My wife is a boy

Kelahiran



Kelahiran

0Sejak semalam Panji merasa gelisah,tidak tahu karena apa yang jelas dia gelisah. Hingga pagi ini pun rasanya seperti itu.Sepanjang mengikuti meeting dengan jajaran pemegang saham, pria itu tak bisa tenang pikirannya tiba-tiba melayang teringat Algis.dia menyesal harusnya dia tadi menelpon pemuda manis itu terlebih dahulu sebelum mengikuti meeting.     
0

tapi dia tadi bangun terlalu pagi untuk bersiap,dia takut jika mengganggu istirahat Algis.     

Panji berusaha memfokuskan perhatiannya untuk melanjutkan meeting yang sedang dia pimpin.     

Panji merogoh sapu tangannya,lalu mengelap dahinya yang berkeringat,melihat bosnya yang bersikap aneh itu, Cindy mencoba untuk bertanya.     

"Pak..apa bapak baik-baik saja,kenapa bapak kelihatan gelisah dan berkeringat " Bisik Cindy,memastikan bosnya baik baik saja.     

"Tidak apa-apa"jawab Panji datar, seperti biasanya jika bicara dengan orang lain.     

Drtttt... drrtttttt.....     

Panji merasakan ponselnya bergetar.Ia sengaja membiarkan,tak segera diangkat. Memilih untuk kembali fokus pada rapatnya.     

Namun lagi,ponselnya bergetar lagi.Lama lama Panji penasaran,ia merogoh ponselnya tanpa bicara dan menatap kearah Cindy Panji memberikan ponselnya pada sekertarisnya itu. Cindy mengerti.Bosnya itu memintanya untuk mengangkat telpon yang terus masuk ke ponsel Panji.     

Cindy membulatkan kedua matanya ketika membaca nama yang tertera pada layar ponsel Panji.     

"Pak...ini telpon dari Bapak Suryadi.." bisik Cindy memberanikan diri. Ya dia tidak mau mengangkat telpon dari bosnya si bos.     

Panji berhenti berbicara,lalu menoleh kearah Cindy,mengambil alih ponselnya.     

"Hallo..." kata Panji menyapa.     

"Hallo Panji....kamu harus tinggalkan pekerjaan mu sekarang" suara Pak Suryadi terdengar panik.     

"Ada apa..? " tanya Panji datar.     

ia melirik kearah peserta meeting yang mulai kasak kusuk menyayangkan sikap Panji yang tidak profesional,sedang meeting tapi memilih berbicara dalam telepon.     

"Kamu harus pulang Ji" kata pak Suryadi lagi.     

"Iya tapi kenapa,Panji sedang rapat penting. Kita bahas nanti saja" jawab Panji. Hampir saja dia langsung menutup telponnya,namun belum sempat ia menekan tombol off pada ponselnya, Panji mendengar suara papanya berbicara lagi.     

"Algis akan melahirkan"     

"A-apa???!!!!" ulang Panji, takut salah dengar.     

"Papa sedang dalam perjalan ke rumah sakit,Algis akan melahirkan"     

Sedetik kemudian Panji mematikan ponselnya lalu menoleh kearah Cindy.     

"Carikan saya tiket pesawat paling cepat sekarang,saya mau pulang!" kata Panji penuh penekanan pada kalimatnya.     

"Ta-tapi pak...." Cindy kelabakan. Bukan masalah tiket pesawat yang mendadak.Tapi lebih ke bagaimana nasib rapat hari ini dan pekerjaan lain yang belum selesai. Kenapa bosnya itu semena mena mau main pulang begitu saja.     

"Tapi pak bagaimana dengan rapat sekarang"     

"Urus semua yang ada disini"     

"Ta-tapi Pak saya apa mungkin bisa"     

"Saya membayar mu mahal karena kamu harus serba bisa. Jangan mengecewakan saya!!!!" bentak Panji.     

"Ba-baik pak saya akan handle semua yang ada di sini" kata Cindy terbata.     

Panji berpamitan undur diri lalu pergi meninggalkan ruang rapat begitu saja. Meskipun sebagain para pemegang saham kecewa namun mereka memilih diam lalu melanjutkan meeting yang di wakili oleh sekertaris Panji. Cindy bukan sekedar sekertaris biasa. Gadis itu di didik Panji untuk serba bisa mewakili dirinya jika dalam keadaan terdesak seperti sekarang ini.     

