My wife is a boy

Introgasi



Introgasi

1Panji memarkirkan mobilnya dengan cepat didepan halaman rumahnya,ia langsung membuka pintu mobil dan langsung keluar dari mobilnya.     

"Brakk..." suara mobil ditutup dengan keras.     

Kaki panjangnya melangkah cepat masuk ke dalam rumah.Matanya yang tajam langsung mengedar kesekeliling mencari sosok saudara sepupunya.     

"Nio!!!" panggil Panji dengan suara berteriak ketika ia melihat sepupunya itu bergegas meninggalkan ruang tengah kala melihat dirinya datang dari arah luar dengan wajah merah padam.     

"Mau kemana Lo?!"tanya Panji dengan tatapan mata garang.     

"Hhehehe..ya mau ke kamar ku dong.." Nio meringis.Berlagak polos.     

"Gue udah bilang,gue tugasin Lo buat awasin Algis,kenapa Lo malah santai-santai di rumah ha??"     

Nio merengut tak suka.     

"Aku harus awasi dia gimana,awasi dia dari apa,kasih tugas gak jelas kamu bro.."     

Panji mengeram menahan marah.     

"Kemana Algis pergi Lo ikutin Lo awasin,dia ketemu dengan siapa dan di mana,Lo harus tau.Harus ikuti dan laporin ke gue saat itu juga"     

"Hah??? gak mau dong,Algis itu punya privasi buat apa aku ikuti dia seperti penguntit"     

Panji mengusap wajahnya kesal.     

"Ini demi kebaikan dia Nio.."     

Nio mengerutkan kening semakin tak mengerti apa maksud Panji dengan menyuruhnya untuk mengawasi Algis.Dan itu demi kebaikan Algis.     

"Kebaikan apa?? cinta mati boleh saja bro..tapi tidak begitu juga. Kalo kamu terlalu mengekangnya kamu hanya akan membuatnya merasa tertekan dan merasa di kurung"     

Panji menarik nafas dalam.     

"Lo ikuti aja apa kata gue, sekarang gue belum bisa jelasin apa-apa"kata Panji sambil berlalu dari hadapan Nio.     

Ia lalu kemudian berjalan menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya.Ia ingin segera menemui Algis. Dan pemuda manis itu baru saja keluar dari kamar mandi saat Panji membuka pintu,rambutnya masih basah,buliran air masih menetes dari wajah turun ke arah lehernya yang jenjang dan putih mulus.     

"Mas... kok udah pulang jam segini" heran Panji saat melihat Panji sudah ada di rumah, padahal belum waktunya Panji pulang.     

Panji melepas jas kerjanya,melempar jas itu asal keatas kasur. Tak hanya itu dalam hitungan detik Panji sudah melepas dasinya,dan membuka beberapa kancing atas bajunya. Ia lalu kemudian melangkah mendekati Algis.     

"Mas.... mau apa?" Algis reflek mundur beberapa langkah menghindari Panji yang mendekatinya.     

Panji tak langsung menjawab ia fokus berusaha mendapatkan tubuh ramping yang justru sekarang sedang naik ke atas kasur berusaha menjauh darinya.     

"Mas mau ngapain??" Algis seakan justru menggoda Panji dengan tingkahnya yang kesana kemari menghindari kejaran Panji.     

Panji jadi gemas,naluri pemburunya merasa terpancing. Dalam satu tarikan dia bisa meraih pinggang Algis lalu merengkuh tubuh ramping itu dan membawa tubuh itu berguling di atas tempat tidur.     

"Kena..kamu..nakal yaa..."     

Algis meronta,ia tertawa,berusaha melepaskan diri dari dekapan Panji. Namun pria itu lebih kuat darinya kedua lengannya merangkul pinggang Algis membuat pemuda manis itu tak berkutik.     

"Lepasin mas...." Algis memohon setelah lelah meronta.     

"Kamu nakal,ngapain menghindari aku"     

"Mas Panji juga aneh,datang-datang kaya mau terkam Algis"     

"Liat kamu kayak gini,gimana aku gak ingin terkam kamu"     

"Emang Algis kenapa?"     

