My wife is a boy

Pilih salah satu



Pilih salah satu

0Hal yang sulit bukanlah menentukan pilihan,yang sulit adalah ketika harus bertahan pada satu pilihan tanpa ada rasa sesal.     
0

Radit bangun dari tidurnya,jam menunjukan pukul enam pagi,pria itu bangkit dari sofa. Berdiri sambil meraih selimut lalu kemudian ia lipat, meletakkan selimut itu diatas bantal.     

Selama Vanya tinggal di apartemennya Radit tidur di sofa ruang tamu.Ya..gadis cantik itu masih tinggal di apartemennya,belum mau pulang sekalipun orangtuanya datang menjemput.Vanya justru menjerit histeris jika orangtuanya memaksa Vanya pulang.     

Mau tak mau mereka terpaksa membiarkan Vanya tinggal di apartemen Radit.Menitipkan anak gadis mereka yang sedang labil itu pada Radit.Entah apa yang membuat orang tua Vanya percaya pada Radit.Apa mereka tidak takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada putri mereka jika tinggal dengan seorang laki-laki.     

Pada kenyataannya Papa atau Mama Vanya justru menitipkan Vanya pada Radit.     

"Saya percaya sama kamu" Begitu kata si bapak rektor kala itu.     

Sedangkan Radit sendiri posisinya semakin sulit,selain bekerja dia juga harus memikirkan keadaan Vanya,apakah gadis itu baik-baik saja di apartemen sendirian jika ia pergi kerja.Takut saja Vanya melakukan hal-hal bodoh seperti sebelumnya.Ditambah lagi sikap Vanya semakin hari semakin manja dan merepotkan.Tapi dia juga tidak tega membiarkan Vanya begitu saja.     

Radit membuka lemari pendingin,mencari bahan makanan yang bisa ia masak untuk makan pagi hari ini.Radit melihat susu kotak dalam kulkas,itu susu yang sering Bastian minum,Radit tersenyum melihat susu kotak itu,pemuda galak itu tubuhnya sudah tinggi menjulang tapi tidak pernah telat minum susu peninggi badan.     

Senyum Radit memudar,ia teringat kesalahan yang ia lakukan pada Bastian,dia menyakiti pemuda galak itu.Dan Sampai hari ini dia belum bisa membawa Bastian kembali ke apartemennya.Bagaimana dia bisa membawa pulang pemuda itu jika di dalam apartemen ini masih ada Vanya.     

Bastian pergi karena dia pasti tak tahan melihat Vanya di sini.     

Radit menarik nafas panjang lalu menghembusnya pelan.     

Dia rindu pemuda itu. Namun apa yang mesti ia lakukan.     

Radit menutup pintu lemari pendingin setelah ia mengambil beberapa bahan untuk membuat sarapan.     

Setelah selesai menyiapkan sarapan diatas meja Radit pergi ke kamarnya untuk mandi dan bersiap pergi kerja.Vanya masih tertidur pulas.Tiba-tiba saja Radit teringat dengan kata-kata Bastian.     

"Gue mendesah di bawah lo hampir setiap malam,dan sekarang lo tanya apa arti Lo buat gue" Kalimat itu menancap di hati Radit terus terngiang dalam benaknya,masih terbayang tatapan terluka dari orang yang ia cintai itu.     

Radit mengambil pakaiannya,lalu kemudian masuk ke kamar mandi untuk bersiap.     

xxx     

"Hari ini aku mungkin pulang telat,kamu gak apa-apa kan Van" kata Radit di sela sela mereka sarapan.     

"Hmm ..asal kamu tetap pulang"     

"Ya pasti pulanglah emang mau kemana,aku hanya takut kamu jenuh aja,kamu gak pengen masuk kuliah"     

"Males..."Jawab Vanya singkat.     

"Jangan gitu dong,mau Sampai kapan kamu seperti ini"     

"Sampai Mama Papa rujuk lagi"     

"Van....kita gak bisa maksa keinginan kita sama orang lain"     

"Mama Papa bukan orang lain Dit"     

"Aku tahu Van, tapi tetap saja kita gak bisa memaksakan kehendak kita pada mereka apa lagi itu menyangkut urusan hati mereka berdua"     

"Mama selingkuh,Papa tiap hari ngenalin ke aku wanita baru.Coba kamu jadi aku,apa kamu tahan liatnya"     

Radit terdiam. Dia bisa mengerti perasaan Vanya.     

Ting...tong...     

