My wife is a boy

Membujuk pulang



Membujuk pulang

0Malam ini malam minggu,buat sebagian orang terutama yang punya pasangan.Malam minggu akan di gunakan untuk untuk menjemput pasangannya dan mengajak pasangannya jalan-jalan,atau makan di tempat langganan mereka berdua.atau nonton film di bioskop.     
0

Biasanya Radit juga begitu,kalo ada waktu Radit akan melakukan hal seperti itu dengan Bastian. Anak muda menyebutnya kencan.Namun untuk sekarang ini Radit tidak bisa melakukan itu, karena pasangannya sedang ngambek dan susah di bujuk.     

Radit berdiri di depan cermin kamarnya,ia memastikan penampilannya sudah sempurna.Ganteng sudah, wangi sudah.Apa lagi yang kurang. Radit memegang dagunya sambil berpikir apa yang kurang. Di rasa sudah cukup Radit menyambar kunci mobilnya lalu bergegas keluar dari apartemen miliknya.     

Malam ini sesuai dengan rencana Radit akan datang ke rumah orang tua Bastian,untuk membujuk pemuda itu supaya kembali padanya.Kali ini tidak boleh gagal dia harus berhasil mau di usir sekalipun Radit tidak akan gentar sebelum membawa pulang Bastian dia tidak akan meninggalkan rumah pemuda itu. Janji Radit pada diri sendiri.     

Tidak lebih dari satu jam Radit sampai di depan sebuah rumah berlantai dua. Itu adalah rumah Bastian. Radit pernah satu kali datang kerumah ini,sewaktu dia meminta izin pada kedua orang tua Bastian untuk membawa Bastian tinggal di apartemen miliknya. Entah waktu itu dengan alasan apa dia meminta izin pada orang tua Bastian. Yang jelas kedua orangtuanya mengizin kan.     

Meski sudah pernah bertemu dengan orang tua Bastian, Radit kali ini tetap merasa gugup,apa lagi jika membayangkan wajah Papanya Bastian,tidak terlihat galak sih..tapi lumayan cukup membuat jantung Radit berdegup tak karuan.     

Radit memarkirkan mobilnya di luar pintu gerbang, kemudian dia keluar dari mobil dan berjalan kearah depan pintu gerbang.Radit menekan bel di sudut pintu gerbang.     

Tak lama kemudian keluar dari dalam rumah seorang wanita,yang sepertinya itu adalah pembantu rumah tangga keluarga Bastian.     

"Maaf cari siapa mas??" tanya wanita yang di panggil mbak Sri oleh keluarga Bastian.     

"Ehmmm Bastian ada mbak?" tanya Radit     

"Ada,tapi mas siapa?"     

"Saya Radit mbak temen Bastian,tolong kasih tau dia,ada saya di sini,gitu mbak" mohon Radit.     

"Kalo gitu tunggu dulu ya,saya kasih tau Mas Bastian dulu" Kata mbak Sri lalu berlalu pergi tanpa membuka pintu gerbang.     

Jaga-jaga siapa tahu orang jahat. Karena si mbak Sri ini gak pernah lihat Radit sebelumnya.     

"Tok.. tok..."mbak Sri mengetuk pintu kamar Bastian.     

Tak lama kemudian,Bastian keluar dari balik pintu kamarnya.     

"Ada apa mbak.."     

"Itu mas di luar ada temen Mas Bastian"     

"Siapa??" Bastian mengerutkan kening,dia merasa gak ada janji sama siapa pun.     

"Katanya namanya Radit mas.."     

Deg....     

Jantung Bastian langsung berdebar. Antara senang tapi juga gengsi.     

"Bilang aja aku gak ada"     

"Tapi saya udah terlanjur bilang mas ada di rumah"     

"Ya udah suruh dia pulang,bilang aja aku gak mau temui dia"     

Mbak Sri terdiam.Wajahnha bingung. Apa gak kasihan kalo disuruh pulang. Dia juga jadi gak enak hati.     

