My wife is a boy

Pillow talk



Pillow talk

0Panji duduk bersandar pada sandaran tempat tidur. Pria itu sibuk memainkan ponselnya. Bukan untuk melihat sosial media,Panji tidak punya waktu untuk hal hal seperti itu. Pria itu mengecek pekerjaannya Membaca email email penting dari asisten atau sekertaris pribadinya.     
0

Setelah berganti piyama, Algis berjalan pelan kearah tempat tidur untuk menyusul Panji.Karena perutnya yang mulai membesar dan berat badannya yang bertambah, Algis jadi lamban bergerak.     

Algis naik keatas tempat tidur,menarik selimutnya hingga batas perut.     

"Mas..."     

"Hmmm.." jawab Panji tanpa menoleh kearah Algis.     

"Tadi sore Bastian dan Maura datang kesini" kata Algis memberitahu.     

"Oh ya...kamu seneng dong mereka datang kesini"     

"Seneng banget mas,biasanya hanya berdua aja sama mbak Nur..tapi tadi jadi rame"     

Panji meletakkan ponselnya keatas nakas dekat tempat tidur.Pria itu lalu meminta Algis untuk lebih mendekat padanya.Algis nurut,pemuda manis itu menyandarkan tubuhnya pada dada bidang Panji.     

"Sabar.. sebentar lagi kamu gak akan kesepian lagi di rumah,ada si kembar yang bakal temenin kamu" kata Panji menghibur Algis.     

Pria itu mengerti,Algis pasti kesepian dan bosan. Sejak kandungannya semakin besar aktifitas Algis hanya ada di sekitar rumah mereka.     

"Iyaa mas,Algis sabar kok..gak apa apa Algis berhenti kuliah dan gak pernah keluar rumah demi calon anak anak kita"     

Panji membelai surai hitam Algis dengan lembut. Mencium pucuk kepala Algis,menghirup aroma shampo yang harum semerbak seperti bunga.     

"Kamu memang istri yang terbaik" Puji Panji.     

Algis sedikit menjauhkan tubuhnya dari dada Panji, supaya ia bisa melihat wajah suaminya itu.     

"Mas mau apa?" tanya Algis saat di rasa suaminya ada keinginan terselubung dari pujiannya itu.     

Panji senyum senyum mencurigakan.     

"Jangan sentuh Algis ya mas, Algis lagi gak pengen"     

Seketika senyum Panji memudar,wajahnya berubah kecewa berat.Apa Artikel yang dia baca itu bohong,mereka menulis katanya wanita yang sedang hamil gairahnya akan meningkat.Tapi nyatanya Algis tidak begitu, ya sekalipun Algis bukan wanita dia itu laki-laki tapi kan Algis juga bisa hamil harusnya sama saja kan.Namun yang ada Algis sering menolaknya tidak memberi jatah untuknya dengan alasan sama seperti ini. Lagi gak pengen.     

Algis jadi kejam,tega.Pemuda manis itu tak mengerti jika belakangan ini ketika kandungannya makin membesar,hasrat Panji justru semakin meletup-letup tiap kali melihat lekuk tubuh Algis ketika mandi atau berganti baju.     

Sekarang Algis makin menggemaskan pipinya tembam,tubuhnya makin berisi,perutnya melendung terlihat lucu dan imut.Apalagi rambutnya yang lama tidak di potong sejak dia hamil, sekarang jadi agak panjang terlihat berkilau dan tebal juga harum seperti bunga.Kulit tubuhnya semakin halus, kuku-kukunya ia biarkan panjang,entah kenapa Algis malas memotong kukunya sendiri tapi terlihat bagus jarinya lentik seperti milik wanita.     

Apa semua orang hamil akan terlihat lebih menawan seperti itu.Entahlah yang jelas tubuh Algis semakin menggoda Panji. Tapi sayang,Algis tak mengerti itu. Pemuda itu justru berada di fase malas berhubungan sex.Panji kesal dia menderita harus menahan tiap kali dia tergoda melihat tubuh seksi Algis. Betulll. Di mata Panji tubuh Algis saat ini samagt seksi dan menggoda.     

