My wife is a boy

Kandungan mulai besar



Kandungan mulai besar

0Algis berdiri di depan cermin kamarnya dengan hanya mengenakan handuk kimono.Pemuda manis itu memandangi perutnya yang tak lagi rata.Perut Algis mulai membesar,Algis baru saja menyadari hal itu belakangan ini.Semua karena kesibukannya kuliah,dia jadi tidak begitu memperhatikan bentuk perutnya yang tak lagi rata.     
0

Algis memutar posisi tubuhnya ke kiri dan ke kanan,di lihat dari sisi manapun perutnya tak bisa di tutupi lagi.Ia juga merasa sesak semua celananya tidak muat lagi bagian pinggangnya.     

Sekalipun Algis bisa memakai baju longgar namun tetap saja untuk bawahan dia bingung harus pakai apa.Hampir semua celananya adalah model slimfit.sudah gak muat lagi.keluh Algis dalam hati.     

Kandungan Algis memasuki usia lima bulan,tak terasa sudah satu bulan Algis mengarungi biduk rumah tangga bersama Panji. Sejauh ini mereka baik-baik saja sangat bahagia hingga tak terkira, maklum pengantin baru, seperti pengantin baru pada umumnya mereka berdua pun hari-harinya hanya penuh cinta.     

Mereka tidak hanya tinggal berdua,ada Nur yang di suruh Bu Rina untuk ikut dengan Algis,tinggal bersama pengantin baru.Karena Bu Rina gak tega kalo membiarkan Algis sendiri di rumah jika Panji sedang kerja,apa lagi jika ada kunjungan keluar kota dan harus menginap.     

Oleh karena itu pelayan di rumah orang tua Panji yang bernama Nur di minta untuk ikut Algis,supaya bisa menjaga dan menemani pemuda manis itu.Dengan begitu hati Bu Rina tenang tidak kepikiran. Sungguh beruntung Algis memiliki mertua seperti Bu Rina.     

Panji keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang ia lilitkan di pinggangnya.Awalnya pria itu tak menghiraukan Algis yang berdiri di depan cermin,selesai mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil,Panji memakai pakaian kasual yang Algis siapkan diatas tempat tidur.Akhir pekan Panji libur kerja.Begitu dengan Algis,pemuda itu juga sedang libur kuliah.     

"Kamu kenapa sih Gis.." tanya Panji,ketika dia mulai menyadari Algis berlama-lama berdiri depan cermin.     

"Perut Algis mulai besar ya mas..."Algis memutar tubuhnya ke belakang,samping depan untuk melihat tubuhnya dari berbagai sisi.     

"Pipi Algis juga mulai chuby.." Algis menepuk-nepuk pipinya sendiri yang memang mulai terlihat berisi.     

"Usia kandungan kamu kan bertambah Gis jadi fisik kamu mulai berubah" jawab Panji.Dia sudah baca beberapa buku tentang kehamilan,jadi Panji mulai banyak mengerti tentang ibu hamil.     

"Terus gimana mas?"     

"Gimana apanya?"     

"Baju Algis udah banyak yang gak muat" Algis masih berdiri depan cermin,memandangi tubuhnya yang mulai berisi.     

"Pakek baju ku aja gimana?"     

Algis menoleh kearah Panji dengan bibir cemberut.     

"Algis serius Mas...kalo udah mulai besar gini,Algis kan jadi gak bisa kemana mana,gak bisa kuliah"     

Panji tersenyum gemas melihat Algis cemberut seperti itu.     

Panji duduk di tepi ranjang,ia lalu mengulurkan kedua tangannya,sebagai isarat meminta Algis untuk datang kepelukannya.     

Algis menurut,pemuda manis itu melangkah kearah Panji lalu menjatuhkan tubuhnya dalam pelukan suaminya.     

"Aduhhh ..berat banget sekarang ya..." goda Panji.     

Algis memukul dada Panji pelan.     

"Tuh..kan mulai ngomong gitu,Algis jadi gendut ya..."     

Panji terkekeh,ia melingkarkan kedua lengannya pada pinggang Algis dan mendudukkan Algis diatas pangkuannya.     

"Kamu mau berubah gendut kayak apa pun aku tetap cinta Algis...." kata Panji sambil mendongak sedikit keatas melihat wajah Algis yang lebih tinggi darinya karena duduk diatas pangkuannya.     

