My wife is a boy

Tidak pulang semalaman



Tidak pulang semalaman

0"Dew..gue duluan ya" Bastian berpamitan pada teman kerjanya Dewi.Gadis yang berusia lebih tua dua tahun dari Bastian itu memberi tanda oke pada Bastian,Ia sedang sibuk berbicara dengan beberapa teman kerja yang lainnya.     
0

"Eh Bas tunggu" cegah Dewi sebelum Bastian melangkah lebih jauh.Bastian menghentikan langkahnya,pemuda itu menunggu apa yang ingin rekan kerjanya itu katakan.     

"Besok kamu masuk pagi ya"kata Dewi memberi informasi perubahan jadwal kerja."pengumumannya udah di tempel kok barusan di dekat ruang ganti"lanjut Dewi.     

Tadi saat Bastian berganti baju belum ada pengumuman itu.     

"Oh oke deh,berarti gue besok kuliah ambil jam sore"     

"Ya gimana kamu ngatur jam kuliah mu,yang penting besok pagi kamu kerja.Jam enam pagi udah sampai sini ya karna kita jam tujuh pagi udah buka.Paham kan?"     

Bastian mengangguk mengerti.     

Bastian mendesah pelan,gila aja jam enam pagi sudah harus di tempat kerja.Biasanya meskipun dia ada kuliah pagi jam enam juga baru bangun.Ternyata kerja paruh waktu itu gak mudah sangat melelahkan.Bagaimana jika dosen mulai memberi banyak tugas,Bastian gak tau gimana dia akan membagi waktunya antara kerja dan kuliah.     

Dengan sambil memijat-mijat bahunya sendiri Bastian berjalan kearah parkiran,kali ini pemuda bertubuh tinggi itu tidak menunggu Radit untuk menjemputnya.Dia membawa motornya sendiri.Sekarang dia tidak perlu meminta Radit untuk antar jemput dirinya,dia bisa pergi kemana pun dia suka.     

Bastian menyalakan mesin motornya,lalu perlahan mulai meninggalkan area parkir tempatnya bekerja.     

Kurang lebih setengah jam perjalanan,Bastian sudah sampai di apartement milik Radit.Bastian merogoh kunci dari saku celananya lalu membuka pintu.Lampu belum menyala,artinya Radit belum pulang kerja.Tumben sekali.Biasanya di jam segini jika tidak menjemputnya pria itu sudah pulang,sudah ganteng menyambutnya dengan wajah ceria dan makan malam sudah ada siap di meja makan.     

Tapi kemana perginya Radit,kenapa jam segini dia belum juga pulang.Bastian melepas sepatunya lalu ia letakkan di atas rak sepatu dekat pintu.Namun tunggu dulu,Bastian mengambil sepatunya lagi,lalu meletakkan asal tepat di depan pintu masuk."Rasakan salahnya jam segini belum pulang"itu hukuman buat Radit,salahnya pulang telat dan tidak memberi tahu dirinya.     

Bastian masuk kedalam apartemen lalu menyalakan lampu di ruang tamu,ia kemudian berjalan kearah dapur,dan benar tidak ada makanan apapun di meja makan.Bagaimana mau ada makanan jika tukang masaknya saja belum pulang.Bastian membuka kulkas berharap ada sesuatu yang bisa ia makan,namun tidak ada, hanya ada minuman dingin dan beberapa bahan makanan yang masih mentah.Kalo masih mentah bagaimana Bastian mau makan,dia saja tidak bisa masak.Goreng telor pun dia tak becus.     

Akhirnya Bastian hanya memasak mie rebus untuk makan malamnya.Dia tidak tahu kapan Radit akan pulang,ponselnya saja tidak bisa di hubungi.Kalo dia menunggu Radit,takutnya dia akan mati kelaparan.Mau pesan makanan pun dia malas.Lidahnya sudah terbiasa makan masakan Radit jadi gak enak saja kalo bukan Radit yang masak.Dia sudah terlanjur terbiasa jika di apartement harus makan masakan pria itu.Tapi kalo di luar itu Bastian masih bisa kok habiskan dua piring nasi ayam geprek meskipun bukan Radit yang masak.Jangan salahkan Bastian dia juga tidak tahu dengan sistem kerja perutnya.     

Selesai makan mie instan Bastian tidak membereskan mangkoknya,semua ia biarkan tergeletak sembarang di dapur,"Bodo amat biarin dia yang beresin"begitu kata Bastian dalam hati.Sungguh istri yang jahat bukan.     

Malam makin larut,makan mie instan sudah,mandi sudah,nonton tv sudah.Tapi Radit belum juga pulang,ponselnya masih belum bisa di hubungi.Bastian mulai gelisah,Radit sebelumnya tidak pernah seperti ini,jika akan pulang telat Radit akan memberitahunya,minimal mengirimi pesan.     

