My wife is a boy

Kecewa dan terluka



Kecewa dan terluka

0"Mau sarapan sekarang yang?"tanya Radit,pria itu terlihat sibuk menyiapkan menu sarapan di meja makan.     
0

Bastian tak menyahut,pemuda berambut sebahu itu melirik kearah meja makan yang menyatu dengan dapur.Ada vanya duduk tenang sambil makan roti panggang isi telor ceplok.     

Gadis itu diam membisu,mulutnya sibuk mengunyah roti panggang di tangannya,ia bahkan tak menyapa Bastian.Vanya terlihat lebih segar,rambutnya tergerai panjang dan sedikit masih basah,wajahnya tetap cantik meski tanpa riasan.Hati bastian terasa seperti di cubit saat melihat apa yang gadis itu kenakan,vanya memakai baju kemeja milik Radit yang terlihat kebesaran di tubuhnya.     

"Yang.." panggil Radit pelan.     

"Gue mau mandi" kata Bastian datar.     

"Tapi yang..."     

Bastian menghentikan langkahnya,menunggu kalimat Radit selanjutnya.     

"Kamarnya masih berantakan banget,gue belum sempat beresin,Vanya juga baru bangun"     

Hati Bastian kembali seperti diremas remas,apakah Radit sedang memintanya untuk membereskan kamarnya.     

"Brantakan yang seperti apa?apa semalam ada pertempuran sengit"ketus Bastian penuh dengan nada sindiran.     

Baru saja Radit akan membuka mulut untuk bicara,namun...     

"Dit...."     

"Iya van..."     

"Aku mau jus"     

Radit melirik arlojinya sekilas.     

"Iya tunggu.."lalu kemudian Radit melangkah mundur ke dapur untuk membuatkan jus seperti yang vanya minta.     

Bastian menatap miris kearah Radit,pria itu bahkan rela terlambat bekerja hanya untuk melayani Vanya.Padahal biasanya Radit adalah orang yang tepat waktu dalam bekerja.     

Bastian melangkah pergi meninggalkan dapur lalu masuk kedalam kamar. Hari ini dia tidak mungkin kerja,sudah sangat terlambat.Nanti dia akan menghubungi manager restoran dan meminta maaf tidak masuk kerja tanpa izin.     

Ketika masuk kedalam kamar Bastian berdiri terpaku didepan pintu.Kamar memang brantakan,seprai menyingkap dari tempatnya,selimut jatuh menjuntai di lantai,dan bahkan pakain Vanya masih berserakan di lantai.     

Sakit rasanya hati Bastian melihat pemandangan itu,jantungnya terasa remuk.Perlahan Bastian mulai memunguti pakaian yang tergeletak di lantai serta merapihkan ranjang tempat tidur.Tak lama kemudian kamar kembali rapi. Setelah itu barulah Bastian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.     

xxx     

"Van..aku harus kerja,ini aku udah telat, hari ini kamu di sini aja jangan kemana mana,ada Bastian kamu bisa ngobrol sama dia"     

"Aku gak mau kamu pergi, aku mau kamu temenin aku"rengek Vanya, gadis itu mulai menangis.     

Radit mendekati Vanya lalu membelai rambut Vanya yang belum sempat di sisir.     

"Aku bakal cepat pulang Van..kamu tunggu aja di sini oke"     

Vanya melingkarkan kedua lengannya pada pinggang Radit. Lalu menyandarkan kepalanya pada bagian perut Radit.     

"Apa kamu gak bisa cuti untuk hari ini"     

"Gak bisa Van..aku harus kerja, aku sore udah pulang.Jadi baik-baik di sini oke"     

Radit mengusap usap punggung Vanya.     

Dan Adegan yang mirip dalam drama Korea itu di lihat oleh Bastian. Pemuda itu menatap terluka kearah Radit. Di saat yang sama Radit menoleh kearah dimana Bastian berdiri Kedua mata mereka saling menatap satu sama lain.     

Radit melepas pelukan Vanya pada pinggangnya.     

"Aku kerja dulu.." pamit Radit.Kali ini Vanya menurut,ia melepaskan pelukannya pada tubuh Radit dan tak merengek lagi.     

Radit berjalan mendekati Bastian yang masih berdiri termangu diam di tempat yang sama.     

"Lo gak kemana mana kan, gue titip Vanya,dia lagi gak baik-baik aja"     

"Dan Lo pikir gue baik-baik aja"     

"Yang.. please ngertiin gue kali ini,gue bakal jelasin nanti"     

Bastian tersenyum miring.Menandakan isi hatinya sedang campur aduk.     

"Gue kerja dulu ya.."     

Bastian reflek menjauhkan wajahnya ketika Radit ingin mendaratkan sebuah kecupan di bibirnya.     

Radit tak memaksa.Pria itu kemudian meninggalkan Bastian dan Vanya untuk pergi bekerja.     

Tinggallah Bastian dan Vanya didalam apartemen.     

Bastian melangkah ke arah meja makan lalu bergabung duduk di sana bersama Vanya.Bastian diam.pemuda itu langsung duduk di kursinya lalu meminum susu dan roti panggang yang di siapkan oleh Radit untuknya.     