Namun Panji harus menahan hasratnya,kalo dulu Panji bisa sedikit memaksa jika Algis menolak keinginannya,tapi sekarang tidak. Panji tidak tega memaksa,jika Algis menolak Panji akan menerima sekalipun dalam hati dongkol.     

Mau gimana lagi,makin hari makin sayang sama Algis,Panji juga sering mengalah dengan perubahan sikap Algis selama hamil. Pemuda manis itu sekarang mudah ngambek.     

Akhirnya Panji memilih menutup tubuhnya dengan selimut melupakan keinginannya untuk memakan Algis malam ini.     

"Mas..mas..." Algis menggoyangkan bahu Panji.     

"Hmmm" jawab Panji malas.     

"Nio apa kabar ya mas.."     

Panji membuka selimutnya.Lalu melihat kearah Algis.     

"Kenapa memangnya.." Panji kembali memblokir nomer Nio ketika saudaranya itu kembali ke negaranya.Gak mau melihat Nio menggoda Algis.     

"Dia sama Maura ada apa sih mas,kok kayak ada sesuatu antara mereka"     

"Jangan buang buang energi mu buat mikirin mereka Gis, mereka udah dewasa bisa urus urusan mereka sendiri"     

"Tapi Algis mau tahu,Maura gak mau cerita"     

"Artinya dia gak pengen berbagi masalah dia dan Nio sama kamu Gis.."     

"Ehummm kenapa apa karena Algis udah gak sering kumpul sama mereka lagi" rupanya kehamilan benar-benar membuat orang yang tadinya selalu berpikir positif mendadak jadi sensi.     

Algis kembali mendekatkan tubuhnya pada Panji, memeluk tubuh besar itu. satu tangan Algis mengusap usap perutnya.     

"Kok gitu mikirnya...nanti dia pasti cerita sama kamu Gis" hibur Panji.     

"Mas...."     

"Apa lagi..."     

"Algis boleh tanya gak,tapi mas janji jangan marah ya..."     

"Mau tanya apa? emang kapan aku marah sama kamu,hmmm??" Panji menundukkan kepalanya lalu mengecup bibir mungil Algis.     

"Mas Sandra itu apa kabar ya sekarang?"     

Panji langsung terdiam,tubuhnya jadi kaku,wajahnya berubah jadi serius.     

"Kenapa kamu bertanya tentang dia.Dia gak ada hubungannya sama hidup kita"jawab Panji dengan nada suara dingin.     

Algis peka,dia tahu mungkin dia salah bertanya,dari dulu Panji tidak suka jika Algis menyebut nama itu.Namun Algis penasaran.Pasalnya setelah hari itu Algis tak lagi bertemu atau hanya sekedar mendengar kabar tentang gadis malang itu. Ya menurut Algis Sandra adalah gadis yang malang.     

"Hanya ingin tau mas, terakhir Algis bertemu dia,Algis iba lihat dia.Seorang gadis sendirian di kota besar ini dan dia harus menghidupi keluarganya di luar kota,dia tulang punggung keluarga mas.."     

"Lalu apa hubungannya itu dengan kita Gis?"     

"Apa mas tahu tentang hal itu,mas dulu sering membantu keuangannya kan.Lalu sekarang siapa yang membantu dia"     

"Aku tidak tau dan aku tidak mau tau. Hidup dia tidak ada hubungannya dengan kita. Untuk apa kamu memikirkan beban hidupnya Gis,di dunia ini tidak hanya dia yang punya beban hidup,jadi jangan terlalu menggunakan perasaan mu untuk ornag yang bahkan tidak terlalu kamu kenal" jelas Panji.Nada bicara Panji tidak meninggi tetap lembut namun tatapan mata pria itu tak lagi teduh. Gurat ketidak sukaan terlukis jelas dari sorot matanya.     

"Berhenti menyebut nama itu Gis,apa lagi membawa nama itu dalam rumah tangga kita.Dia bukan siapa siapa ku,dia hanya seseorang yang pernah menghabiskan malam dengan ku beberapa kali dengan ku. Kami tidak ada hubungan apa pun dan semua di lakukan atas dasar suka sama suka.Jadi aku gak peduli dan gak ada urusan sama dia"     

Tentu Panji tidak menyebut terakhir kali ia melakukan dengan Sandra,menghukum gadis itu dengan memperkosanya secara brutal.Itu akan jadi rahasia yang harus dia kubur dalam-dalam sampai mati.     