"Algis gak percaya,di mana mana laki-laki pasti suka yang bertubuh ramping"     

"Kamu lupa kamu juga laki-laki"     

Algis terdiam tak bisa menjawab.Benar juga apa yang dikatakan suaminya dia sendiri kan juga laki-kali.     

"Bukan begitu maksud Algis mas,kalo bentuk badan Algis jadi aneh nanti mas Panji gak cinta lagi"     

Panji mencubit ujung hidung Algis yang bangir.     

"Kamu kok bisa ada pikiran kayak gitu sih,Aku cinta dan sayang kamu itu bukan karena fisik kamu,tapi karena hati kamu kepribadian kamu Gis,jadi mau kamu berubah seperti apapun,sungguh aku akan tetap cinta."panji kembali meyakinkan pemuda hamil yang sedang khawatir dengan bentuk badannya itu.     

Algis tersipu,ia membenamkan wajahnya pada ceruk leher Panji,menghirup aroma wangi sabun yang masih melekat di tubuh suaminya.     

"Bersiaplah lah...kita pergi belanja hari ini"     

"Mau belanja apa?" tanya Algis sambil memainkan jari telunjuknya pada kulit leher Panji.     

"Katanya baju-baju kamu sudah banyak yang gak muat,jadi kita harus cari baju hamil buat mu kan.."     

Algis mengangkat wajahnya untuk melihat wajah Panji.     

"Baju hamil?? daster?? Mas mau suruh Algis pakek daster???"     

"Aku gak bilang gitu.."     

"Itu tadi baju hamil,Baju hamil kan daster mas"     

"Ohhh maksud aku baju yang longgar buat kamu" kata Panji sambil senyum-senyum mencurigakan.     

Algis menatap Panji tak percaya.     

"Mas mau ngerjain Algis ya..." tuduh Algis.     

"Ehhh...ngerjain apa,masa iya aku tega ngerjain istri ku yang lagi hamil"sekarang Algis tak lagi protes di panggil istri,sudah bosan protes,mau protes berapa kali pun Panji akan tetap menyebutnya istri.     

"Siapa tahu aja , Sampai mall mas Panji maksa Algis buat beli daster"     

"Mana mungkin aku begitu, tapi kalo mau beli gak apa-apa,bisa kamu pakek kalo lagi di rumah.Kan longgar dan dingin juga itu"     

"Kok mas Panji tahu emang pernah coba pakek?"     

"Hah?! gak lah. aku baca-baca di artikel katanya ibu hamil itu lebih bagus jika pakek daster selain longgar bajunya juga adem Gis..."     

"Tuh..kan sampai baca artikel segala pasti mau nyuruh Algis pakek daster kan" Algis jadi kesal ia memukuli dada Panji berulang kali.     

"Enggak....gak jadi Gis... iya iyaa gak beli daster" Panji mencoba menghentikan tangan Algis yang terus memukulinya.     

Semakin bertambah usia kehamilan, perubahan Algis semakin banyak,tidak hanya secara fisik,pemuda manis itu jadi sensitif mudah ngambek.Panji jadi harus banyak bersabar menghadapi bumil satu ini.     

xxxx     

Panji dan Algis berjalan berdua memasuki mall besar di kota yang mereka tinggal.Mereka tidak gandengan tangan,Algis gak mau jadi pusat perhatian seperti waktu itu.Algis memilih jalan berdua beriringan tanpa bergandengan tangan.     

Awalnya Panji gak mau,dia khawatir Algis yang manis itu hilang di keramaian mall, siapa tahu saja di culik orang karena gemas melihat wajah manis dan imut istrinya itu kan.Apa lagi sekarang makin imut karena pipinya yang chuby dengan rambut disisir poni hampir menutupi matanya.Tubuhnya terlihat mungil dengan baju kebesaran yang ia kenakan.     

Sekalipun mereka tidak bergandengan tangan,Panji dan Algis tetap menjadi perhatian kerumunan gadis gadis remaja yang berpapasan dengan mereka berdua. Mereka menjerit tertahan dan diam diam mengambil foto Panji Algis tanpa sepengetahuan dua pria itu.     