"Apa Lo keberatan kalo gue tinggal di sini?" tanya Vanya tiba-tiba memecah kesunyian.     

"Ini bukan apartemen gue,terserah Radit mau bawa siapa aja tinggal di sini" jawab Bastian datar tanpa melihat kearah Vanya.     

"Bas....sorry,kayaknya gue gak bisa lepasin Radit buat Lo,gue pikir bakal mudah.Ternyata gak,gue butuh Radit ada di sisi gue"     

Tenggorokan Bastian terasa tercekat.     

Dengan susah payah ia berusaha menelan roti yang terlanjur ada dalam mulutnya.     

"Radit bukan barang Van,dia manusia yang punya hati,terserah dia,kalo dia nyaman dan bahagia sama Lo,artinya dia gak butuh gue"     

"Lo punya keluarga,Lo punya sahabat yang selalu ada buat Lo, jadi gue mohon Bas biarin Radit sama gue,biarin dia jadi mi- milik gue" Vanya terbata di ujung kalimatnya. Wajah gadis itu berubah sedih dan memelas.     

"Bukan gue yang tentuin,itu semua tergantung pilihan Radit"     

Suasana kembali hening.     

Selesai sarapan Vanya beranjak dari ruang makan,lalu pergi masuk mengurung diri dikamar.     

Sedangkan Bastian,pemuda tinggi itu walau hatinya kesal,sakit seperti tercabik namun dia tetap menuruti pesan Radit. Bastian berdiam diri di apartemen, Entah kenapa dia mendengarkan pesan Radit untuk menjaga Vanya selama pria itu pergi bekerja.     

Ia menghabiskan waktunya untuk melukis di balkon apartemen,Saat jam makan siang tiba,Bastian memesan makanan,lalu memanggil Vanya untuk makan siang. Selesai makan siang Gadis itu kembali mengurung diri didalam kamar. Entah apa sebenarnya yang terjadi pada gadis itu.     

Terlepas dari kedekatannya dengan Radit,yang Bastian tahu Vanya adalah gadis yang cantik dan cerdas,ayahnya adalah rektor di kampusnya,ia adalah mahasiswi yang berprestasi.Jika di lihat dari luar Vanya tak punya kekurangan apapun.     

Namun Vanya sekarang terlihat terpuruk,dan apakah orangtuanya tidak mencarinya jika dia tinggal bermalam di apartemen seorang laki-laki.Bastian hanya bisa bermonolog sendiri dalam hatinya.     

Klinngggg....     

Sebuah pesan masuk ke ponsel Bastian.     

Bastia merogoh ponselnya dan melihat siapa yang mengirim pesanan untuknya.     

"Baby..mau makan apa malam ini"     

Selesai membaca itu,Bastian kembali memasukan ponselnya kedalam saku celananya tanpa ada niatan untuk membalas pesan Radit.Disaat seperti ini bisa-bisanya Radit berlagak seperti biasanya. Tidakkah dia tahu jika dia melukai perasaan Bastian.     

Pergi meninggalkan Bastian seorang diri di apartemen,berjanji akan segera kembali,tapi ternyata ia baru kembali saat tengah malam dan itupun dengan membawa seorang gadis yang sedang mabuk.     

Dan tidak hanya itu,Radit membawa gadis itu masuk ke kamar mereka semalaman tanpa keluar lagi,dari pada bertanya ingin makan apa bukan kah lebih baik Radit menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi dengan Vanya.Kenapa dia harus mengurus gadis itu seperti anak bayinya     

xxx     

Radit pulang kerja lebih awal,ia pulang dengan membawa banyak barang bawaan di kedua tangannya.     

Mendengar suara kedatangan Radit, Vanya yang mengurung diri di kamar tiba-tiba keluar dari kamar,gadis itu lalu berhambur memeluk tubuh Radit,seakan mereka baru bertemu setelah sekian tahun tidak bertemu, pemandangan itu tak luput dari pandangan mata Bastian. Pemuda itu hanya diam pura-pura tak melihat. ia kembali melanjutkan melukisnya.     

"Ini aku belikan kamu beberapa pakain,kamu gak perlu pakek kemeja ku lagi,mandi lah, aku akan buatkan makan malam untuk mu"     

Vanya tersenyum bahagia.Gadis itu mencium pipi Radit lalu bergegas kembali ke kamar setelah mengucapkan terimakasih.     

Bastian tetap fokus pada lukisannya,awalnya dia melukis pemandangan indahnya langit yang biru namun mendadak Bastian menorehkan warna warna gelap pada lukisannya,seperti hatinya saat ini yang sedang mendung gelap menahan Guntur yang kapan saja siap menggelegar     

"Kenapa Lo gak balas pesan gue yang.."entah sejak kapan Radit berdiri di belakang Bastian.Ia membungkukkan badan untuk memeluk tubuh Bastian dari belakang.     

Bastian tak menyahut.     

