nur,semua yang habis sudah di catat kan"     

"Iya den.."     

"Naik taxi aja mbak biar cepet"     

"Baik den.." kata Nur lalu berjalan meninggalkan Algis di dapur.     

Pemuda manis itu sibuk membuat makanan pendamping untuk kedua bayi kembarnya Virendra dan Vishaka.Usia mereka sudah enam bulan sekarang.Waktu sangat cepet berlalu dan selama itu kehidupan Algis bahagia, sangat bahagia malah.Dia merasa orang paling bahagia satu dunia ini. Punya pendamping hidup yang sangat mencintainya, memiliki dua anak yang sangat lucu dan pintar. Keluarga dan sahabat-sahabat yang selalu ada di sekelilingnya.     

Tak ada satu pun yang kurang dalam hidupnya. Pemuda manis itu tak tahu,sesuatu yang terlalu indah terlalu manis di baliknya pasti menyimpan duka mendalam,namun entah kapan dan bagaimana duka itu akan datang.     

Selesai membuat makanan pendamping untuk anak-anaknya Algis pergi ke ruang bermain dekat ruang tengah, di situ Panji membuat satu ruangan dengan dinding pembatas dari kaca,jadi orang yang ada di ruang tengah bisa melihat aktifitas si kembar aktif bermain dengan babysitter.     

Algis Akhirnya memutuskan untuk memiliki seorang pengasuh untuk membantunya merawat dan menjaga si kembar virendra dan vishaka.Walau memiliki seorang pengasuh Algis tak lalu melimpahkan semua tanggung jawab pada pengasuhnya. Algis tetap mengasuh si kembar,pemuda manis itu Bahkan belum memulai kegiatan di luar rumah, seperti melanjutkan kuliahnya.     

Algis terlalu sayang,dia tidak mau kehilangan moment bersama si kembar. Melihat pertumbuhan kedua bayinya dari sejak lahir hingga usia enam bulan secara langsung adalah merupakan hal menyenangkan dan membanggakan untuknya.Kuliah bisa ia lanjutkan kapan saja namun masa masa menikmati pertumbuhan kedua bayinya tak akan terulang jika sudah terlewati.     

Algis membuka pintu kaca,ruang bermain si kembar,ia tersenyum sembari menyapa Virendra yang saat ini sedang tengkurap.Melihat Ayahnya datang dengan membawa mangkuk berwarna cerah si kecil Virendra melonjak-lonjakan kakinya tertawa senang,seakan bayi berusia enam bulan itu mengerti dia akan segera mendapat makanannya.     

Begitupun dengan si kecil Vishaka,bayi cantik dan imut yang sedang berada duduk di pangkuan sang pengasuh,berusaha memajukan tubuhnya untuk mencari perhatian Algis supaya mau menoleh kearahnya. Jika bisa bicara mungkin Vishaka protes dia juga mau makan.     

Algis mengangkat tubuh Virendra memangku bayi laki-laki itu lalu memulai menyuapi.     

"Anak ayah laper ya..lahap sekali makanya..." kata Algis sembari menyuapi ke mulut kecil Virendra.     

Melihat itu Vishaka yang sedang dipangku si pengasuh melonjak lalu berceloteh ba-ba dan memandang kearah Algis seakan minta disuapi juga.     

"Visha mau juga... " Sekarang giliran satu suapan masuk ke bibir mungil si bayi perempuan.     

"Mbak.. habis mereka makan pasti tidur kan,kalo mereka tidur mbak beresin mainan mereka,di lap satu satu pakek antiseptik ya mbak.."kata Algis mengingatkan.     

Meskipun sudah menjadi tugas rutin si pengasuh untuk selalu membersihkan mainan si kembar namun Algis selalu mengingatkan terus takut kalo si pengasuh lupa.Masalahnya si kembar itu sekarang mulai aktif memasukkan apa saja yang di pegang masuk ke mulut. Itu kenapa Algis selalu memastikan makanan si kembar di bersihkan setiap hari.     

Selesai makan tak lama kemudian si kembar mulai mengantuk mereka berdua berguling ke kanan dan kiri, kebiasaan dua bayi kembar itu jika mengantuk mereka akan berguling dulu di kasur lantai berbahan lembut yang Algis siapkan di ruang bermain. Jika siang hari si kembar akan tidur di ruang bermain supaya Algis dan pengasuh mudah untuk mengawasi.     

"Ting tong..."suara bel pintu rumah berbunyi.     

