My wife is a boy

Memberi pelajaran



Memberi pelajaran

0Mulai sekarang Arsenio mempunyai tugas baru,menjadi supir pribadi Algis.Itu adalah perintah saudara sepupunya yang posesif itu. Jika tidak ia turuti hidupnya tidak akan tenang sepupunya itu pasti akan terus meneriakinya,mengumpat padanya. Padahal selama ini dia adalah saudara sepupu yang baik tapi tidak dengan Panji. Saudara yang lebih tua beberapa tahun darinya itu kerap kali menindasnya.     
0

Seperti sekarang ini seenaknya saja menyuruhnya untuk mengawasi calon istrinya,eh salah calon suaminya.Sebenarnya dia senang senang saja jika terus berdekatan dengan Algis,pemuda manis yang pernah membuatnya terpesona.Namun masalahnya adalah Panji memberi peraturan dia tidak boleh berjarak kurang dari satu meter selama mengawasi Algis. Aneh kan,betapa posesifnya saudaranya itu.     

Nio hanya kasihan melihat Algis hidupnya jadi seperti di penjara di awasi setiap hari,haru melaporkan pada Panji apa saja yang dia lakukan seharian. Namun herannya Algis tak terlihat tertekan. Pemuda manis itu justru terlihat bahagia.Apakah Algis tipe orang yang lebih suka dikekang hidupnya dari pada diberi kebebasan.     

"Nio.. maaf ya..jadi repotin Nio gini" ucap Algis saat mereka berada halaman kampus.     

"Gak apa-apa, santai aja,oh ya pulang jam berapa?"     

"Nanti Algis kabarin aja,soalnya kadang kalo kelas selesai Algis di perpus dulu"     

"Oke deh kabari aku kalo udah waktunya pulang.jangan sampai gak,nanti aku di marahi suami mu"     

Algis tersenyum malu.     

Nio sedikit terpukau dengan senyuman malu-malu itu,andai saja Panji itu bukan saudranya sendiri,Nio pasti rela bersaing untuk mendapatkan Algis.Ahhh tapi sudahlah bersaing dengan Panji sama saja cari mati. Pria itu kan bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan apa yang dia mau.Seperti menghamili Algis contohnya. Tega sekali kan saudaranya itu membuat Hamil seorang laki-laki manis seperti Algis.     

Kalo saja Algis itu miliknya,dia tidak akan menyentuh Algis,sayang... takut kulitnya yang halus dan lembut itu luka,Tapi benarkah dia tidak akan menyentuh Algis jika pemuda itu menjadi miliknya. Algis begitu menggemaskan pantas saja saudaranya itu memakannya meskipun Algis seorang laki-laki.     

"Wahhh ada sopir baru nih.." Algis dan Nio menoleh kedatanganya suara itu.     

Maura datang menghampiri dua orang yang berdiri di area halaman kampus.     

"Sopir plus bodyguard"Sahut Nio.     

"Oh ya....gak sekalian suami Lo suruh sewa bodyguard yang badannya gede gede dan pakek jas hitam sama kaca mata hitam itu Gis"     

Algis mencebikkan bibirnya.     

"Maura gak boleh gitu,Mas Panji kan hanya buat mastiin Algis gak kenapa napa"     

"Iya deh iya...Lo mah emang paling demen di penjara,di kekang,di awasi 24 jam,makin di gituin Lo makin cinta kan sama mas Panji,variasi baru dalam hal bercinta hahaha"mumpung gak ada Bastian bisa ngomong sesuka hati tanpa ada yang mendebatnya.     

Maura sekilas melihat kearah Nio.Pemuda itu tersenyum simpul kearahnya.Jantung gadis itu mulai berdebar-debar tak jelas lagi. Bingung kenapa jadi begini jika melihat Nio.Awalnya rasa seperti itu ada,jika ia bertemu Bastian. Tapi sekarang hal yang sama juga terjadi jika bertemu dengan Nio. "Hati..jangan serakah dong"kata Maura dalam hati.     

"Oke deh aku pulang dulu,jangan lupa hubungi aku kalo sudah mau pulang"     

Nio mengusak surai hitam Algis dengan gemas.     

"Bye Algis,bye.. Maura.." pamit Nio lalu ia masuk kedalam mobil.     

Perlahan mobil yang di kendarai Nio mulai bergerak meninggalkan halaman kampus. Nio membuka jendela kacanya,melambaikan tangan kearah Algis seorang,tidak melihat kearah Maura meski gadis itu berdiri di samping Algis.     

"Hati-hati Nio.." Algis melambaikan tangannya dan tersenyum manis.     

Maura mendesah,mungkin sudah nasibnya siapapun yang membuat jantungnya berdebar selalu saja orang itu tak pernah melihat kearahnya.Tapi tak apa setidaknya semua melirik bukan ke wanita lain tapi ke pria lain.Tidak begitu menyakitkan untuknya.     