"Kok diam sih sana buruan suruh dia pulang aja"     

"Iya mas..." wanita usia tiga puluhan itu lalu bergegas keluar rumah untuk menyampaikan apa yang majikannya perintahkan.     

Radit tersenyum senang saat melihat pembnatu rumah tangga keluarga Bastian datang menghampirinya lagi.     

"Gimana mbak..??" tanya Radit tidak sabar.     

"Ehmm anu mas..kata mas Bastian,mas di suruh pulang aja,soalnya mas Bastian gak mau nemuin mas" jelas si mbak Sri.     

Seketika raut wajah Radit berubah kecewa.     

"Kok gitu,mbak udah bilang nama saya belum"     

"Sudah mas, tapi anak majikan saya itu gak mau ketemu sama situ lho"     

"Bisa buka pintu gerbangnya mbak"     

"Wah gak bisa saya gak berani gak ada izin dari Mas Bastian,nanti saya di pecat gimana"     

"Tapi mbak..tolong..."mohon Radit.     

"Gak bisa mas,ya sudah ya mas saya banyak kerjaan.Permisi"     

"Ehhh...mbak... mbak...tunggu mbak.. buka dulu gerbangnya" kata Radit memohon tapi si mbak Sri tak menghiraukan.     

"Yang... ini gue..." teriak Radit berharap Bastian mendengarnya,dan keluar menemui dirinya.     

Radit merogoh ponselnya dari saku celana,lalu menghubungi nomer Bastian.Tersambung namun tidak di angkat.     

"Yang..." teriak Radit lagi sambil menggoyangkan pagar pintu gerbang.     

Radit tidak putus asa,dia tidak pulang.Pantang pulang sebelum membawa Bastian. Jadilah dia berdiri di luar pintu gerbang berjam jam.     

Sedangkan di dalam rumah,tepatnya di kamar Bastian,pemuda berambut sebahu itu berdiri di depan jendela kamarnya.Ia sedikit membuka gorden kamar untuk mengintip Radit. Pria yang belakangan ini menyiksa hatinya.     

Bastian memang sedang jual mahal, menurutnya Radit perlu di beri pelajaran,biar tidak seenaknya lagi di masa depan. Enak saja menyakiti hatinya lalu dengan mudahnya minta maaf.     

Apalagi kemarin pria brengsek yang bikin kangen itu datang ke tempat kerjanya membujuknya di sana meminta maaf di sana dengan membawa bunga.Dikira Bastian akan terharu dan memaafkannya,yang ada justru membuat Bastian kesal setengah mati. Tentu saja kesal.Jika perbuatan konyol Radit itu justru membuat Bastian jadi tontonan teman-teman kerjanya. Sekarang semua teman kerjanya tahu jika Bastian punya pacar laki-laki.Sekalipun mereka tidak masalah dengan itu tetap saja membuat jadi canggung.     

Bastian menutup kembali gorden kamarnya.Ia menimbang-nimbang haruskah dia menemui Radit.Ahhh tapi gak perlu. Biarkan saja dia di luar hitung-hitung itu hukuman untuk pria itu.Tapi....Bastian kembali berpikir.     

Jika lama lama Radit bosan, putus asa, kemudian pulang.Lalu tidak mau membujuknya lagi gimana??.Bastian bertanya dalam hati.     

Bastian jadi bingung antara memberi pelajaran Radit tapi takut kalo justru nantinya senjata makan tuan.     

Radit masih tak beranjak dari tempat ia menunggu Bastian keluar.Dia duduk di bawah sambil menyandarkan punggungnya pad pintu gerbang.Lain kali dia tidak akan membuat Bastian ngambek lagi,apa lagi sampai pulang kerumah orangtuanya begini Sangat sulit membujuknya.     

Radit mendongak keatas ketika ia merasakan rintikan hujan membasahi lengannya.     

