My wife is a boy

Tersiksa karena rindu



Tersiksa karena rindu

0Setelah kejadian dimana Bastian bertengkar dengan Radit,pemuda itu tak pernah kembali ke apartemen Radit. Dia pulang kerumah orang tuanya.Bastain tetap kuliah sambil bekerja, rutinitasnya itu tidak berubah,yang berubah hanyalah hidupnya kembali seperti sebelumnya.Tinggal bersama orangtuanya,melewati hari-hari tanpa Radit di sisinya.     
0

Meskipun sebenarnya berat, karena dia rindu dan rindu itu semakin hari semakin berat. Bastian sudah terbiasa tidur ada Radit di sisinya,dia sudah terbiasa makan masakan pria itu,sudah terbiasa pulang di sambut senyum ceria pria itu.     

Dan sekarang semua itu hilang begitu saja,tentu saja sangat sulit baginya untuk bisa kembali seperti dulu. Menganggap Radit tak pernah ada dalam cerita hidupnya.Nyatanya pria itu memenuhi ruang hatinya.     

Masih terbayang ketika Radit tidak bisa menjawab siapa dirinya bagi pria itu,sesulit itukah menjawab pertanyaannya,apakah dirinya hanya mainan bagi pria itu selama ini.     

Walaupun Bastian sering mengumpati Radit,sering marah pada Radit tapi dia sayang pada pria itu.Bastian hanya tidak tau bagaimana cara menunjukan rasa sayang itu dengan benar. Buktinya Bastian bahagia setengah mati ketika Radit mengatakan kata kata cinta untuknya.     

Rasanya sakit sekali kala melihat Radit memberi perhatian lebih pada Vanya,seakan dirinyalah yang menjadi orang ketiga diantara mereka berdua. Bukankah Radit mengatakan hubungannya sudah berahir dengan gadis itu lalu kenapa dia masih memperlakukan gadis itu selayaknya seorang kekasih.     

"Mbak...mau kemana?"tanya Bastian ketika melihat pelayan yang bekerja membersihkan rumahnya,lewat di depan matanya sambil membawa ember dan peralatan mencuci toilet.     

"Maaf mas Bastian,hari ini jadwal saya nyuci toilet mas Bastian"jawab pelayan yang sudah cukup lama bekerja pada keluarga Bastian.     

"Nyuci toilet??? biar aku aja mbk" Bastian berdiri dari duduknya.     

"Lho kenapa,gak usah mas,ini tugas saya kok"     

"Saya mau nyoba sini alatnya,mbak kerjain yang lain aja"     

Bastian mengambil alih ember yang di pegang oleh pelayan rumahnya. Wanita itu bengong tidak mengerti,namun tidak mencegah Bastian lagi.     

Bastian pergi ke kamarnya untuk membersihkan toiletnya sendiri.Bukan karena Bastian sedang rajin membantu,tapi pemuda itu sedang Rindu pada seseorang yang pernah mengomelinya perkara mencuci kamar mandi.     

Bastian mulai menyiram dinding dan lantai kamar mandi, sengaja ia menyiram dengan shower biar boros air,lalu Bastian menuangkan sabun pembersih toilet.Bastian menyikat asal dinding toilet,membersihkan kaca kamar mandi asal. Semua sengaja ia lakukan asal,bahkan lemari kecil di kamar mandi dia siram begitu saja biarkan saja semua yang ada di dalam lemari bawah wastafel itu basah semua.     

Dengan begitu pria itu akan datang mengomelinya,mengatakan jika apa yang dia lakukan itu pemborosan air.Namun Seseorang yang ia tunggu tak kunjung datang,tak ada Radit yang menyalahkannya meski dia mencuci kamar mandi dengan asal.     

Bastian mulai frustasi,dia terduduk di lantai kamar mandi,menekuk kakinya dan menyembunyikan kepalanya diatara kedua lutunya.Punggungnya berguncang menandakan pemuda itu sedang terisak.     

Di luar kamar mandi,ibu Bastian mengintip dari balik pintu.Wanita itu diberi tahu pelayannya bahwa Bastian akan mencuci kamar mandinya sendiri. Tentu saja hal itu membuat wanita itu kaget tak percaya. Baru beberapa minggu berpisah darinya hebat sekali anaknya yang bengal itu mau melakukan hal seperti mencuci kamar mandi.     

Karena rasa tak percaya wanita itu mengendap-endap masuk ke kamar Bastian untuk melihat benarkah anak laki-lakinya itu sungguhan bisa mencuci toilet.     

"Mama lihat apa" Bisik Samantha adik Bastian ke telinga ibunya.     

