My wife is a boy

Diskusi para pria



Diskusi para pria

0"Tok..tok..." Suara ketukan dari pintu ruang kerja Panji.     
0

"Masuk.." kata Panji,pria itu tampak sibuk memeriksa berkas-berkas diatas meja kerjanya.     

Pintu terbuka, keluar sosok Radit dari balik pintu dengan wajah kusut.     

Melihat sahabatnya mengunjunginya di kantor membuat Panji heran. Tidak biasanya sahabatnya itu datang kekantor. Biasanya akan mengajaknya keluar jika ingin bertemu.     

"Tumben Lo kesini,ada apa?"     

Radit tak langsung menjawab. Pria itu mendaratkan bokongnya pada sofa yang tak jauh dari meja kerja Panji.     

"Gak apa-apa pengen aja,kalo gue ajak keluar Lo juga pasti gak mau,sibuk terus"     

"Yaa Lo tahu kan gue harus siapin dokumen yang di butuhkan buat bulan depan, gue juga harus cari rumah baru buat Algis"     

Radit mendesah pelan.     

"Kayaknya hubungan Lo sama kakak ipar lancar-lancar aja ya Ji,gue jadi iri"     

Panji tersenyum miring.     

"Kenapa bocah tengil itu ninggalin Lo" tebak Panji tepat sasaran.     

"Kok Lo tahu Ji.."     

"Gue nebak aja,dari dulu kalo Lo serius pacaran,kan elo yang selalu jadi pihak yang di tinggalkan"     

"Dasar sialan!!!" umpat Radit kesal.     

"Udah seminggu dia pergi dari apartemen gue Ji,gue kangen" keluh Radit, tangannya sibuk memainkan pulpen yang ia raih dari atas meja depan sofa.     

"Udah seminggu? Lo sekarang masih santai gini.Dan Lo ngaku cinta. Sinting." terang saja Panji mengolok Radit sinting.Pasalnya dia sendiri jangankan seminggu,Algis tidak ada sehari semalam di sisinya saja dia kelimpungan hampir hilang waras.     

"Masalahnya dia pergi dalam kondisi marah Ji"     

"Kok Lo jadi bego sih,Lo samperin dia dan bawa pulang lagi lah."     

"Gak semudah itu Ji,Lo tahu kan dia gimana,dia bukan kakak ipar yang pemaaf dan berhati lembut.Dia kan galak"     

Radit merebahkan miring tubuhnya di sofa,kedua kaki panjangnya merapat dan tetap menjuntai di lantai.     

"Kalian bertengkar,Lo ngapain sampai dia pergi?"Panji tetap fokus pada pekerjaannya.     

"Gue bawa Vanya pulang ke apartemen dan tinggal bareng gue"     

"Dasar gak waras!" olok Panji.     

"Gak sekalian Lo nikahi Vanya"     

"Gue gak butuh umpatan Lo Ji,gue butuh solusi" kata Radit frustasi.     

"Gue udah kasih solusi Lo samperin dia "     

"Udahhhh.....Gue samperin di tempat dia kerja paruh waktu. Yang ada dia ngusir gue depan banyak orang"     

Radit memang sebelumnya sudah pergi ke restoran tempat di mana Bastian bekerja paruh waktu.Setahu Radit,Bastian akan tinggal di rumah bosnya sedangkan Radit tidak tahu di mana alamat atasan Bastian itu.     

Terpaksa Radit datang menghampiri Bastian di tempat kerja,untuk membujuknya pulang.Tapi ternyata Bastian justru meneriakinya,mengusirnya.     

"Lo ngapain sih, nih..bawa pulang bunga-bunga Lo itu.Bikin malu aja pergi gak!!!!" usir Bastian kala itu.     

Radit pulang dengan tangan hampa. Telpon tidak diangkat pesan tidak di balas.Radit kalut, bingung,frustasi.     

Itu kenapa Radit menyempatkan diri untuk datang pada sahabatnya,mungkin saja sahabatnya punya cara untuk membujuk Bastian.     

"Gue harus gimana dong Ji..kasih tahu gue" rengek Radit terdengar putus asa.     

"Dia tinggal di mana,kenapa Lo gak jemput dia di rumah orang tuanya"     

"Apa gue harus ke rumah orang tuanya,udah kepikiran gitu sih Ji,tapi gue ngeri aja kalo ada bapaknya"     

Panji memutar bola matanya malas. Orang jatuh cinta kenapa mendadak terlihat jadi bodoh sekali.     

