My wife is a boy

Merelakan



Merelakan

0Sekian hari tidak masuk kuliah pagi,akhirnya hari ini Bastian kembali masuk kuliah pagi.Pemuda itu berjalan lesu melewati lorong kampus untuk menuju kelasnya.Dia masih pada mode galau,hatinya sedang carut marut kisah cintanya sedang pada masa mempertahankan hubungan atau sedang sekedar menunda perpisahan.     
0

Pasalnya antara dia dan Radit tidak ada komunikasi lagi setelah hari itu. Hari di mana Bastain mengatakan pada Radit untuk jangan datang padanya jika masih ada Vanya di sisinya.     

Apakah dia termasuk golongan kekasih yang yang tidak bisa memahami pasangannya,apakah dia termasuk orang yang egois dan terlalu berlebihan.Bastian bertanya pada dirinya sendiri terus menerus tentang hal itu.     

Ide dari adiknya pun tak banyak membantu,mau cari pacar baru gimana,kalo hatinya saja masih cinta.Dia itu marah pada Radit tapi Rindu setengah mati. Mau nekat kembali ke apartemen pria itu namun hatinya tak sudi. Ia tak mau di madu. Dia mau hanya dirinyalah satu satunya kekasih Radit hanya dirinyalah baby-nya Radit. Jangan ada orang lain.     

Sesampainya di kelas Radit duduk diam termangu,ia melamun.Pokoknya hati pemuda itu benar-benar gelisah.Mencintai laki-laki ternyata berat.Tahu begini dia tidak akan mau berdekatan dengan laki-laki apa lagi sampai jatuh cinta begini.     

Dasar Radit brengsek!!! umpat Bastian dalam hati.Satu mata kuliah berlalu,setelah itu pemuda bertubuh tinggi itu memilih keluar kelas berjalan keliling kampus,agar dia bisa mendapatkan suasana baru.Kali aja dia mendapatkan gebetan baru kan.     

Maura dan Algis sudah pasti ikut kebingungan melihat sahabatnya menjadi seperti itu. Hidup segan mati pun tak mau.Sahabat mereka kali ini auranya bagai ikan asin.Punya Raga tanpa nyawa,gak ada kehidupan dari wajah Bastian.     

Belajar dari pengalaman pribadi,belajar dari pengalaman Algis, wajah-wajah seperti Bastian saat ini adalah wajah galau karena cinta.     

"Lho Bastian kemana Gis.." tanya Maura ketika gadis itu baru saja dari toilet.     

"Keluar,Algis tanyain mau kemana,dia gak jelas jawabnya.Dia kenapa ya Ra..kok kayaknya lagi banyak pikiran gitu"     

Maura tak langsung menjawab gadis itu duduk disisi sahabatnya.     

"Kalo gue lihat nih ya Gis...dia lagi galau karena cinta"     

"Hah...jadi dia pisah sama Mas Radit"     

"Ya belum tentu,galau karena cinta bukan berarti pisah gitu,bisa juga mereka bertengkar atau lagi ada hal lain yang bikin hati gelisah sedih gitu.Nah kayak Lo dulu kan pernah"kata Maura,padahal dia sendiri pun sempat galau karena cinta.     

"Algis kapan??"     

"Ya elahhh bayi gue ini,Lo sama Mas Panji apa langsung bahagia bahkan mau nikah seperti sekarang ini"     

"Maura...." kata Algis tertahan melihat kanan kiri. Sahabatnya ini kalo ngomong gak lihat kanan kiri,kan masih banyak orang di kelas. Kalo mereka dengar perihal dia akan menikah dengan Panji apa jadinya Bisa jadi trending topik di kampus.Algis gak mau hal itu terjadi.     

"Kenapa sih?? "     

"Jagan keras-keras ngomongnya nanti ada yang tahu Ra.."     

"Kalo tahu emang kenapa Gis,mereka mau apa?bully lo ngehina Lo.Sini biar gue slepet aja orang macam itu"     

"Sok berani Maura..."     

"Ehhh berani dong, inget kan sapa yang pernah gue samperin karena gangguin Lo dulu awal awal kita jadi maba"     

"Iyaa inget...tapi ini beda Ra...ada nama Mas Panji yang kita sebut di sini,Algis gak mau mas Panji jadi bahan gunjingan"     

"Istri yang baik,selalu jaga Marwah suami ya..."kata Maura sambil mengedipkan satu matanya.     