"Ra....kenapa senyum-senyum sendiri"     

"Hehehe gak apa-apa,inget hal lucu aja"     

"Ra...."     

"Hmmm.."     

"Gak ada Bastian sepi ya..."     

"Dia sibuk Gis,biarin aja..."     

"Gak enak aja rasanya,biasanya bareng dia kan"     

"Iya sih. tapi gimana,dia lagi giat banget nyari duit,kan cowok dia bukan kayak suami Lo tajir melintir.Lo mah enak..batuk aja keluar duit 10 juta"     

"Ahhhh Maura kan yang kaya orang tua Mas Panji"     

"Ya sama aja toh tuh harta bakal jadi milik suami Lo,apa lagi kalo ponakan gue ini udah lahir,pasti hadiah kelahiran saham 10% hahaha" gelak tawa Maura sambil berjalan beriringan ke arah kelas mereka.     

"Algis gak mata duitan Ra,kalo pun mas Panji gak sekaya itu,gak masalah kok"     

"hilih....gaya Lo Gis,emang Lo mau di kasih makan cinta,anak Lo di kasih minum air tajin"     

"Ya gak gitu juga Ra.." Algis cemberut     

"Makanya gak usah sok bilang gitu,nikmatin aja kekayaan suami lo,itu rejeki"     

"Susah ngomong sama Maura.."     

"Hahahaha....." gelak tawa Maura.     

xxxx     

Panji berdiri dengan wajah tegang di depan pintu kamar apartemen Sandra. Ia berharap Sandra ada di dalam apartemennya.Dia harus bicara pada gadis itu.Harus.     

Ting...tong..Ting tong...     

Panji menekan tombol berkali kali tak ada jeda.     

Ting..tong..Ting tong...     

Panji menekan lagi,ia tak sabar ingin segera bertemu dengan Sandra.     

Tak lama kemudian pintu terbuka,Sandra keluar dari balik pintu.     

Gadis itu menyunggingkan senyum di sudut bibirnya, senyum yang sangat menyebalkan dimata Panji.     

Panji melangkah masuk kedalam apartemen Sandra,satu tangannya terulur kearah wajah putih Sandra lalu mencengkeram rahang gadis itu.     

"Kamu ternyata gak bisa aku kasih tau baik-baik ya.Kamu maunya aku bertindak kasar sama kamu.Beginin kan?!"     

Panji semakin kuat menekan rahang Sandra membuat gadis itu meringis kesakitan.     

"Aku katakan jangan pernah mendekati Algis,kenapa kamu tidak mau dengar ha??!!! menunggu kesabaran ku habis?" kata Panji dengan tatapan tajam membunuh suaranya mengeram garang,dingin menakutkan.     

Tapi itu tak menyurutkan nyali Sandra untuk menatap Panji dengan tatapan tak kalah tajam yang ia miliki. Gadis itu tidak takut sedikitpun tak gentar menatap balik sorot mata Panji yang menusuk bagai belati.     

Sandra tetap bisa senyum meremehkan.     

"Siapa yang kemarin mengatakan tidak akan mencari ku lagi,kenapa sekarang kamu datang mencari ku?"     

"Jika sekali lagi kamu mendekati Algis jangan salahkan aku jika aku bisa berbuat lebih dari ini"     

"Silahkan,apa kamu pikir aku takut. Apa mau melakukan sekarang? mau memukul ku, lakukan saja sesuka mu.Tapi ingat Panji aku ini Sandra semua perlakuan mu pada ku akan aku balas" kata Sandra semakin membakar amarah dalam dada Panji.     

Panji terpancing,ingin menyakiti Sandra saat itu juga menunjukan kuasanya. Bukan memukul Sandra.Tidak!Panji tidak pernah melakukan kekerasan seperti itu. Dari kecil dia tidak pernah melihat Papa nya menyakiti fisik mamanya.Dan hal itu yang menjadi contoh Panji,sekeras apapun dia sedingin apapun dia,Panji tidak pernah memukul wanita.     

Panji mendorong tubuh Sandra keras hingga jatuh ke belakang. Tubuh langsingnya terhempas diatas sofa apartemen.     

"Kamu mengejar ku hanya untuk uang kan,hanya untuk kepuaasan kan. Akan aku berikan" desis Panji.     

Kedua matanya merah nyalang,tajam seperti ujung pedang seakan bisa melukai kulit Sandra hanya dengan tatapan itu.Panji murka.Amarahnya bergejolak di dada.Nafasnya memburu membuat dada bidangnya terlihat naik turun.     

Sandra berusaha bangkit ia mundur waspada.Dia tahu akan terjadi hal buruk kali ini.     