"Lo bego atau gimana sih,Lo berani bawa wanita pulang dan tinggal bareng di apartemen Lo,tapi Lo gak berani jemput bocah tengil itu di rumah orang tuanya. Lo kira dia sudi Lo bujuk dia di tempat kerja. Dia sama kayak istri pada umumnya ingin di hargai,Lo jemput dia di rumah orang tuanya kalo perlu Lo lamar sekalian.Kita bisa berangkat bareng bulan depan buat nikah" tutur Panji panjang lebar.     

Radit melemparkan pulpen yang ia pegang kearah Panji.     

"Lo kira segampang itu apa lamar anak orang. Cowok lagi"     

"Nyatanya gue gampang aja" sombong Panji.     

"Karena Lo dah hamilin kakak ipar"     

"Ya Lo hamilin tu bocah lah,biar bisa nikah"     

"Udah..tapi gak top cer macam Lo"     

Panji mengangkat bahu.     

"Sperma Lo kurang sehat" ejek Panji     

Radit mendengus kesal.     

Dua pria tampan dan pintar,berdiskusi seakan kekasih mereka adalah seorang gadis.     

Cindy sekertaris Panji berdiri gemetar depan pintu sambil membawa setumpuk dokumen yang harus ia serahkan pada Panji untuk di tanda tangani.     

"Kenapa berdiri di situ cin,cepat bawa ke sini"Tegur Panji saat melihat sekertaris nya diam terpaku di depan pintu dengan wajah terkejut.     

Cindy melangkah masuk lalu memberikan dokumen yang ia bawa pada Panji. Sekertaris Panji itu tertunduk tidak berani mendongakkan kepala.     

"Lain kali ketuk pintu dulu sebelum membuka pintu,apa kamu lupa peraturannya" kata Panji dingin mengintimidasi.     

"I-iyaa Pak,ma-maafkan saya" kata Cindy dengan nada bicara terbata.     

"Permisi.."Cindy mundur lalu memutar tubuhnya,ia bergegas keluar dari ruangan Panji.     

Dari balik pintu ruang kerja Panji, Cindy mengelus dada,menarik nafas panjang lalu menghembuskan pelan-pelan.Apa dia tadi tidak salah dengar,apa yang di bicarakan bosnya dan pria di dalam tadi.     

Menghamili siapa,dan siapa yang sudah dihamili oleh bosnya itu. Mendadak Cindy menjadi merinding.Dasar laki-laki ternyata suka mendiskusikan hal-hal seperti itu.     

"Apa dia tadi dengar obrolan kita?" tanya Radit setelah kepergian Cindy.     

"Mana gue tau" jawab Panji tak acuh.     

"Tapi gemetaran gitu,mukanya tegang banget,dia denger kali Ji"     

"Bodo amat. Apa peduli gue"Sahut Panji tak peduli.     

"Eh Ji....gimana si Sandra masih suka hubungin Lo gak?"     

Seketika Panji menghentikan pergerakan tangannya.Sesaat ia diam tertegun.     

Radit mengerutkan kening tak mengerti dengan reaksi Panji.     

"what's wrong Ji...Lo gak berbuat kejam sama dia kan" tebak Radit.     

Sudah lama menjadi sahabat Panji,tentu Radit sangat mengenal pria itu.     

Panji membuang nafas gusar,wajahnya berubah menjadi lebih serius dari sebelumnya.     

Sejak hari itu Sandra memang benar-benar lenyap,menghilang dari pandanganya. Tak ada telepon atau pesan masuk dari gadis itu.     

menurut Nio, Algis juga tidak pernah bertemu orang asing selama saudaranya itu jadi bodyguardnya.     

"Ji..di tanya kok diam aja sih Lo?!"     

"Udah gak pernah ganggu gue"     

"Oh ya....tapi Lo gak apa-apakan dia kan" tanya Radit lagi.curiga.     

"Emangnya mau gue apakan dia??!!! gue bunuh??!!!" teriak Panji.     

"Kok Lo nyolot sih"     

"Lo bertanya seakan-akan gue...."     

Panji tak melanjutkan kalimatnya. Sedetik kemudian Panji mengamuk melempar semua berkas diatas mejanya ke lantai.     

Radit terpaku diam,dia tahu ada yang tidak beres.Namun dia memilih diam, menunggu Panji sendiri lah yang menceritakan apa yang pria itu lakukan pada Sandra.     

"Gue gak tahan sama dia,dia terus ganggu hidup gue. Bahkan dia berani ngancam gue.Kalo yang dia ganggu itu hanya gue,gue bisa tahan. Tapi gue gak tahan kalo dia udah mulai dekati Algis" kata Panji dengan kilat mata penuh kebencian.     

"Deketin kakak ipar? maksud Lo gimana? apa dia nyakitin kakak ipar?"     