"Kok malah hujan sih" gerutu Radit.Baru saja dia mau masuk kedalam mobil namun ia urungkan niatnya.     

Jika hujan kan lebih dramatis jika ia tetap berdiri di pintu gerbang,jika kehujanan Bastian pasti mau keluar menemuinya.     

Radit tersenyum menyeringai.Pria itu tidak jadi masuk mobil dia sengaja berdoa semoga hujan deras. Dan doanya terkabul tak lama kemudian rintikan hujan berubah menjadi lumayan deras. Radit kehujanan tetap berdiri di depan gerbang. Bastian tak kunjung keluar meski Radit sudah menggigil kedinginan.     

Radit menoleh ketika ada lampu mobil menyoroti dirinya.Radit tidak tahu mobil siapa mungkn keluarga Bastian,karena ketika mobil itu datang tak lama pembantu rumah tangga yang tadi menyuruhnya pulang keluar dari dalam rumah dengan menggunakan payung untuk membuka pintu .Perlahan mobil masuk halaman rumah melewati Radit.     

Tak lama kemudian keluar tiga orang dari dalam mobil.Mereka adalah orang tua Bastian dan adik kecilnya.Terlihat mereka berbicara sejenak dengan pembantu mereka. Lalu kemudian mereka masuk kedalam.kecuali Mama Bastian.     

Wanita itu meminta payung yang di pegang oleh pembantunya,lalu berjalan menghampiri Radit yang menggigil kedinginan di depan pintu gerbang.     

"Radit kan....masuk masuk...kenapa di luar dan hujan hujan gini"     

Radit mengikuti Mama Bastian masuk kedalam rumah.     

"Mbak Sri..mana Bastian?"Tanya Mama Bastian.     

"Ada di kamarnya Bu.."     

"Panggil dia,suruh keluar. Anak itu kurang ajar banget" kesal wanita yang melahirkan Bastian.     

Beberapa menit kemudian Bastian keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua.     

Melihat Radit berdiri di kelilingi orang tua dan adiknya dengan tubuh basah kuyub,Bastian terkejut. Kenapa jadi basah kuyub begitu heran Bastian,dia ketiduran jadi Bastian gak tahu jika di luar turun hujan deras.     

"Kamu gimana sih,ada teman mu datang malah kamu biarin di luar kehujanan lagi" omel sang Mama.     

"Gue udah suruh Lo pulang ngapain masih di luar "Bastian membalas menyalahkan Radit.     

"Kamu kok salahain dia, cepat bawa dia masuk kamar kamu dan kasih baju ganti,kamu ini badan aja besar tapi sifatnya masih kayak anak balita" omel si mama lagi.     

"Tahu tuh...cowok keji,jahat banget sia siain Abang cakep gini" sahut Samanta mengompori sang Mama sambil menatap kasihan kerah Radit.     

"Semi..masuk kamar,tidur.Besok sekolah"kata si papa yang sedari tadi hanya diam saja.     

"Bas..bawa teman mu masuk kamar,kasih baju ganti"Perintah sang kepala rumah tangga.     

Bastian tidak berani menjawab jika Papanya yang memberikan perintah.     

"Awas Lo bang,kalo zolim sama calon pacar gue" sungut Samanta pada abangnya sebelum berlalu pergi masuk kedalam kamarnya.     

"Oh ya kunci mobil mana,biar saya masukan mobil kamu ke garasi,kamu nginap saja di sini sudah malam"ucap sang papa pada Radit. Dengan tangan gemetar Radit memberikan kunci mobilnya.     

"Ya udah sana masuk kamar Bastian,ganti baju ya,nanti biar mbak Sri bikinin teh hangat"kata Mama Bastian pada Radit.     

"Kok masih diam Bas sana ajak masuk"     

Bastian menarik pergelangan tangan Radit lalu membawa pria itu masuk ke kamarnya.     

"Ini handuk,baju.Buruan ganti sana" kata Bastian dengan wajah jutek.     