Suara bel pintu.     

Radit bangkit dari duduknya lalu berjalan kearah pintu.     

Ketika pintu terbuka berdiri sosok Bastian didepan Radit. Radit sempat tersenyum ketika melihat Bastian tiba-tiba ada di depan pintu apartemennya. Namun kemudian senyum itu pudar ketika ada orang lain dari balik tubuh tinggi Bastian.     

"Gue mau ambil barang-barang gue,sengaja gue datang jam segini sebelum Lo berangkat kerja" kata Bastian berusaha tetap tenang.     

"Siapa Dit..." Suara Vanya dari ruang makan.     

"Ehhh Bass..."     

"Gue mau ambil barang-barang gue"     

"Ohhh udah gak mau tinggal di sini lagi?" tanya Vanya.     

"Pak Reza... tunggu sini sebentar ya"Bastian mengabaikan pertanyaan Vanya.     

"Iyaa..."Jawab pria yang menjadi atasan Bastian itu,dengan wajah canggung.     

Bastian masuk kedalam apartemen,ia berniat ke kamar Radit untuk mengemasi barang-barangnya.     

"Yang...." Radit mengikuti langkah Bastian     

"Yang...."Radit meraih pergelangan tangan Bastian. Namun pemuda itu menepisnya.     

Bastian mengemasi pakaian dan barang-barang miliknya dengan cepat semua ia masukan asal ke dalam kopernya.     

Lalu dengan langkah cepat dia keluar dari kamar menuju pintu keluar.     

"Berhenti!!!!!" kali ini Radit menggunakan tenaganya untuk mencengkeram pergelangan Bastian.     

"Lepas!!" kata Bastian dengan suara tertahan.     

"Siapa yang izinin lo buat ambil barang-barang Lo di sini"     

"Gue gak butuh izin Lo"     

"Butuh.Gue bawa Lo kesini baik baik izin sama orang tua Lo,kalo Lo mau pergi dari sini setidaknya gue yang anterin Lo pulang"     

Bastian tertawa mengejek.     

"Lo gila ya,Lo pikir gue istri Lo yang harusin lo datang ke rumah gue buat mulangin gue ke rumah orang tua gue. Gue bisa keluar dari apartemen ini kapan saja.Toh sekarang Lo udah punya teman sekamar baru"Bastian melirik kearah Vanya.     

"Ayoo pak kita pulang.." Ajak Bastian pada Reza atasan Bastian yang berdiri diam mengamati keadaan.     

Radit kembali menarik Bastian,kali ini tubuh mereka berhadapan rapat hampir bersentuhan.     

"Lo mau ninggalin gue" Radit bertanya tepat saat kedua mata mereka saling bertatapan.     

"Gue gak ninggalin Lo, tapi Lo yang biarin gue terlepas dari Lo Dit" jawab Bastian dengan suara serak dan mata berkaca-kaca.     

"Bas..bisa cepat dikit gak, kita harus mampir rumah ku dulu buat turunin barang-barang kamu" kata Reza sambil melihat jam di pergelangan tangan kirinya.     

"Lo ngapain bawa barang lo kerumah dia?"Radit bertanya dengan tatapan menyelidik.     

"Dia mau tinggal dengan ku katanya" jawab Reza mewakili Bastian.     

Bastian jadi salah tingkah. Itu bosnya kenapa jadi asal bicara begitu. Siapa yang akan tinggal dengannya.     

"Apa??? Lo mau pergi dari sini dan tinggal sama dia?"     

"Kenapa emangnya?!" Bastian balik bertanya memasang wajah cuek.     

"Gue gak bakal izinin,Lo pergi dari sini dan apa?? mau tinggal sama dia.No way!!!!" Radit merebut koper milik Bastian lalu membawanya masuk kembali ke dalam kamar.     

"Heiii.... kenapa gue butuh Izin dari Lo,emang siapa Lo?"     

"Suami lo!!!" teriak Radit sambil berjalan masuk kamar membawa koper milik Bastian.     

"Sinting!!! Suami dari mana gue bukan istri Lo" Bastain mengikuti Radit untuk meminta kembali kopernya. Enak saja,dia bisa bebas membawa wanita pulang,kenapa Bastian tidak bisa pergi dan tinggal dengan orang lain.     

"Lo gak bisa egois semena mena sama gue bajingan!"umpat Bastian kesal.     

"Brakkkk!!" Radit menutup kamarnya rapat.     

"Klekkkk" mengunci kamar.     