Bagiamana tidak menarik perhatian,Panji hari itu terlihat tampan seperti model catwalk yang sedang memeragakan busana kasualnya. Wanita mana yang tidak berdebar melihat Panji dengan tubuh tinggi atletis memakai kemeja flanel dengan kaus vneck sebagai dalaman,kancing ia biarkan terbuka lengan ia gulung hingga batas siku di padukan dengan celana jeans sobek sobek bagian lutut warna hitam,semakin keren dengan sepatu kets warna putih pilihannya.Satu kata untuk Pria itu. Sempurna.     

Algis jadi cemberut minder. Apalah dia jika berjalan berdua dengan Panji,dia selalu merasa tidak percaya diri.Banyak pasang mata memperhatikan suaminya. Dulu dia bisa menahan itu,pikirnya Panji memang ganteng wajar di kagumi banyak orang. Tapi sekarang sejak mereka menikah Algis gak suka gak nyaman jika ada wanita mencuri curi pandang kearah Panji jika mereka berada di tempat umum seperti ini.     

"Mas kita ke sana dulu yuk.."ajak Algis. Jari telunjuknya menunjuk kesalah satu toko yang menjual berbagi jenis model topi.     

"Kamu pengen beli topi?"     

"Bukan buat Algis,tapi buat Mas Panji"     

Algis mengerutkan kening.Ia lalu mengikuti langkah Algis menuju salah satu toko yang menjual banyak model topi.     

Setelah beberapa menit memilih yang menurutnya pas Algis membayar tagihannya pada penjaga kasir.Kemudian ia menarik Panji untuk mendekat kearahnya.     

"Pakek ini ya Mas.."Algis berjinjit,memakaikan topi yang ia beli pada Panji.     

"Kenapa aku harus pakek topi Gis"bingung Panji.     

"Kalo gini aku gak bisa lihat jalan dong.." keluh Panji ketika Algis menarik bagian depan topi membuat bagian depan itu meutupi separuh wajah Panji.     

Algis jadi kesal,benar juga kalo seperti itu Panji jadi gak bisa lihat jalan.Kalo nabrak nabrak gimana. Kan tidak lucu.     

"Kamu kenapa sih..."Tanya Panji dengan lembut, bingung wajah Algis mrengut tanpa alasan yang gak dia mengerti.     

"Algis kesal mas.."     

"Kesal kenapa,kamu capek jalan?"     

Algis menggeleng pelan. Pemuda manis itu menundukkan kepala tidak mau melihat kearah suaminya.     

"Terus kenapa?" Panji bertanya lagi,dengan nada suara semakin melembut.     

Bahaya jangan sampai bumil tantrum depan umum.     

"Algis bingung gimana cara nutupin muka mas Panji.." makin menunduk.     

"Kenapa muka ku harus kamu tutupi Gis" makin bingung.     

Kali ini Algis mendongakkan wajah melihat kearah Panji.     

"Makanya mas Panji kalo jalan sama Algis jangan di ganteng gantengin mukanya,semua orang liatin mas Panji,Algis gak suka"     

Panji memalingkan wajahnya kemana saja untuk menahan tawa.     

"Aku udah ganteng dari lahir Gis,jadi gak perlu aku ganteng gantengin.Emang udah ganteng dari sananya" Panji justru semakin membuat Algis merasa kesal.     

"Semua orang liatain mas Panji dari tadi Algis gak suka" cicit Algis dengan wajah sedih.     

"Ini kan tempat umum wajar orang melihat satu sama lain,aku juga gak suka kalo ada pria yang meratiin muka imut mu ini"     

"Mana....gak ada yang lihatin Algis"     

"Siapa bilang,kamu gak sadar aja banyak mata laki laki liatin kamu"     

Algis melirik ke kiri dan kanan, membuktikan apa yang di katakan suaminya.Dan benar saja ternyata banyak mata yang melihat kearahnya.     

"Percaya sekarang..." tanya Panji.     

"Kita pulang aja yuk Mas, Algis gak nyaman"     

"Kita cari baju buat kamu dulu baru langsung pulang oke"     

Algis mengangguk menurut.Mereka berdua kemudian berjalan kearah toko-toko baju,mencari baju yang kiranya nyaman di pakai Algis dengan perut yang mulai membesar.     

Bersambung..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.