Panji melesat ke hotel tempat dia menginap,lalu mengemasi barang-barangnya. Meminta pihak hotel untuk segera mengantarnya ke bandara.Untung saja di saat seperti itu ada jam penerbangan yang bertepatan Panji ke bandara . Dengan bantuan sekertarisnya Cindy yang cekatan dan bisa di andalkan Panji bisa mendapatkan tiket pesawat yang tiga puluh menit lagi akan meluncur.     

"Cepat,saya ingin cepat sampai bandara tepat waktu. Jika saya terlambat karena kamu lamban saya akan memecat mu" kata Panji dingin mengintimidasi.     

Si sopir dari pihak hotel langsung semakin dalam menginjak pedal gas mobilnya, berharap dia bisa mengantarkan bosnya yang semana mena itu tepat waktu dan dengan selamat.     

xxxx     

Sesampainya di rumah sakit Algis langsung di sambut oleh team dokter Aldi yang mengurus selama kehamilan Algis. Hanya team dokter Aldi yang di izinkan menangani Algis,semua demi menjaga kerahasian kehamilan Algis dari pihak lain.Selain itu juga karena kehamilan Algis tidak biasa,dia laki-laki yang hamil, tentu membutuhkan satu team dokter yang sangat ahli di bidangnya.     

"Pa..apa Algis akan baik-baik saja" khawatir Bu Rina.     

Dokter membawa Algis masuk ruang operasi.     

"Mama tenang...Algis pasti baik-baik saja,dia dintangani dokter terbaik di rumah sakit ini" kata pak Suryadi berusaha menenangkan istrinya.     

Dari arah lorong rumah sakit datang kedua orangtua Algis dan juga Ajeng.Wajah mereka tak kalah panik,mereka lalu menghampiri Pak Suryadi dan Bu Rina.     

"Gimana Algis Bu Rina?" tanya Bu Ambar dengan wajah cemas.     

"Baru saja masuk ruang operasi Bu.."     

"Apa dia baik-baik saja,apa dia kesakitan Bu.." Bu Ambar tak bisa lagi membendung air matanya.     

Ia tahu betapa sakitnya ketika akan melahirkan, dan ia membayangkan putra kesayangannya mengalami hal itu saat ini. Hati ibu mana yang tak khawatir dan takut.Andai saja bisa,ingin rasanya bu Ambar menggantikan rasa sakit putranya.     

"Ibu....tenang, Algis pasti kuat Bu dia akan berjuang di dalam sana"Ajeng mengusap punggung ibunya.     

"Pak...dimana Nak Panji" tanya pak Prayitno, ketika menyadari tidak ada Panji di sekitar mereka.     

"Sedang dalam perjalanan Pak,dia keluar kota, tapi saya sudah menyuruhnya untuk pulang sekarang juga" jawab pak Suryadi mejelaskan.     

Semua orang lalu duduk menunggu di kursi tunggu dengan cemas.     

Umumnya proses persalinan secara caesar akan memakan waktu kurang lebih empat puluh Sampai lima puluh menit. Namun hingga satu jam lebih lampu operasi belum juga padam.     

Semua orang semakin cemas, kenapa Algis di dalam sana begitu lama,apa yang sebenarnya terjadi.     

Disaat suasana genting itu tiba-tiba Panji datang dengan langkah cepat menghampiri keluarganya yang sedang menunggu di ruang tunggu.     

"Panji... kamu sudah sampai?" heran Pak Suryadi.     

Meskipun waktu yang di butuhkan perjalanan naik pesawat dari kota yang di kunjungi Panji hanya memakan waktu tiga puluh lima menit,namun kedatangan Panji saat ini terbilang cepat sekali.Apa dia sewa helikopter pribadi batin Pak Suryadi. Apa sajalah yang penting Panji sudah datang.     

"Gimana Algis pa?" tangan Panji terlihat gemetar.     

"Masih di ruang operasi"     

Panji mengusap wajahnya.Ia takut sekali. Takut jika terjadi sesuatu pada pemuda manis itu. Panji berusaha tetap tenang.Ia berjalan mondar mandir depan pintu operasi.     

"Panji duduk Mama pusing liat kamu mondar mandir gitu"     

Panji berhenti sesaat.     

"Kalo pusing, jangan dilihat" jawab Panji sesukanya dengan nada bicara datar.     

Bu Rina mendelik.Anak kurang ajar batin bu Rina.     

Selang beberapa menit kemudian lampu ruang operasi mati. Tak lama kemudian keluar dokter Aldi dan dokter Sabrina.     

"Gimana Algis dokter" tanya Panji cemas. Keluarga yang lain berdiri berjejer di belakang Panji.     