Algis bangkit berdiri lalu keluar dari ruang bermain. Si kembar mulai tertidur lelap.     

"Ting tong..." bel pintu kembali berbunyi.     

Algis bergegas menuju ruang tamu untuk membukakan pintu.Ia penasaran siapa tamu yang datang, jika si Nur dia punya kunci cadangan pasti tak perlu menekan bel pintu.     

"Grekkk" Algis membuka pintu.     

Di depan pintu seseorang berdiri tersenyum menakutkan kearah Algis. Jenis senyuman yang membuat Algis seketika begidik ngeri.     

"Sandra...."lirih Algis.     

"Iya ini aku.." jawab Sandra dengan senyuman yang entah kenapa justru terlihat dingin.     

Algis terpaku diam,dia hampir tak percaya jika orang di depannya adalah Sandra,gadis itu menjadi sangat kurus,wajahnya sangat pucat, rambutnya tergerai panjang dan memakai dress warna putih panjang batas lutut. Sandra yang cantik kenapa terlihat pucat seperti ini,heran Algis dalam hati.     

"Bagaimana kabar mu Algis.."     

"Baik, Sandra tau dari mana Algis tinggal di sini"     

Seingat Algis hanya keluarga dan orang-orang terdekatnya yang tahu alamat rumahnya.     

"Aku akan selalu tahu jika aku mau tau Algis" jawab Sandra kembali dengan senyuman mengerikan itu.     

"kamu tidak ingin mempersilahkan aku masuk"     

"Ahh...iya silahkan masuk"     

Dengan rasa ragu Algis mempersilahkan Sandra masuk. Entah kenapa perasaannya kali ini tidak enak. Tatapan Sandra kepadanya ada kilat kebencian dari sorot mata itu.     

"Kamu bahagia,kamu sepertinya hidup dengan baik Algis, Panji menjaga mu dengan sangat baik.Dia menjaga mu seakan kamu adalah nyawanya bukan..."     

Algis tak menjawab,ia tak mengerti arah pembicaraan Sandra.     

"Duduk lah Algis akan...."     

"Tidak perlu" potong Sandra.     

"Aku datang untuk minta tolong ke kamu, dulu kamu pernah bilang jika aku butuh bantuan keuangan kamu akan membantu ku kan"     

"Sekarang aku butuh bantuan mu,adik ku masuk rumah sakit aku tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit. Apa kamu bisa membantu ku"     

Algis terdiam sejenak.     

"Apa kamu gak mau Gis???"     

Sandra memiringkan kepalanya.     

"Tentu saja Algis akan tepat janji"     

Sandra kembali tersenyum mengerikan.     

"Ayoo ikut aku ke rumah sakit kalo begitu,kamu bisa langsung membayarnya di sana"     

"Algis akan transfer uangnya ke rekening Sandra,berapa yang Sandra perlukan"     

"Gak bisa Algis,kamu harus ikut kerumah sakit.Aku mohon"     

Algis berpikir apakah dia harus ikut Sandra atau tidak.     

"Apa kamu takut aku bohong ke kamu..."     

"Tidak,Algis tidak berpikir begitu,tapi Algis minta izin sama mas Panji dulu"     

"Hanya sebentar, rumah sakitnya juga tidak jauh dari sini,kamu bahkan akan segera kembali kesini sebelum suami mu itu pulang"     

"Baiklah,aku berpamitan dulu pada.."     

"Gak perlu..." potong Sandra lagi.     

"Ayo lah ikut aku sekarang"     

Meski ragu, Akhirnya Algis menuruti Sandra untuk ikut dengan gadis itu.     

Berbekal merasa dirinya laki-laki,dia bisa menjaga dirinya sendiri.Algis masuk kedalam mobil Sandra meninggalkan rumahnya tanpa izin pada Panji tanpa memberitahu pengasuh yang ada di dalam rumah.Algis pergi begitu saja mengikuti Sandra.     

Algis lupa, sekalipun dia adalah laki-laki,namun dia berhati lemah mudah percaya,mudah iba pada orang lain,sehingga hal itu bisa saja di gunakan orang lain untuk memperdaya dirinya.     

xxxx     

Di kantor Panji tiba-tiba merasa gelisah, jantungnya berdebar-debar . Perasaannya jadi tidak enak ia kepikiran Algis dan anak-anaknya. Belajar dari pengalaman jika Panji merasakan perasaan seperti itu mungkinkah terjadi sesuatu pada Algis atau anaknya.     