"Gemesin.."     

Algis tertawa pelan, pemuda manis ini mengusap-usap punggung tangan Panji.     

"Mas Panji kok udah pulang, tumben?"     

Panji merapatkan dekapannya,ia menaikan satu kakinya pada tubuh Algis yang membelakangi dirinya.     

"Aku gak tenang kerja,aku mikirin kamu,aku jadi ingin cepat pulang" Panji menciumi tengkuk Algis,menikmati aroma wangi dari tubuh pemuda manis itu.     

"Kenapa Mas...kok gitu?"     

"Kamu hari ini dari mana?"     

Algis diam tak langsung menjawab.     

"Jawab Algis..kamu dari mana?" Tanya Panji lagi.     

"Gak dari mana-mana mas,kuliah terus pulang"     

"Algis....kamu gak pernah bohong,jawab jujur kamu dari mana??"     

"Algis gak bohong mas,Algis kan emang pergi kuliah aja hari ini"     

"Pulang kuliah kamu mampir kemana?"     

Algis kembali tak langsung menjawab.     

"Gis...." panggil Panji pelan,tanda meminta Algis untuk menjawab pertanyaannya.     

"Pulang kuliah Algis gak sengaja ketemu Sandra, terus Sandra minta diantar ke apartemennya,Algis mampir sebentar di apartemennya,cuma itu mas.."     

Panji memutar tubuh Algis supaya menghadap kearahnya.     

Mereka kini saling berhadapan.     

"Gis....bukannya aku seperti memata mataimu, aku hanya khawatir sama kamu Gis,aku gak mau terjadi sesuatu sama kamu,aku masih trauma waktu liat kamu diam gak bergerak" Panji memainkan helaian rambut Algis yang menutupi sebagian wajah manisnya.     

"Apa lagi hari ini kamu ketemu Sandra,aku gak suka kamu dekat-dekat dia"     

"Tapi kenapa mas? Algis tahu dia mantan Mas Panji, tapi Algis gak pernah permasalahan itu,Algis udah pernah bilang kan mas"     

"Dia bukan mantan ku Gis,kami gak pernah ada hubungan apa-apa,aku gak cinta dia"     

"Cinta gak cinta,mas pernah dekat sama dia,mas pernah di buat senang sama dia,mas gak boleh benci dia begitu mas.."     

Panji menghela nafas pelan.     

"Gak semua orang itu baik seperti yang kamu kira "     

"Jadi mas pikir Sandra itu orang jahat??"     

"Gak gitu Gis, kamu gak kenal Sandra itu gimana,aku takut dia nyakitin kamu"     

"Tapi kenapa dia mau nyakitin Algis"     

"Karena dia menginginkan calon suami mu yang tampan ini"     

Algis tersenyum geli mendengar kata-kata Panji.     

"Jangan takut mas,Algis gak akan biarin itu terjadi.Algis akan jagain mas Panji supaya gak di rebut orang lain.Algis gak selemah yang Mas Panji kira"     

"Benarkah???? gimana caranya kamu jagain aku??"     

Algis memegang dagunya seperti sedang memikirkan sesuatu.     

"Ehhhmmm....kayaknya Algis gak akan lakuin apa-apa"     

"Lho katanya mau jagain kok gak lakuin apa-apa,kalo calon suami mu ini di ambil orang gimana?"     

Algis menangkup wajah Panji dengan kedua tangan halusnya.Lalu mengecup bibir Panji.     

"Karena Algis percaya sama Mas Panji, mas gak akan pernah ninggalin Algis untuk orang lain"     

Mereka berdua saling menatap satu sama lain untuk sesaat.Panji mengusap lembut pipi Algis, lalu ia memajukan wajahnya untuk mengecup kedua mata bulat Algis,Mata bening yang selalu menatapnya dengan penuh cinta.     

"Mas Panji tahu dari mana Algis mampir apartemen Sandra?pak Tori cerita ya.."     

"Tidak..."     

"Terus ko mas Panji tahu?"     

