My wife is a boy

Penyesalan



Penyesalan

0ciiitttttt....     
0

Suara decitan ban mobil bergesekan dengan aspal jalan. Panji membanting setir kerah kiri lalu mengerem mendadak. Mobil sedan hitam miliknya berhenti di pinggiran jalan.     

Panji menundukkan kepala,menyatukan dahinya dengan setir mobil.Ia membentur-benturkan kepalanya pada setir .Panji memaki dirinya sendiri,ia menangis,semakin keras membenturkan kepalanya,berharap rasa sakit bisa mengurangi penyesalan atas kebodohannya.     

Apa yang akan terjadi setelah ini, bayangan wajah polos polos Algis serta senyuman pemuda itu terus menari-nari dalam benaknya,hal itu justru membuatnya merasa jijik pada dirinya sendiri.Baru saja dia melakukan hal yang paling menjijikkan dalam hidupnya.     

Semua terjadi seperti mimpi buruk.Karena tersulut emosi Panji kehilangan warasnya.Namun siapa yang tidak akan murka jika melihat sorot mata gadis yang menyala ketika melihatnya. Tatapannya penuh minat tanpa rasa takut. Sisi bengis Panji tidak bisa menerima itu.Jika harus berbuat hal menjijikkan seperti itu akan ia lakukan asal bisa melindungi kekasihnya.     

Panji menginjak pedal gas mobilnya dalam hitungan detik mobil Panji melesat cepat membelah jalan.Ia harus pergi ke suatu tempat untuk membersihkan diri. Tidak mungkin dia pulang dengan bau khas orang melakukan sex menguar dari dalam tubuhnya.Panji sudah merasa jijik dan gatal pada seluruh tubuhnya. Tak tahan ingin segera bertemu dengan air untuk membasuh tubuhnya.     

Dengan langkah cepat Panji masuk ke lobby salah satu hotel bintang lima milik keluarganya.     

Melihat kedatangan Panji yang mendadak tanpa ada pemberitahuan,semua staf hotelnkalang kabut.Tidak biasanya bosnya itu datang tanpa pemberitahuan seperti biasanya.     

"Kunci kamar"kata Panji dengan nada suara dingin pada penjaga resepsionis.     

"I-ini pak"     

Panji menyambar kunci kamar itu cepat.     

Panji memiliki kamar khusus di hotel,yang bisa ia pakai kapan saja ia inginkan.     

"Suruh orang membelikan pakain untuk ku. cepat."     

"Ba-baik pak" si resepsionis segera menghubungi koordinator hotel yang biasa menyiapkan keperluan bosnya itu jika berkunjung ke hotel.     

Sesampainya di kamar hotel Panji langsung melucuti pakaiannya dan membuangnya kemana saja.Ia kemudian masuk kedalam kamar mandi, mengguyur tubuhnya dengan air shower.Dengan gerakan kasar Panji menggosok tubuhnya sendiri.Berharap ada rasa bersih dalam dirinya, meskipun dia tetap merasa kotor pada akhirnya.     

Panji keluar dari kamar mandi setelah cukup lama di dalam sana.Ia mengenakan pakain Yang di siapkan oleh staf hotel diatas tempat tidur.     

Drrrttttt...Drrtttttt...     

Ponsel Panji bergetar.     

"Hallo..."Panji menjawab panggilan telpon dari nomer Nio.     

"Susah sekali di hubungi,Algis ada di rumah sakit" kata Nio dari seberang telepon.     

"Rumah sakit mana??!!!" Panji langsung berdiri mendengar Algis ada di rumah sakit.     

"Rumah sakit xxx ,cepatlah datang kesini"     

Sedetik kemudian Panji mematikan sambungan telepon.Dia segera keluar dari hotel dengan terburu-buru.Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi meluncur secepat mungkin ke rumah sakit di mana dokter Aldi bertugas.     

"Shittttttt!!!!! " Panji memukul setir mobilnya, untuk pelampiasan kekesalannya.     

Panji semakin menambah kecepatan mobilnya, mendahului semua kendaraan yang ada didepannya.Untung saja Panji cukup lihai mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Tidak terjadi sesuatu yang buruk hingga dia sampai di rumah sakit yang ia tuju.     

"Algis..." Suara Panji membuat Nio dan Algis menoleh kearah pintu.     

"Kamu gak apa-apa kan..."Panji melangkah mendekat ke sisi ranjang dengan wajah khawatir.     

"Gak apa-apa Mas,harusnya gak di rawat,Nio aja yang maksa minta di rawat,Algis kan gak apa-apa"     

"Gak apa-apa gimana? kamu kesakitan gitu, kalo ada apa-apa sama kamu,suami mu akan memenggal kepala ku" Sahut Nio sambil mengupas jeruk.     