Membiarkan dua orang di depan pintu keluar hanya bengong tanpa bisa berkata apa-apa.     

"Ayoo duduk sini, kamu pasti belum sarapan kan" ajak Vanya pada Reza dengan suara lemah wajah berserah.     

Pria itu menurut,duduk di ruang makan sambil melihat kearah pintu kamar yang tertutup rapat.     

"Ehhmmm maaf bukannya mau ikut campur urusan kalian, tapi sepertinya kamu ada diantara mereka" kata Reza sambil menggigit sosis panggang .     

Vanya menoleh kearah Reza.Pria itu santai seakan dia tak salah bicara.     

"Aku mencintai Radit,aku ingin bersamanya"Kata Vanya dengan tatapan sendu.     

"Tapi sepertinya pria itu mencintai karyawan ku,ahhhh jangan memaksakan diri nanti kamu sakit hati,dan juga kamu akan memisahkan dua orang yang saling mencintai.Sekalipun kamu bisa memilikinya kamu hanya akan mendapatkan tubuhnya bukan hatinya" jelas Reza tetap dengan wajah santai sambil menikmati sosis panggang diatas meja.     

Vanya mendesah pelan.     

xxxx     

"Lo ngapain tutup pintu,ada bos gue di luar"     

"Persetan sama bos Lo!!" Radit menghempaskan tubuh Bastian diatas kasur.     

lalu menindihnya mengunci tubuh Bastian dengan kedua lututnya.     

"Mau apa Lo, Jangan sentuh gue, gue gak Sudi!!"     

" Lo milik gue!!! beraninya Lo mau tinggal bareng pria lain,di saat Lo punya gue"     

"Lo batasi gue tapi Lo bisa bebas sesuka hati Lo.Bukanya gue gak ada artinya di hati Lo kan,jadi kenapa Lo berlagak sok gak terima kalo gue sama orang lain.Nikmatin aja hari-hari Lo sama Vanya"     

"Gue sudah bilang kan, akan gue jelasin semuanya nanti ketika Vanya kembali stabil seperti sebelumnya"     

Bastian mendorong tubuh Radit dengan sekuat tenaganya.     

"Jelasin sekarang,gue butuh penjelasan sekarang!!!"     

"Vanya.. dia sedang gak baik-baik aja dia butuh seseorang dia butuh perhatian. Orang tuanya bercerai,ibunya selingkuh.Dia butuh tempat buat bersandar"     

"Dan apa orang itu harus elo"     

"Gue gak bisa biarin dia gitu aja yang... tiap liat dia gue ke ingat adik cewek gue yang seusia dia.Gue tahu rasanya hidup sendirian tanpa orang-orang yang kita sayangi. Rasanya sepi di sini" Radit menunjuk dadanya sendiri.     

Bastian mengerti jika Radit merasakan sepi,pria itu memang seperti tidak memiliki keluarga.Tak satupun keluarganya yang peduli padanya tapi mau dengan uangnya.     

Namun walau begitu bukan berarti bisa membenarkan sikapnya pada Vanya.     

"Gue tahu...Lo merasa kasihan sama Vanya,tapi coba pikir,apa itu cara yang terbaik buat bantu dia,Kalo Lo mau support dia gak gini caranya Dit,bukan memperlakukan dia seperti kekasih. Itu nyakitin hati gue.Selain itu sikap Lo justru akan bikin dia makin sulit terlepas dari Lo"     

Radit terdiam.     

"Kalo urusan Lo dan Vanya udah selesai baru Lo selesain urusan Lo sama gue. Sekarang biarin gue pergi. Jangan halangin gue.Mau tinggal di mana sama siapa. Bukan urusan Lo selagi Lo gak bisa lepasin Vanya" tandas Bastian. lalu membuka pintu kamar dan keluar dari kamar meninggalkan Radit yang berdiri terpaku diam.     

"Pak...kita pergi sekarang" Ajak Bastian.tanpa melihat kearah Vanya.     

"Ohhh cepat sekali,aku kira butuh waktu satu dua jam"     

"Aku bukan orang yang suka menahan pria dalam kamar hingga Berjam jam pak" jawab Bastian serat akan sindiran.     

"Ayok pak..."     

"Ehhh koper kamu?"     

"Biarkan saja, pemilik apartemen ini gak Izinin aku pergi dari sini"     

Bastian melangkah keluar dari apartemen radit di ikuti Reza mengekor di belakangnya.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.