"Mau apa kamu??!!!"     

Panji tak menjawab,pria itu justru melepas dasinya,lalu satu persatu mulai melucuti pakaiannya.     

Sandra siap-siap akan bangkit berdiri untuk berlari dari Panji,yang sudah berubah menjadi binatang buas siap untuk menyakiti tubuhnya dengan cara lain.     

"Lepaskan aku Panji!!! " teriak Sandra sambil meronta dari cengkaram Panji.     

"Kenapa meronta ha??? ini yang kamu mau kan.Kamu mau kepuasan kan??!!! akan aku berikan hari ini sampai kamu tidak akan memintanya lagi setelah ini" kata Panji dingin dan menakutkan.     

Sandra mulai pucat,tubuhnya gemetar.Tidak,dia tidak menginginkan yang seperti ini. Dia ingin memiliki Panji dia ingin di sentuh oleh Panji tapi tidak dengan cara seperti ini.     

"Layani aku sekarang pelacur"     

Dada Sandra bagaikan di hujam dengan ribuan tombak tepat menancap di jantungnya saat mendengar Panji memanggilnya pelacur.     

Dia tak pernah menjual diri, satu-satunya pria yang menyentuh tubuhnya adalah Panji. Dan pria itu memanggilnya pelacur.     

Panji tak memiliki akal waras lagi,naluri binatang buas menguasainya.Pria itu menorehkan luka pada hati sandra tak hanya dengan kata-kata,tapi juga melukai fisik gadis itu. Tidak memukulnya namun kesakitan yang diberikan lebih menyakitkan dari penganiayaan fisik lainnya.     

Panji memperkosa Sandra,menggagahi gadis itu seperti hewan buas.Memperlakukan Sandra seperti seorang pelacur tak berharga.     

Panji mengenakan pakaiannya lagi. Ia lalu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.     

"Itu cek kosong,isi sesuka hati mu.Setelah ini enyahlah dari hidup ku. Jika kamu masih menunjukan wajah mu di depan Algis maka aku tak akan segan melenyapkan mu." Panji melempar kertas cek kosong yang sudah di bubuhi tanda tangannya ke wajah Sandra.     

Gadis itu terkapar tak berdaya,menangis meratapi kesakitannya. Kemaluanya koyak berdarah ia bahkan tak sanggup hanya untuk sekedar menggeser tubuhnya.     

Panji meninggalkannya begitu saja.     

Dengan sisa tenaganya Sandra menyeret tubuhnya untuk meraih ponselnya di atas meja.lalu menekan satu kontak nomer.     

"Bisa kesini..tolong aku.." suara Sandra lemah hampir tak terdengar. Namun bagi orang di ujung telepon,suara itu sudah cukup membuatnya untuk segera datang ketempat Sandra.     

xxx     

Algis berjalan menghampiri Nio yang berdiri di samping mobil menunggunya.     

"Algis jadi gak enak banget,kalo Nio antar jemput gini"     

"its oke aku suka kok"     

Algis tertawa pelan lalu segera masuk kedalam mobil.     

Setelah memastikan Algis mengenakan sabuk pengamannya,Nio mulai menghidupkan mesin mobil lalu perlahan meninggalkan halaman kampus.     

"Mau langsung pulang dulu atau kemana dulu Gis?" tanya Nio seraya melirik Algis yang duduk di kursi penumpang dari kaca spion dalam mobil. Panji melarang Algis duduk depan.     

"Gis..."panggil Nio saat ia melihat Algis diam tak menjawab.     

"Gis kenapa??? " Nio kahawatir     

"Gak tau perut Algis dari tadi sakit,tapi sekarang semakin sakit" Algis meringis menahan sakit sambil memegangi perutnya.     

Nio mengurangi kecepatan mobilnya lalu berhenti di pinggir jalan.     

"Arggghhhh Nio sakit...." rintih Algis sambil terus memegangi perutnya.     

"Kita kerumah sakit ya...." Nio jadi panik     

"Dokter Aldi Nio,hanya rumah sakit dokter Aldi, telpon Mas Panji Nio" minta Algis,ia membungkuk untuk menahan rasa sakit perutnya.     

Nio buru-buru menghubungi nomer Panji.Tapi sayang nomer Panji tidak bisa di hubungi.     

"Gis..aku antar saja langsung ke rumah sakit,alamatnya kamu tahu kan"     

Algis menganggukan kepala.     

Wajah Algis pucat di sertai keringat dingin membasahi tubuhnya.     

Sudah sejak pagi dia merasakan perutnya sakit,tapi sekarang sudah tak tahan lagi. Entah kenapa tiba-tiba saja perutnya sakit dan jantungnya berdebar terus seperti dia sedang ketakutan akan sesuatu yang tidak jelas.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.