"Ini..." Nio mengulurkan jeruk yang sudah ia kupas kepada Algis.     

"Terimakasih ya.." kata Algis seraya menerima jeruk yang diberikan Nio lalu menyesap jeruk itu satu demi satu.     

"Apa kata dokter Nio?"     

"Ehmm kata dokter hal biasa terjadi jika sedang hamil muda, sesekali memang perut Algis bisa saja sakit.Kalo kamu mau tahu lebih jelas temui saja dokternya" jelas Nio.     

Panji menarik satu kursi mendekat pada sisi ranjang Algis untuk ia duduk.     

Perlahan Panji meraih satu tangan Algis lalu menggegamnya erat.     

"Maafkan aku Gis.."kata Panji dengan wajah sedih.     

"Maaf kenapa Mas?"tanya Algis tak mengerti.Pemudan manis itu meletakkan jeruk di tangannya diatas nakas dekat ranjangnya.     

"Mas kan lagi kerja,jadi wajar gak bisa langsung di hubungi. Jangan merasa bersalah gitu,Algis kan baik baik aja" Algis mengira Panji meminta maaf akan hal itu.     

"Maafkan aku..." ulang Panji kali ini dengan suara serak seperti menahan air mata.     

Panji semakin erat menggenggam jemari Algis.Pria itu menundukkan wajah menempelkan tangan kekasihnya pada wajahnya.Ia menangis tersedu.     

Algis jadi kebingungan melihat Panji seperti itu. Bukan masalah besar jika tadi pria kesayangannya itu susah di hubungi,wajar saja dia sedang bekerja,tapi Algis tidak menyangka jika Panji akan merasa bersalah sampai seperti ini.     

Nio menarik nafas pelan melihat saudara sepupunya.Ia kemudian melangkah kearah pintu,pemuda itu memilih keluar dari ruang perawatan Algis. Memberi waktu privasi untuk mereka berdua.Pasti ada hal lain yang membuat Panji seperti itu,tidak mungkin Panji akan terlihat begitu bersalah jika hanya tentang ia sulit di hubungi.     

"Mas Panji kenapa..??" Algis mengusap lembut rambut calon suaminya itu.     

"Algis gak apa-apa Mas kenapa mas jadi sedih gini"     

Panji tak menjawab,pria itu masih tersedu membenamkan wajahnya,tidak berani mengangkat wajahnya untuk melihat ke mata Algis kekasih tercintanya.     

"Mas...." panggil Algis selembut mungkin,masih tetap mengusap rambut Panji.     

Algis tak bertanya lagi,pemuda itu memberi waktu Panji untuk menenangkan hatinya.Meski ia sendiri tak paham kenapa Panji sebegitu merasa bersalahnya.     

Panji meletakkan kepalanya pada perut Algis,menghadap ke perut kekasihnya lalu mengusap perut datar itu dengan lembut.     

"Gis...."panggil Panji dengan suara serak.     

"Iya mas.. " jawab Algis lembut     

"Sebesar apa cinta mu ke aku Gis.."     

Algis, mengerutkan kening,ia terdiam sejenak.     

"Gak bisa Algis ukur mas, sangat cinta lebih dari yang mas Panji tahu"     

"Kalo suatu hari aku membuat suatu kesalahan apa kamu akan memaafkan aku?"     

"Emang Mas Panji salah apa??"     

"Jawab saja Algis,andaikan saja"     

"Algis percaya,mas Panji tidak akan menyakiti hati siapa pun"     

Mendengar itu dada Panji makin terasa sesak.     

"Berjanjilah Algis,jika suatu hari aku membuat kesalahan tolong maafkan aku,dan jangan tinggalkan aku" mohon Panji dengan suara bergetar.     

"Percayalah Mas... sekalipun takdir tidak berpihak pada kita,tidak menyatukan kita, cinta Algis tidak akan berubah,Algis akan tetap mencintai mas Panji selalu"     

Panji memeluk pinggang Algis erat.Pria itu masih belum mau menatap kearah Algis,ia setia mengarahkan wajahnya pada perut kekasihnya,memandangi ada buah hatinya di dalam perut itu,ada kehidupan di dalam sana. Kehidupan baru yang harus ia jaga.     

"Mas Panji...."     

"Hmmmm...."     

"Lihat Algis..."     

Perlahan Panji menolehkan wajahnya untuk melihat kearah kekasihnya.     

Algis tersenyum indah.Mata bulatnya begitu bening.Panji melihat bayangan dirinya dari kedua bola mata itu.     