"Maafkan Algis mas...."ucap Algis lirih penuh sesal.     

"Algis janji,gak akan sebut nama Sandra lagi setelah ini" Algis jadi merasa bersalah.     

Panji memeluk Algis. Pria itu berharap Sandra benar benar lenyap dari hidupnya dan Algis. Jangan pernah kembali lagi.Terahir Panji membayar orang untuk mengintai apartemen Sandra, gadis itu meninggalkan apartemennya. Menurut info yang Panji dapat Sandra pergi dengan seorang laki-laki.     

Namun manusia hanya bisa berharap,apa yang akan terjadi dimasa depan tak ada yang tahu.     

xxxx     

Diwaktu yang sama namun di tempat yang berbeda.     

Bastian tidur tengkurap seperti bayi balita diatas tubuh Radit. Lagi pengen manja tapi tidak tahu diri,Ia pikir tubuhnya gak berat. Namun Radit sang pacar diam saja meski dada dan perutnya sesak dan agak sakit.Jika tidak di turuti Bastian akan ngambek,sewot bikin pusing tujuh keliling.     

"Aku tadi pulang kuliah bareng Maura main ke rumah Algis"Bastian mulai bercerita.     

"Terus...,gimana kabar kakak ipar"     

"Badannya jadi gembul, pipinya chuby perutnya besar kayak ibu hamil"     

"Dia kan emang hamil yang..."     

Sesaat keadaan menjadi sunyi. Bastian masih belum merubah posisi.     

"Dit...."     

"Apa....." jawab Radit lembut.     

"Algis enak ya bisa punya anak dari si Panji" kata Bastian tiba-tiba.     

"Kamu mau anak juga???"     

"Berjuta kali lo masukin gue,gak akan jadi anak" entah apa sebenarnya yang Bastian pikirkan.     

"Apa Lo menyesal hidup dengan gue"     

Bastian mendongak, mengangkat wajahnya untuk melihat kedalam mata Radit.     

"Maksud lo..."Tanya Bastian serius     

"Radit menggeser tubuh Bastian untuk ia rebahkan di sisinya.     

Radit lalu sedikit bergeser,memiringkan tubuhnya menghadap Bastian dengan bertopang pada satu sikunya.     

"Apa Lo pengen punya anak yang,kalo Lo pengen punya anak artinya Lo harus hidup dengan wanita, karena Lo bukan Algis"     

"Lo ngomong apa sih..gue gak mau hidup sama orang lain. Tapi bener suatu hari gue juga pengen punya anak, tapi itu benih Lo,anak Lo Dit,dan di sini justru gue yang takut,gue takut Lo tinggalin gue karena gue gak punya rahim buat nampung benih Lo" suara Bastian terdengar memilukan.     

"Sekalipun Lo gak punya rahim untuk menampung benih gue,gak ada anak dalam hidup kita gue tetap cinta Lo yang.."     

"Gue akan kerja keras lagi,biar gue bisa wujudkan keinginan Lo untuk punya anak darah daging kita sendiri, bukannya jaman udah canggih ya...kita bisa ikut bayi tabung kan"     

Bastian membenamkan wajahnya pada dada bidang Radit.     

"Gak usah,itu prosesnya lama dan memakan banyak biaya,gue gak mau Lo tua lebih cepat karena terlalu kerja keras, bener kata Lo,sekalipun gak ada anak diantara kita,gak masalah,yang penting Lo tetap sama gue"     

Sekarang Bastian sudah mulai bisa menyatakan apa yang ada dalam isi hatinya. gak gengsi lagi.     

walau begitu sikap galaknya gak berubah. Bastian tetap galak.Sering mengomel tanpa alasan yang jelas.     

Sampai terkadang omelannya itu bikin pusing kepala,ada saja setiap hari yang membuat pemuda itu urung uringan.Namun Radit tetap sabar,malah makin cinta.Meskipun mereka belum jujur pada orang tua masing-masing tentang hubungan mereka berdua,namun mereka berdua memutuskan akan terus bersama selagi nyawa mereka ada dalam raga.     

Bersambung .     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.