Algis tersenyum,sedikit memalingkan wajahnya kesamping.Ia tersipu malu.Sangat menggemaskan.     

"Lo kalo kayak gitu bikin gue pengen lahir jadi laki-laki dan nikahin Lo Gis"     

Algis membulatkan mata terkejut.     

"Kok bisa,Maura kok ada pikiran kayak gitu"     

"Bisalah habis lo gemesin banget"     

"Ya tapi kenapa Maura harus jadi laki-laki juga"     

"Ada hal yang gak bisa Lo pahami hahaha"     

Algis mengerutkan kening tak mengerti.     

"Maura aneh...imajinasinya makin aneh" Algis mengemasi buku-bukunya di atas meja lalu berjalan meninggalkan Maura.     

"Ehh....Mau kemana bayik gue"     

"Gak mau dekat-dekat Maura. Maura aneh..."teriak Algis     

"Hahahhaa....tunggu Gis,hei gak boleh gitu sama gue"     

Maura berlari kecil mengejar Algis,lalu merangkul bahu kecil pemuda manis itu.     

"Mau kemana Lo enak aja ninggalin gue"     

"Nyari Bastian,Algis khawatir sama dia"     

"Oke kita cari berdua..."     

Kedua sahabat beda gender itu melangkah beriringan menyusuri kampus utuk mencari Bastian.     

xxxx     

Bastian duduk seorang diri diatas batu besar dekat pinggir kolam belakang kampus,Ia duduk termenung sambil melempari air kolam dengan batu-batu kecil dalam genggamannya.     

Ia kembali meraup batu-batu kecil disisinya, kembali melemparkan bebatuan itu ke dalam kolam.Bibir Bastian komat Kamit,bukan membaca mantra,melainkan sedang mengulang dua kata berulang kali.     

"Telpon...enggak... telpon...enggak...telpon..enggak..."Bastian mengulang dua kata itu berkali kali.     

Hati ingin menghubungi Radit tapi akal sehatnya gak mau. Gengsi. Apa yang di katakan Pak Reza itu benar jika Radit mencintainya pria itu akan menjemputnya. Tapi mana hingga hari ini pria sialan itu gak ada tanda-tanda datang menjemputnya.     

Apakah kisahnya dengan Radit akan berahir begitu saja? jadi Radit memilih Vanya.Ohh rasanya sakit sekali jika harus menerima kenyataan itu.     

Bastian merasakan ada seseorang yang datang dan duduk di belakangnya, namun pemuda itu tak menghiraukan siapa orang yang datang menghampirinya.Males menoleh. Gak mungkin juga pria brengsek itu kan. Dari wangi parfumnya saja jelas bukan dia.     

"Bas...."     

Bastian menghentikan gerakan tangannya melempar batu ke kolam yang sedang ia lakukan.     

Dia tidak menoleh,karena dia tahu suara siapa itu.     

"Maafin gue" kata Vanya,gadis itu duduk di belakang Bastian membelakangi pemuda itu. Mereka duduk di batu yang sama namun saling membelakangi. Bastian duduk menghadap kolam sedang Vanya duduk menghadap hemparan rumput hijau halaman belakang kampus.     

"Waktu itu gue pernah bilang,buat relain Radit ke elo kalo emang dia milih elo.Asal Lo bisa jaga dia.Tapi pada kenyataannya semua itu gak semudah yang gue kira"     

Bastian diam tak menyahut. Masih menunggu kalimat Vanya selanjutnya.     

"Dengan bawa masalah hidup,gue datang ke Radit, berharap dengan begitu gue bisa menahan dia di sisi gue.Karena gue tahu Radit gak akan tega biarin gue terpuruk sendirian.Gue tahu....gue egois karena dengan gini gue nyakitin Lo..tapi gue mikir Lo gak kekurangan apapun,Lo punya keluarga yang utuh Lo punya sahabat yang selalu ada buat Lo.Lo gak akan terpuruk lama Lo bakal cepat bangkit sekalipun kehilangan Radit.Tapi..."     

Vanya menjeda kalimatnya,menyeka buliran bening yang menetes di pipinya yang halus.     