"Apa gue harus nunggu dia nyakitin Algis" sambar Panji.     

"Tapi setidaknya Lo gak berbuat hal kejam sama dia"     

"Kenapa gue gak boleh lakuin itu kalo dia berani ngusik kehidupan gue"tandas Panji.     

"Sebenarnya apa yang Lo lakuin ke dia Panji??"     

"Gue perkosa dia,puas lo!!!???" pekik Panji dengan wajah merah padam.     

Radit melotot terkejut dengan mulut menganga. Saat Panji menjelaskan semua apa yang sandra lakukan dan menceritakan bagaimana dia memperkosa Sandra supaya gadis itu tak lagi mengejarnya.     

"Tetap saja gue gak nyangka lo bakal bisa berbuat seperti ini,Lo tau akibatnya nanti gimana,bisa aja dia bakal laporin lo ke polisi,dan apa yang akan Lo jelasin ke kakak ipar kalo dia sampai tahu tentang hal ini"     

"Kalo gitu Algis jangan sampai tahu"     

Radit mengusap wajahnya,ternyata masalah sahabatnya ini jauh lebih rumit dari yang dia kira.     

Sedikit banyak Radit merasa tak enak hati dengan Panji. Biar bagaimanapun dia lah yang mengenalkan gadis itu pada sahabatnya. Namun Radit sungguh tak pernah tahu jika gadis yang dulu pendiam sekarang bisa seagresif itu.     

Namun Radit juga prihatin dengan nasib gadis itu. Tak terbayang bagaimana Panji memperkosanya.Sampai membuat gadis itu terkapar tak berdaya.Seperti yang Panji ceritakan barusan.     

"Trus sekarang gimana?"     

"Gimana apanya!?"     

"Si Sandra apa masih gangguin Lo?"     

"Gak, udah hilang"     

Radit bernafas lega. Ya semoga saja Sandra hilang begitu saja jangan sampai kembali lagi apa lagi jika kembali untuk melaporkan Panji ke polisi.     

Sekalipun Panji bisa menutupi semua itu dengan uangnya namun jika Algis tahu,apa yang akan terjadi.     

"Dari sekian banyak cara kenapa Lo milih perkosa dia,dan apa yang Lo lakuin Sampek dia...." tiba-tiba Radit begidik ngeri.     

"Apa yang mesti gue lakuin,kalo dia laki-laki kayak Lo,mudah buat gue bikin mukanya babak belur.Lagian itu yang dia mau kan. Kepuasan dan uang dia dapat sekaligus"     

"Tapi bener yang Lo bilang, gue memang merasa bersalah tapi bukan sama si Sandra itu. Gue merasa bersalah seakan gue udah hianati Algis"Lanjut Panji.     

Radit bisa mengerti perasaan sahabatnya.     

"Lo harus tutup rapat-rapat masalah ini Ji,gue gak bisa bayangin kakak ipar yang berhati malaikat itu tau Lo berbuat kayak gitu ke cewek"     

"Sandra pantas mendapatkan itu" sengit Panji.     

"Gue paham Ji.Tapi kakak ipar gak akan mau mengerti baginya alasan apapun perbuatan Lo tetap salah"     

"Gue tau! dan Lo berhenti bicara seperti itu. gak Lo kasih tau gue juga tahu. Algis gak akan tahu kalo gak ada yang kasih tau,dan Lo harus tutup mulut. Paham gak lo?!"     

Radit menelan ludah.     

"Baiklah...kayaknya lebih baik gue pergi dari sini,dari pada jadi lampiasan kemarahan Lo"     

"Nah itu juga Lo paham"     

"Kembali ke masalah hidup gue Ji,jadi gue harus kerumah istri gue buat jemput dia gitu ya"     

"Brengsek Lo masih aja tanya hal itu!!"     

Karena kesal dengan dengan kebodohan Radit.Panji menghampiri Sahabatnya di sofa lalu berulang kali mencoba menendang Kaki Radit. Namun Radit sebisa mungkin mengelak.Panji masih terus berusaha menendangi Radit dan Radit masih terus berusaha mengelak.Akhirnya terjadi mereka saling tarik hingga membuat tubuh Panji jatuh di sofa tepat diatas tubuh Radit.     

Disaat seperti itu lah pintu ruang kerja Panji terbuka. Dan lagi,Cindy berdiri sambil gemetar. Kali ini wajah sekertaris Panji itu merona merah seperti tomat.     

"Ma-maafkan saya Pak,saya sudah ketuk pintu tapi Bapak tidak menyahut"     

Panji dan Radit terdiam,masih dengan posisi mereka yang bisa membuat salah paham bagi siapapun yang melihatnya.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.