"Stttttttt ...diem jangan berisik,tau aja kamu mama di sini"     

"Mbak Sri tadi yang kasih tau, Mama ngapain,ngintip Abang mandi?"     

"Husss sembarangan aja, lihat tuh.." menunjuk kearah dalam toilet.     

Samanta gadis remaja yang cantik itu, terkejut melihat kakaknya seperti orang yang frustasi karena kalah judi     

"Abang kenapa??" tanya Samanta tanpa suara.     

Sang ibu hanya menggelengkan kepala sebagai isarat dia juga tidak tahu apa-apa.     

"Ayuk keluar.." Bisik si ibu kepada putrinya.     

Dua wanita beda generasi itu,perlahan berjalan keluar dari kamar Bastian.     

"Kayaknya Abang kamu lagi patah hati deh,sejak pulang tingkahnya jadi aneh gitu"     

"Abang kan emang sering patah hati Ma.."     

"Tapi kali ini beda,dia jadi banyak melamun,mukanya sedih terus"     

"Iyaa juga sih...bahaya Ma kalo keterusan gitu, bisa-bisa Abang depresi Ma.."     

"Ahhh kamu berlebihan banget"     

"Ihh Mama gak sering liat berita di sosial media sih,Mending Mama cari tahu deh Abang kenapa"     

"Hmmm ya juga ya,ehhh kamu ini,sana ganti baju,pulang sekolah gak langsung ganti baju"     

"Hheeee iya iya..."     

Gadis remaja itu berlari kearah kamarnya.     

xxxx     

Bastian berjalan lesu menuju ruang makan,di ruang makan sudah ada adiknya si Samanta dan kedua orangtuanya.Bastian menarik satu kursi lalu duduk di samping adiknya.Wajahnya tak bersemangat sama sekali. Selera makan pun tak ada.     

"Ada apa Bas? kamu seperti orang sakit aja"tanya Papa Bastian dengan suara tenang dan berwibawa.     

"Gak ada apa-apa Pa" jawab Bastian.     

"Mama bilang kamu bertengkar sama teman sekamar mu itu"lanjut sang Papa     

Bastian melirik kearah ibunya kesal.     

"Pulang tengah malam dan tangan kamu luka,apa namanya kalo gak berantem dengan teman sekamar mu" sahut mama Bastian.     

"Mama tuh sok tahu.."sungut Bastian     

"Bukan sok tahu tapi Mama emang tahu,kalian rebutan cewek ya.."     

"Bang Lo pasti demen sama ceweknya temen Lo yang cekep itu kan,makanya di usir sama dia" Samanta ikut-ikutan menyahut.     

"Ini dua orang asal nuduh sembarangan siapa juga yang rebutan cewek sama dia"     

"Terus apa?? kamu aja kayak orang patah hati gini, sikap kamu yang ngeselin bikin temen sekamar mu itu gak betah,ya kan Bas"     

Selera makan Bastian jadi hilang seketika. Sepertinya pulang kerumah adalah bukan solusi yang baik.     

"Apapun masalah mu Bas,kamu itu laki-laki, seorang laki-laki jika ada masalah selesaikan secara jantan. Jangan kabur menghindar" ucap sang Papa dengan wajah tenang.     

"Kalo bertengkar dengan teman sekamar mu, selesaikan baik-baik, jangan minggat pulang kerumah orang tua"     

"Mama gak suka aku pulang??"     

"Bukan Mama gak suka Bas,tapi teman mu kesini baik-baik izin buat ajak kamu tinggal sama dia,iba-tiba kamu pulang tengah malam lagi, apa kalian bertengkar,kalo iya kamu jangan minggat kayak gini,bisakan di bicarakan baik-baik seperti yang Papa bilang" jelas Mama Bastian panjang lebar.     

Bastian hanya bisa menarik nafas panjang.Andai Bastian bisa mengatakan pada mereka, bahwa anak laki-laki mereka ini tak Sudi tinggal di apartemen itu lagi jika masih di madu.     

"Mau kemana kamu? "tanya Mama Bastian saat melihat anak laki-lakinya berdiri dari duduknya.     

"Ke kamar ngerjain tugas kuliah"     

"Habisin dulu makan malam mu"     

"Gak mau masakan Mama gak enak"     

"Wahh lihat Pa,anak mu gak sopan banget. Pantes aja temen mu gak mau tinggal lagi sama kamu Bas"     

Bastian tak lagi menyahut pemuda itu berjalan masuk ke dalam kamarnya.Dia kangen masakan Radit.Makanya tidak selera makan.     