"Bayinya selamat,mas Algis juga stabil, bisa langsung di pindah ke ruang perawatan,namun untuk kedua bayainya harus masuk ke ruang perawatan bayi dulu untuk pemeriksaan lebih lanjut" jelas dokter Aldi.     

"Tapi cucu saya sehat kan dok" sela Bu Rina.     

"Sehat Bu Rina...mungkin besok pagi bisa langsung pindah ke ruang perawatan bersama mas Algis" jawab dokter Aldi sambil tersenyum ramah.     

Dua orang perawat keluar dari ruang operasi masing-masing membawa satu bayi,sekilas Panji melihat kedua bayinya.Hatinya tersentuh kedua matanya berkaca-kaca.     

"Saya ingin melihat Algis"kata Panji     

"Bisa Pak sebentar lagi akan di pindah ke ruang perawatan"     

"Saya mau ruang VVIP dokter,untuk menantu dan cucu saya" sela Bu Rina lagi.     

"Akan di laksanakan Bu Rina" dokter Aldi kembali tersenyum, menghadapi keluarga unik ini.     

"Kalo begitu saya permisi dulu" pamit dokter Aldi di ikuti dokter Sabrina.     

xxxx     

Algis sudah berada di ruang perawatan,di dalam ruangan itu berkumpul keluarga dari pihak Panji dan Algis.     

Semua menunggu Algis sadar dari pengaruh obat bius.     

"Mas...." panggil Algis lirih ketika ia mulai membuka mata.     

Panji terkejut mendengar suara Algis. Dia yang tadinya membenamkan kepalanya pada kedua lengannya mendongakkan wajah.     

"Algis,gimana?? apanya yang sakit" tanya Panji khawatir     

Algis menggeleng lemah.     

"Anak kita mana Mas..."     

"Di ruang bayi...besok baru bisa di pindah kesini"     

"Mereka lucu banget,yang cewek manis kayak kamu" ujar Panji dengan senyum bahagia.     

"Algis mau lihat Mas..."     

Panji meraih mengeluarkan ponselnya,lalu membuka galeri ponselnya. Dia tadi sempat mengambil beberapa foto.     

"Lihat dari foto dulu ya..." Panji menunjukkan beberapa foto kedua bayinya.     

Algis tersenyum haru,jarinya membelai lemah layar ponsel Panji.     

"Anak kita mas....." lirih Algis,air mata menetes membasahi kedua pipinya.     

"Iya anak kita,mereka lucu banget"     

"Maafkan aku Gis,aku gak ada di sisi kamu di saat kamu sedang kesakitan" Panji membelai lembut surai hitam Algis.     

"Gak apa-apa mas, semua kan mendadak, Algis juga gak nyangka jadwal operasi Algis kan masih dua minggu lagi"     

"Istirahatlah kamu masih lemah kan" Panji mengusap pucuk kepala Algis.     

Algis menoleh kearah kedua orangtuanya yang tak jauh dari ranjang ia berbaring.Ada kakaknya juga di sana.     

Pak Suryadi dan Bu Rina sudah tidak ada lagi di ruangan itu. Pak Suryadi sedang membujuk Bu Rina, pasalnya wanita paruh baya itu ngotot mau minta masuk ke ruang perawatan bayi. Sedangkan di ruangan itu hanya orang tua si bayi yang boleh masuk. Bu Rina gak terima.Memaksa suaminya untuk membujuk suster agar mau mengizinkannya melihat kedua cucunya dari dalam.Tidak hanya berdiri melihat dari jendela saja.     

"Papa....cepat bujuk susternya,kalo gak kasih mereka uang yang banyak,biar izinin Mama lihat cucu mama, pa...."rengek Bu Rina lagi. Wanita itu meratap di jendela kaca ruang bayi.Mengamati betapa imutnya kedua cucunya dari balik kaca.     

"Mana boleh kita begitu ma... peraturan harus di taati,hanya tunggu besok,mereka bisa di bawa keruangan Algis"     

"lama pa..lama..., papa gak lihat perjuangan Mama,lihat ni leher Mama sampai jadi korban cakaran Algis" memamerkan goresan kuku runcing Algis.     

Pak Suryadi menggeleng.     

"Gak ingat Mama dulu jambakin Papa saat melahirkan Panji"     

Bu Rina langsung cemberut,mrengut.     

Wanita paruh baya itu kembali meraung seperti anak kecil memohon untuk diizin kan masuk ruang bayi. Dia gak sabar kalo harus menunggu hingga esok hari.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.