Tak mau penasaran,Panji menghentikan pekerjaannya,lalu meraih ponselnya untuk menghubungi ponsel Algis.Namun hingga tiga kali panggilan,Algis tidak mengangkat.     

Panji jadi makin gelisah, perasaannya semakin tak enak.     

Pria itu lalu menghubungi nomer telpon rumah.     

Tak lama, ada seseorang yang menjawab dari seberang sana.     

"Hallo..."     

"Hallo ini siapa?" Panji hapal yang menjawab bukan suara Algis atau Nur.     

"Saya Erna babysitter anak-anak Bapak Panji"     

"Ohhh Erna ini saya Panji"     

"Iya pak ada apa?"     

"Algis di mana?"     

"E...maaf pak saya kurang tau"     

"Gak tahu gimana kamu satu rumah dengannya"     

"Maaf pak saya sedang menjaga si kembar dan membersihkan mainannya,saya tidak tahu mas Algis di mana" jawab si pengasuh membela diri.     

"Kamu harus tahu!!!! Saya membayar mu tiga kali lipat lebih mahal karena kamu harus mengawasi Algis juga mengerti" teriak Panji mulai hilang waras. Sejak kapan pengasuh bayi selain menjaga bayi juga harus menjaga orang tua bayi.     

"Di mana Nur..."     

"Nur di dapur pak,baru saja pulang dari supermarket"     

"Suruh Nur mancari Algis dan kabari saya jika sudah ketemu"Perintah Panji.     

"Ba-baik pak" jawab si pengasuh dengan suara terbata ketakutan.Takut jika dia di pecat.Gaji yang di berikan Panji memang mahal.Pengasuh si kembar itu di bayar tiga kali lipat lebih mahal dari gaji babysitter pada umumnya. Namun dia harus menjadi babysitter serba bisa seperti tuntutan Panji.     

Panji menutup sambungan telepon.Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.Algis tidak mungkin pergi begitu saja dari rumah.Bukan kebiasaanya pergi tanpa memberitahu Nur atau siapapun yang ada di rumah mereka.Apa lagi meninggalkan si kembar begitu saja.     

Panji semakin panik ketika Nur mengatakan Algis belum juga ia temukan.Pemuda manis itu tidak ada di sekitar rumah atau komplek perumahan yang mereka tinggali.     

Panji tak tahan lagi,ia menyambar jas kerjanya lalu bergegas meninggalkan ruang kerjanya. Dia harus pulang.Untuk memastikan sendiri.     

xxxx     

"Terahir kamu kapan bertemu Algis Nur" tanya Panji dengan raut wajah mencekam.Menatap tajam kearah Nur.     

"Saya terahir liat mas Algis waktu pamitan mau pergi ke supermarket Den" jawab nur dengan kaki gemetar.     

"Lalu kamu??" Panji beralih meliat kearah pengasuh anaknya.     

"Selesai menidurkan Virendra dan Vishaka bel pintu ruang tamu bunyi pak, lalu mas Algis sepertinya ke ruang tamu untuk membuka pintu ruang tamu" jelas si pengasuh.     

"Ada yang datang?? siapa?? "     

"Saya tidak lihat Pak siapa yang datang"     

Panji mengeram menahan amarah.     

Satu persatu Panji menghubungi keluarganya untuk bertanya apa Algis datang kerumah mereka namun tidak,Algis tidak pernah datang kerumah orangtuanya atau kerumah mertuanya.Rasa takut mulai membuat Panji buntu untuk berpikir.     

"Den Panji.." panggil Nur takut-takut.     

"Ada apa??!!" jawab Panji setengah membentak.     

"Anu den...periksa saja cctv teras depan"     

Panji terkesiap.Kenapa dia bisa lupa jika ada cctv di teras depan.Rasa kalut membuatnya tidak bisa berpikir jernih.     

Pria itu lalu segera pergi ke kamarnya untuk menghidupkan komputernya,untuk melihat siapa tamu yang datang dan kemana Algis pergi.     

Tak lama kemudian Panji menyalakan komputernya yang sudah terhubung dengan cctv depan.     

Mata Panji terbelalak kaget saat layar komputernya menampilkan siapa tamu yang datang kerumahnya siang tadi.Meski sangat jauh berbeda tapi Panji bisa mengenali orang itu. Sandra.Wanita itu datang lagi,mengusik hidupnya lagi.Dan berani membawa Algisnya pergi.     

Panji mengamuk.Meremas dan menghamburkan apa saja yang ada didekatnya.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.