Bastian mencari kunci lemarinya,setelah menemukan kunci lemarinya Bastian membuka laci di dalam lemari,di dalam laci itu Bastian menyembunyikan ponselnya selama beberapa hari ini.     

Hal itu ia lakukan supaya tidak tergoda untuk membalas pesan ataupun telepon dari Radit.     

Bastian menekan tombol power pada ponselnya.     

Tak lama kemudian muncul rentetan pesan masuk dan panggilan tak terjawab.     

Sebagian pesan dari Maura dan Algis yang menanyakan kenapa nomer ponselnya tidak bisa di hubungi. Ada juga pesan dari Dewi teman kerjanya.     

Dari sekian banyak pesan masuk dan panggilan tak terjawab,ternyata tak satupun dari nomer Radit.     

Bastian jadi kecewa,ia mengira pria itu akan mengirimi banyak pesan memintanya untuk kembali,ia mengira Radit akan menelponnya berjuta kali untuk meminta maaf.     

Namun pria itu sama sekali tak menghubunginya lagi.     

Bastian membaringkan tubuhnya diatas tempat tidurnya, ia meringkuk memeluk tubuhnya sendiri.     

Ia begitu sangat tersiksa dengan rindu di dalam dadanya.     

"Aku merindu...ku yakin kau tahu, tanpa batas waktu, ku terpaku.Aku meminta tanpa walau tanpa kata,cinta berupaya.."     

Sayup sayup terdengar lantunan lagu dari kamar adiknya membuat Bastian semakin merasakan siksa rindu mendera hatinya.     

Mengapa pria itu tak datang mencarinya padahal dia tau tempat kerjanya tempat kuliahnya,mengapa pria itu tidak menjemputnya padahal pria itu tahu rumah orangtuanya.     

Apakah dia dan Radit akan berahir seperti ini.Apakah dirinya benar-benar tak ada artinya untuk Radit. Kenapa mencintai laki-laki bisa begini menyakitkan. Bastian memukul-mukul dadanya sendiri.     

"Bang...." Panggil Samanta pelan. Gadis remaja itu duduk di tepi tempat tidur kakaknya.     

"Gue yakin Lo lagi patah hati,meskipun gue gak tahu siapa yang bikin Lo patah hati"     

Bastian tak menyahut,ia bahkan tak bergerak sedikit pun tetap meringkuk memeluk tubuhnya sendiri. Berharap tiba-tiba Radit datang lalu memeluknya.     

"Tapi kalo gue jadi Lo,gue gak mau merana kayak gini,Kalo dia nyakitin Lo karena ada cowok lain,Lo harus balas bang,Lo cari cewek yang lebih cakep dari dia buktiin kalo Lo bisa dapetin yang lebih baik. Jangan kayak gini,kalo Lo terpuruk kayak gini Lo makin kelihatan kalo Lo gak laku bang" kata Samanta menasehati kakaknya.     

Padahal dia bicara berdasarkan film percintaan yang pernah ia tonton. Pada faktanya gadis remaja seusianya mana tahu tentang urusan cinta orang dewasa.Bicara seperti itu mudah tapi melakukannya yang sulit.     

"Beraninya Lo bilang gue gak laku" Akhirnya Bastian terpancing untuk bicara.     

"Hheeheh....nyatanya gitu bang Lo lama menjomblo,sekalinya Lo dapat cewek,nih langsung patah hati hahahha" ejek Samanta.     

"Apa ide yang Lo bilang itu udah terbukti kesuksesannya"     

"Coba aja lah bang,Lo jangan kayak gini Lo harus datang ke tempat dia tunjukin Lo punya cewek baru.Tanpa dia Lo baik baik aja biar dia tau rasa"     

Bastian terdiam sejenak, otaknya memproses kata-kata adiknya.     

Apa yang di katakan adiknya adalah benar untuk apa dia meratapi kesedihan di sini sedangkan Radit di sana sedang berbahagia dengan Vanya.     

Kalo Radit bisa bersama Vanya lalu kenapa dia tidak menunjukan pada pria itu jika dirinya juga bisa mendapatkan yang lain.     

Bastian memutar otak,apa yang dikatakan adiknya perlu dia coba.     

Tapi dengan siapa????? Maura tak mungkin mau membantunya lagi,lagi pula Radit sudah mengenal Maura. Dia pasti tahu jika yang dia lakukan hanya sandiwara.     

Bastian berpikir keras,siapa orang yang kira-kira bisa di ajak kerja sama untuk menunjukkan pada Radit jika dirinya bisa mencari pria lain. Ehhh kok pria lain???.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.