Bastian menyodorkan handuk bersih dan satu setel piyama miliknya.     

Selang beberapa menit Radit keluar dari kamar mandi.Pria itu lalu menyusul Bastian naik keatas tempat tidur.     

Bastian pura-pura melanjutkan tidurnya, sebenarnya jantungnya berdebar-debar gak karuan saat merasakan Radit menyusulnya naik keatas tempat tidur.     

"Yang...." panggil Radit sembari merapatkan tubuhnya pada Bastian yang membelakangi dirinya.     

Tempat tidur single bed milik Bastian membuat tubuh mereka berdua saling bersentuhan.     

"Yang... jangan tidur dulu,Lo gak kangen apa sama gue" Bisik Radit ke telinga Bastian.     

"Gue kangennnnn..... banget yang, sama Lo,maafin kesalahan gue ya.Gue sekarang sadar gak ada yang lebih penting saat ini selain lo.Hidup gue sepi tanpa Lo yang.."     

"Udah malem tidur,besok gue harus kuliah pagi" jawab Bastian datar.     

Radit melingkarkan lengannya pada pinggang Bastian.Membuat Bastian jadi merinding.Kalo sudah di sentuh-sentuh gini Bastian mana tahan.     

"Lo ngapain sih...jangan peluk-peluk gue"     

"Dingin banget baby..."     

"Makanya jangan nekat,siapa suruh Lo berdiri di luar hujan-hujanan,kenapa Lo gak pulang ha?"     

"Gue udah janji sama diri sendiri gak akan pulang kalo gak sama Lo.Kalo pun gue harus berdiri di luar sampe pagi bakal gue lakuin"     

Mendengar itu diam-diam Bastian tersenyum senang.     

Radit menarik bahu Bastian supaya tubuh pemuda itu menghadap kearahnya.     

"Lo maafin gue kan yang.." tanya Radit sembari memasukan jemarinya pada rambut Bastian yang makin panjang.     

Bastian terdiam,pemuda itu memandang lekat wajah pria di depannya yang membuatnya merindu belakangan ini.     

"Jangan sakiti hati gue lagi"kata Bastian lirih.     

Radit mengulas senyum.     

"Maaf....gak akan gue ulangi lagi" janji Radit.     

Pria itu lalu mendekatkan wajahnya kearah wajah Bastian memangkas jarak yang ada antara mereka. Lalu perlahan Radit mencium bibir Bastian,melumat bibir itu lembut melampiaskan kerinduan beberapa hari ini.     

Karena sama-sama rindu,Bastian menyambut hangat ciuman itu.Beberapa detik kemudian ciuman yang awalnya saling memagut lembut berubah menjadi panas dan liar. Keduanya saling menjulurkan lidah. Didalam mulut lidah mereka saling beradu bergulat, Bunyi kecapan khas orang berciuman terdengar nyaring di dalam kamar yang sunyi.     

Sambil bibir terus bertaut,perlahan Radit membawa tangannya ke area bawah tubuh Bastian,tangannya masuk menelusup kedalam celana pendek yang Bastian kenakan.     

"Eughhhhh" lenguh Bastian ketika tangan Radit meraih dan mengelus lembut kebanggaannya di bawah sana.Rasanya sudah lama Bastian tidak merasakan sensasi seperti ini.     

Disaat sedang mulai terbakar gairah.Pintu kamar di ketuk oleh seseorang.     

"Mas Bastian ini tehnya buat teman Mas Bastian.."Suara mbak Sri dari luar pintu.     

"Bilang gue udah tidur yang..." bisik Radit.     

""Gak u-sah mbak..ahhhh,temen ku udah ti-dur..eughh...." Bastian sudah tak dapat biacara dengan benar.Desahan terus lolos dari bibirnya.     

"Baik Mas" sahut Mbak Sri.     

Setelah itu tak ada suara lagi di luar pintu.Yang ada hanya suara kecapan dua pria saling berciuman di dalam kamar.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.