"Gue tau Lo marah,gue bakal jelasin nanti yang"     

Bastian masih diam tak bergeming. Untuk apa bertele-tele,kenapa harus nanti-nanti hanya untuk memberinya penjelasan.Kata Bastian dalam hati.     

Radit mengecup pipi Bastian lalu mengusak lembut pucuk kepala Bastain.     

"Gue bikin makan malam dulu ya"     

Kemudian Radit,melangkah ke dapur menyiapkan makan malam untuk mereka bertiga.     

xxxx     

Seperti malam sebelumnya Vanya tidur di kamar Radit sedangkan Bastian tidur di sofa,ternyata tidur di sofa itu tak nyaman membuat badan jadi sakit semua dan kedinginan.Namun bukan itu yang menyiksa hati Bastian.Hati Bastian kembali tercabik ketika Radit masuk ke kamarnya bersama Vanya seperti semalam.Tak ada tanda tanda bahwa Radit akan keluar dari kamar itu.     

"Dasar brengsek!!!" umpat Bastian.     

Sudah cukup dia menjadi seperti orang bodoh di apartemen ini.Untuk apa dia tidur di sofa ini. Sangat menyedihkan memandangi pintu kamar berharap seseorang keluar dari sana dan menghampirinya untuk duduk bicara dengannya.     

Satu jam,dua jam ,tiga jam hingga hampir empat jam.Baiklah kesabaran Bastian sudah cukup sampai batasnya.     

Bastian meraih ponsel dan kontak motornya di atas meja,ia bangkit berdiri lalu berjalan kearah pintu. Lebih baik dia pergi dari apartemen ini dari pada menjadi saksi hidup dua orang yang sedang di kamar itu.     

"Baby.. mau kemana?" Radit keluar dari kamar lalu berjalan cepat mendekati Bastian.     

Bastian mengurungkan niatnya untuk membuka pintu apartemen.     

"Apa peduli Lo,gue mau pergi dari pada gue jadi kayak orang bodoh disini"     

"Sayang.. malam-malam begini lo mau kemana? Lo gak boleh pergi kemana mana" Radit meraih pergelangan tangan Bastian,namun pemuda itu menepisnya.     

"Buat apa gue di sini?? buat liat betapa sibuknya Lo ngasuh Vanya"     

"Dengerin gue yang..gue bakal jelasin ini"     

"Kenapa gak Lo jelasin sekarang? ada apa sebenarnya,kenapa Vanya ada di sini, sebenernya ada hubungan apa antara Lo dan dia,apa kalian menjalin hubungan lagi??" tanya Bastian bertubi-tubi meluapkan segala sesuatu yang mengganjal di hatinya sejak malam kemarin.     

"Vanya lagi down yang...dia butuh gue,dan gue gak bisa biarin dia gitu aja"     

"Masalah apa yang dia hadapi sampai dia butuh Lo buat ngasuh dia seperti bayi,dan apa dia harus tinggal di sini?apa tiap malam Lo harus temani dia tidur,nina bobok'in dia gitu kah???" kali ini Bastian gak bisa menahannya,semua yang mengganjal di hatinya ia luapkan.     

Bibir Radit terkatup rapat.     

"Kenapa Lo hanya diam,gak bisa jawab,gak menyangkal artinya itu benar kan,dua kali Lo ninggalin gue sendirian dan elo ternyata lagi sama dia,dan gue heran kenapa kalo sama dia nomer Lo gak bisa di hubungi,kenapa??!!"     

Radit masih terdiam tidak menyahut sama sekali. Membuat Bastian geram,tidak bisakah Radit berusaha menyangkal menjelaskan semua yang ia katakan itu tidak benar. Kenapa Radit hanya diam membisu.     

"Dan sekarang Lo diam aja kayak orang bisu,gue tanya sama elo Dit, sebenarnya kita ini apa??? siapa gue buat elo??" kata Bastian dengan suara bergetar, sangat ketara ia sedang menahan tangis.     

Radit tak segera menjawab. Membuat Bastian semakin menatapnya dengan tatapan penuh rasa kecewa dan terluka.     

"Jawab gue,kita ini apa?? siapa gue buat elo?"     

"Pertanyaan yang sama,siapa gue buat elo??" alih alih menjawab pertanyaan Bastian,Radit justru mengajukan pertanyaan yang sama pada Bastian.     

Bastian tertawa miris mendengarnya.     

"Apa???? Lo tanya gue,siapa Lo buat gue??Lo sinting ya???!!!!!!! hampir tiap malam gue mendesah di bawah Lo dan sekarang Lo tanya siapa Lo buat gue!!!!"     

Bastian menatap Radit nanar,kedua matanya menyiratkan kemarahan.     

"Kalo elo gak ada di sini" Bastian memukul dadanya sendiri dengan kepalan tangannya. "Gue gak bakal Sudi rendahin harga diri gue buat Lo bangsat!!!!"     

"Duarrr!!!!!" Bastian memukul pintu apartemen dengan kepalan tangannya.     

"Brakkkkkk" suara pintu di tutup dengan keras.Bastian pergi meninggalkan Radit.Dengan hati yang hancur.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.