"Tapi gue lupa.....selain nyakitin Lo gue juga nyakitin Radit..." Vanya makin tersedu.     

"Dia rawat gue dia jagain dan lindungi gue,tapi dia gak cinta gue.Dia senyum sama gue tapi...tapi...gue tahu dia gak bahagia sama gue. Dia mikirin Lo"     

"Maafin gue Bas...udah sempat jadi duri antara kalian berdua,gue sadar gue gak bisa maksain perasaan gue sama Radit meskipun dia baik sama gue. Lo jangan marah sama dia,dia hanya terlalu baik sama gue.Dan gue manfaatin kebaikan dia"lanjut Vanya     

Suasana menjadi sunyi.Hanya terdengar isakan tangis Vanya.     

Sejak awal Bastian juga mengerti akan hal itu.Namun apa yang bisa dia lakukan jika Radit sendiri tak bisa menentukan mana yang terpenting dalam hidupnya.Dia juga tak serta merta membenci Vanya.Gadis itu tak salah dia sama seperti dirinya mencintai Radit. Jadi keputusan terahir ada di tangan pria itu.     

"Gak perlu minta maaf Van,Lo gak salah dalam hal ini.Wajar aja Lo begitu, Karena Lo cinta dia"     

"Tetap aja gue salah, karena ada diantara kalian berdua"     

"Siapapun bisa aja masuk ke hubungan gue dan Radit Van. Gak cuma Lo aja,dan semua itu kembali sama Radit dan gue.Yang salah bukan orang yang masuk tapi diri kita sendiri kenapa tidak bisa menjaga hati"     

"Jadi Lo gak benci gue kan??"     

"Gak Van.."jawab Bastian pelan. posisi mereka tidak berubah masih saling membelakangi.     

"Gue udah pulang kerumah orang tua gue.Lo bisa kembali tinggal sama Radit. Kasihan dia sendirian"     

Kali ini Bastian tak menyahut. Jujur saja dia senang Vanya pergi dari apartemen Radit. Tapi tunggu dulu.Apa dia akan kembali ke apartemen itu begitu saja. Gak mau. Gengsi.     

Kalo Vanya sudah pergi dari apartemennya,lalu kenapa si brengesek itu tidak juga menjemputnya bahkan mengirim pesan pun tidak.     

"Bastian....!!!! "teriak Maura dari jauh.     

Maura dan Algis berjalan kerah dimana Bastian duduk.     

"Dicariin kemana-mana gak tahunya ngumpet di sini, Eh..Vanya lama gak kelihatan" sapa Maura pada Vanya.     

"Gue baik..agak sibuk aja"jawab vanya.     

Vanya bangkit berdiri,begitu pun dengan Bastian pemuda itu bangkit berdiri lalu membersihkan bagaian bokongnya dengan telapak tangannya.     

"Kalian berduaan disini gak lagi pacaran kan?" canda Maura.     

Vanya tersenyum tipis.     

"Gak lah..kebetulan aja ketemu di sini"     

"Ohhh kirain. jangan deketin dia Van, dia udah punya suami.Liat mukanya suram gitu pasti lagi ribut sama suaminya nih..."ejek Maura. Sudah lama gak meledek sahabatnya itu.     

"Kumat Lo ya ngomong gak jelas" Bastian menarik tubuh Maura untuk memiting gadis itu. Tapi Maura cepat menghindar, bersembunyi di balik tubuh ramping Algis.     

"Minggir Gis,ni anak perlu di kasih pelajaran"kata Bastian dengan wajah kesal.     

Wajah bermuram durja Bastian berangsur hilang. Barangkali hatinya lega saat mendengar Vanya pergi dari apartemen Radit. Hanya tinggal menunggu pria itu menjemputnya kan. Kalo gak di jemput Bastian gak Sudi kembali.     

"Sini gak Lo..." teriak Radit.     

Maura tetap menggunakan tubuh ramping Algis untuk berlindung diri.     

Vanya tersenyum melihat persahabatan mereka bertiga.     

Dari dulu dia ingin menjadi bagian dari persahabatan Bastain,Maura dan Algis.Persahabatan mereka bertiga itu sangat indah. Dia juga ingin punya teman-teman yang selalu ada ketika dia berada di titik terendah seperti sekarang ini.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.