"Tentu aja aku tahu,sekalipun aku di kantor ,atau di mana pun kamu tetap dalam pantauan ku"     

"Apa mas Panji sewa orang buat ngikutin Algis?"     

"Apa kamu merasa keberatan jika aku lakuin itu?" Panji balik bertanya.     

Algis terdiam sejenak. Pantas saja belakangan. ini dia merasa seperti ada orang yang mengikuti kemana pun ia pergi,ternyata orang suruhan Panji,gummamnya dalam hati.     

"Gis..."Panggil Panji pelan.     

"Kalo Algis keberatan apa mas Panji akan berhenti awasi Algis seperti itu"     

Panji Semakin mengeratkan pelukannya, menenggelamkan kepala kekasihnya pada dadanya yang bidang.     

"Aku takut Gis, jika memungkinkan aku ini ingin selalu ada di dekat mu tiap waktu,tapi itu gak mungkin,aku harus kerja cari nafkah untuk mu kan.." entah kenapa Panji memang takut jika Sandra akan mengganggu kekasihnya.     

"Mas Panji akan selalu di dekat Algis kemanapun Algis pergi"     

Panji merundukkan kepalanya agar bisa melihat wajah kekasihnya.     

"Karena mas Panji ada di sini" Algis menunjuk dadanya sendiri.     

"Mas Panji ada di hati Algis,jadi percayalah mas,gak akan terjadi hal buruk sama Algis, Algis ini udah dewasa bisa jaga diri,mas Panji jangan kepikiran takut Algis kenapa napa.Mas Panji harus jalani hari-hari mas Panji dengan tenang" jelas Algis panjang lebar,semoga saja pria kesayangannya itu mengerti dan bisa lebih percaya pada dirinya.Bahwa dirinya bisa menjaga diri sendiri.     

"Entah lah Gis rasanya sulit,biarkan aku menjaga mu dengan cara ku,aku harap kamu gak keberatan, karena dengan begitu aku bisa tenang"     

"Apapun mas..gak akan mengurangi rasa cinta Algis,Mas Panji yang terbaik,dengan sikap posesif ini"     

Algis mencubit pelan ujung hidup Panji yang mancung.     

Panji gemas,dalam hitungan detik,pria itu sudah mendaratkan bibirnya pada bibir mungil Algis.     

"Boleh aku minta jatah ku sore ini??" bisik Panji.     

"Sore-sore begini"Algis mengerutkan kening.     

0

"Memangnya ada peraturan yang mengatakan harus melakukan itu malam hari?"     

"Tapi kan ada Nio,ada Mama Papa di lantai bawah mas"     

"Emangnya kenapa apa suara desahan mu akan terdengar sampai lantai bawah.."     

"Mas...." Algis memukul pelan dada calon suaminya.     

Panji tertawa pelan menangkap kepalan tangan kecil Algis.     

"Kalo begitu setelah menikah kita beli rumah sendiri,biar nyaman melakukannya kapan saja yang kita mau"     

"Apa Mama akan menyetujuinya?"Algis tahu jika Bu Rina tidak akan pernah setuju Panji dan Algis meninggalkan rumah besar bak istana ini.     

"Kenapa tidak,kita punya kehidupan kita sendiri"     

"Iya Mas tapi tetap kita harus bicara sama Mama Papa dulu"     

"Artinya kamu setuju,jika kita tinggal di rumah kita sendiri jika sudah menikah?"     

"Kapan Algis gak pernah setuju jika mas Panji sudah memutuskan"     

Panji tersenyum gemas melihat kekasihnya,ia kembali mencium Algis,melumat lembut bibir ranum pemuda manis itu     

Tangan besarnya perlahan mulai melepas ikatan tali handuk kimono yang Algis kenakan.Panji menurunkan kain handuk pada bagian bahu Algis,mendaratkan bibirnya di tempat itu,menciumi bagian bahu Algis,yang halus dan putih. Bibirnya menelusuri setiap inci kulit putih itu,dari bagian bahu lalu perlahan bergerak ke leher dan turun mengecupi bagian dada menggit samar,membuat si pemilik tubuh mulai mengerang memberi sinyal bahwa tubuhnya merespon sentuhan itu dengan cepat.     