Algis membelai rambut hitam Panji lalu menghapus sisa air mata di pipi Panji dengan telapak tangannya yang halus.     

"Sebentar lagi akan jadi seorang ayah,tidak boleh menangis begini"Kata Algis dengan senyuman yang meneduhkan hati.     

Panji berusaha mengukir senyum di bibirnya.     

"Aku mencintai mu Gis.." ucap Panji pelan.     

"Algis tahu mas..."     

Panji mencium tangan Algis.Lalu pindah berbaring di samping tubuh kekasihnya,agar bisa memeluk tubuh ramping itu.     

"Aku sudah menemukan rumah baru untuk kita,kamu ingin melihatnya?"     

"Oh yaa,cepat banget Mas.."     

"Tidak apa-apa,aku ingin pindah segera,setelah kita menikah.Kalo besok kamu sudah boleh pulang kita akan melihat rumahnya,kalo kamu gak suka kita cari yang lain"jelas Panji     

"Apapun pilihan Mas Panji, Algis pasti suka,yang penting nyaman untuk kita tinggal mas"     

"Untuk kita dan anak kita" Panji merapatkan pelukannya.     

Tidak lama kemudian pintu ruangan terbuka,masuk tinga orang,Nio dan kedua orang tua Panji.     

"Panji.. Astaga..anak ini,Mama udah pernah ingatkan kamu kan tahan libido mu itu, Algis lagi sakit kamu masih seperti ini.Ini akibat kamu minta jatah tiap malam kan Algis jadi sakit" Bu Rina menghampiri Panji lalu memukul berkali kali tubuh Panji.     

"Turun kamu,kalo ada apa-apa sama Algis Mama coret kamu dari kartu keluarga"     

Panji mengangkat satu kakinya untuk menghindari pukulan Bu Rina.     

"Ma...ini gak ada hubungannya sama olah raga ranjang yang kami lakukan tiap malam"     

"Gak ada gimana??turun kamu" perintah Bu Rina.     

Terpaksa Panji turun dari atas ranjang.     

"Gimana Gis,masih sakit perutnya??"     

"Udah gak Ma"     

"Kamu bikin Mama khawatir,kayaknya kamu cuti dulu kuliahnya,apa mungkin kamu kelelahan"     

"Gak Ma,kata dokter Aldi hal ini bisa aja sering terjadi"     

"Tapi kandungan kamu baik-baik aja kan"     

Algis menganggukkan kepala.     

Bu Rina menarik nafas lega.     

xxxx     

"Siapa yang melakukan ini?? apa bajingan brengsek itu?!"     

"Bawa aku kemar mandi" minta Sandra dengan suara lemah.     

"Lapor kan ini ke polisi Sandra,ini pemerkosaan,bagaimana bajingan itu melakukannya sampai kamu kayak gini"     

"Jangan....aku mencintainya"     

"Persetan Dengan cinta San!!! kamu bodoh atau gimana??!! ini bukan cinta ini bodoh!! berhenti mengejarnya kamu hanya akan terluka"     

"Bawa aku ke kamar mandi" minta Sandra lagi.     

Orang itu langsung mengangkat tubuh Sandra ke kamar mandi lalu membantu Sandra membersihkan tubuhnya.     

"Apa yang kamu lakukan, kenapa dia memperlakukan mu seperti ini"     

Sandra tersenyum miring.     

"Aku hanya mengajak istri laki-lakinya itu mampir kesini,aku bahkan tidak melakukan hal yang buruk pada pemuda itu"     

"Berhentilah mengganggunya Sandra lanjutkan saja hidup mu, aku kasihan melihat mu menghabiskan waktu hanya untuk mengejar Bajingan itu" orang itu mengangkat tubuh telanjang Sandra dari bathtub lalu membaringkannya diatas tempat tidur.     

"Terimakasih.."     

"Berjanjiilah setelah ini berhentilah.."     

"Apa kamu tidak mau membantu ku lagi"     

"Kapan aku tidak membantu mu,aku bahkan mengikuti istri bajingan itu kemanapun sperti seorang penguntit"     

"Kamu memang penguntit kan"     

"Itu karena mu"     

"Terimakasih sudah membantu ku,kamu memang teman terbaik ku" kata Sandra tulus.     

Orang di depan Sandra itu mendesah pelan.Ia lalu mengambil kan pakaian untuk Sandra lalu membantu gadis itu untuk berpakaian.     

"Istirahatlah..aku akan mencarikan obat untuk mu"     

"Iyaa.." jawab Sandra.     

Lalu kemudian teman Sandra itu keluar dari kamar Sandra.Pergi keluar apartemen mencarikan obat untuk Sandra.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.