Panji membaringkan tubuhnya miring di sisi Algis dangan menggunakan tangan kirinya untuk menopang tubuhnya agar tak menindih tubuh ramping kekasihnya,selagi bibirnya sibuk mengecupi bagian dada Algis,tangan kanan Panji mulai meraba kebagian bawah, menyentuh bagain inti kekasih kesayangannya, mengelus bagian itu lembut membuat si empunya semakin menggeliat gelisah,mendongak, memejamkan mata menikmati sensasi memabukkan yang selalu bisa Panji berikan.     

"Brakkk....." seseorang membuka pintu kamar dari luar.Panji lupa mengunci pintu.     

Reflek Panji menghentikan pergerakannya.     

"Ohhh, sorry I don't know you guys are making love at this hour" Nio menutup kedua matanya dengan kelima jarinya. Tentu saja ia tak benar-benar menutup, Karena kelima jarinya merenggang sempurna.     

"Bisa gak Lo masuk kamar ketuk pintu dulu sialan!!"kata Panji dengan suara mengeram tertahan. Ia ingin berteriak kalo saja tak ada Algis di bawahnya.     

"Kenapa gak kamu kunci kamarnya" kata Nio membela diri.     

"Etika masuk kamar orang lain harus ketuk pintu,brengsek!"     

"Ahhh oke oke baiklah akan aku ingat itu,aku hanya ingin tanya,Algis.. hallo..Algis lihat sini" Nio seakan sengaja membuat saudara sepupunya itu marah dengan menggoda Algis yang menyembunyikan wajahnya pada tubuh Panji karena merasa malu.     

"Lo mau tanya apa??!!" sengit Panji.tanpa merubah posisinya. Algis menarik tubuh besarnya agar bisa menutupi tubuh ramping pemuda yang mungkin wajahnya sekarang ini merah seperti tomat karena malu. Dasar Nio brengsek.     

"Aku hanya ingin tanya pada Algis,di mana alamat rumah Maura?"     

"Apa Lo sinting, kenapa selalu mencari gadis itu di kamar gue ha???!!!! Lo bisa tanya dia langsung!"     

"Ahhhh iya iya kamu benar,maaf..maaf sudah mengganggu kalian bikin anak,baiklah aku tutup pintunya sekarang hehee" dengan tawa mengejek Nio kembali menutup pintu kamar Panji.     

Selepas kepergian Nio,Algis mendorong tubuh Panji menjauh darinya.     

"Gak percaya sih, jam segini mas minta begituan" Algis cemberut,merengut,kesal,campur malu.     

"Dasar si Nio aja yang kurang ajar,gak ketuk pintu dulu masuk kamar orang"     

"Mas Panji yang gak lihat waktu,kalo tadi itu Mama atau Papa gimana mas,Algis kan malu banget"     

Pemuda itu kemudian bangkit berdiri lalu merapihkan jubah handuknya.     

"Lhoo kok...." Panji bingung Algis kembali menutup jubah handuknya.     

"Gak kita lanjutin Gis..???" tanya Panji penuh harap.     

"Gak mau Mas,jam sore begini.."     

Algis melangkah kearah lemari baju lalu mengambil baju ganti dan mengenakannya.     

"Algis..."desah Panji frustasi.     

Saudara sepupunya itu memang sialan.Kebiasaan gak pernah mengetuk pintu. Dan sudah dua kali mengganggu acaranya kala sedang ingin bercinta.     

Panji harus beli rumah sendiri. Biar hanya tinggal berdua dengan Algis. Supaya dia bebas melakukan itu kapan saja dan di ruang mana saja. Tidak bisa seperti sekarang ini,yang hanya melakukan itu pada malam hari dan hanya selalu di kamar mereka.     

Ada kalanya Panji ingin melakukannya di sofa ruang tengah,dia kolam renang,atau di dapur seperti dalam film-film itu.     

bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.