Walau begitu bastian tidak bisa terjaga untuk menunggu Radit,dia sudah mulai ngantuk tubuhnya juga terasa lelah sekali.Apa lagi esok hari dia harus bangun pagi sekali.Pemuda itu memilih masuk ke kamar mulai istirahat dan tidur.     

Radit itu pria dewasa pasti bisa menjaga dirinya sendiri,tak apa dia tidak menunggu sampai dia pulang.Meskipun ada rasa tak enak dalam hati,karena Radit akan selalu menunggunya jam berapa pun ia pulang.Ahhh sudah lah Bastian lelah dia butuh istirahat kok.     

Kriiiiinggggggggg.....     

Suara dering jam weker mengejutkan Bastian.Dengan mata yang masih mengantuk,pemuda itu meraih jam wekernya lalu menekan tombol off.Perlahan ia membuka kedua matanya lalu melihat kesamping sisinya,tidak ada Radit,jadi dia belum pulang.Atau Radit tidur di sofa.Bastian beringsut turun dari tempat tidur lalu bergegas keluar kamar untuk memastikan apakah Radit tidur di sofa.     

Namun sayang di ruang tamu pun tidak ada,semua masih sama seperti semalam.Sepatunya tak berubah posisi masih berserakan di depan pintu,meja makan masih ada mangkok bekas semalam.Jadi Radit tidak pulang.     

Bastian kembali ke kamarnya untuk mengambil ponselnya lalu menghubungi nomer Radit.Dan masih sama nomer tidak bisa di hubungi.kali ini bastian menjadi sangat gelisah.     

Sedetik kemudian Bastian menghubungi sahabatnya si Algis,gak peduli ini jam lima pagi,kalo mengganggu Algis sebentar tak apa kan,dari pada dia kebingungan karena kehilangan Radit dari semalam.     

"Hallo Gis..."     

"Ehmmm iya Bas"terdengar suara serak Algis dari seberang telepon,benar Algis belum bangun.     

"Sorry jadi ganggu lo tidur,bisa tanyain ke suami lo gak Gis,kemana Radit.Dia tau gak?"     

"Mas Radit?emang kenapa Bas?"     

"Dia gak pulang semalaman Gis,ponselnya gak bisa di hubungi"     

"Ohhh bentar ya..."     

Kemudian terdengar samar-samar suara Algis berbicara pada panji diujung telepon.     

"Hallo Bass..Mas Panji juga gak tahu,seharian kemarin juga gak hubungi Mas Panji,tapi Bastian jangan kuatir,kata Mas Panji kadang Mas Radit gitu,kadang gak pulang semalaman"     

"Ya udah kalo gitu,sorry gue ganggu waktu tidur lo"     

"Gak apa-apa algis bisa ngerti kok"     

Lalu Bastian menutup sambungan telepon.     

Pemuda itu kemudian memutuskan untuk mandi dan bersiap berangkat kerja,sebelum berangkat kerja ia pastikan terlebih dahulu kamar rapi.Sebenarnya dia malas mau merapihkan kamar ingin dia biarkan saja supaya kalo Radit pulang bisa jadi tanda protes bahwa dia marah karena Radit tidak pulang semalaman.Namun ia urungkan niatnya itu,Bastian merapihkan tempat tidur,mencuci mangkok sisa bekas semalam.     

Ada rasa khawatir,kesal,marah juga ingin nangis kalo gak malu sama otot badan sendiri,gimana dia gak ingin nangis gak ketemu Radit seharian dan semalaman.Di tambah gak bisa di hubungi sama sekali,kalo pria itu di culik gimana,bisa aja kan.     

Akhirnya Bastian berangkat kerja dengan wajah lesu tak bersemangat dan tidak sarapan.Hanya makn satu lembar roti tawar saja.     

Sesampainya di tempat kerja Bastian langsung menuju ruang ganti untuk berganti seragam.Hatinya benar-benar gelisah,kepikiran dimana Radit sekarang apa dia baik-baik saja.     

Selesai berganti baju Bastian mulai mengerjakan tugasnya bersama karyawan lain yang mulai datang.Dengan yang lain Bastian menurunkan semua kursi dari atas meja,kembali di tata seperti biasanya.Karyawan yang lain membereskan bagian yang lain seperti membersihkan debu dan membersihkan kaca jendela dan pintu restoran.     

Tepat pukul tujuh pagi restoran sudah siap buka.Semua karyawan bersiap pada tugas masing-masing.Bekerja dua minggu di tempat ini cukup membuat Bastian mulai bisa menyesuaikan diri,dia sudah tak sering membuat kesalahan lagi,dan juga mulai mengerti tugas- tugasnya.     

Tak butuh waktu lama,dalam hitungan menit pengunjung restoran mulai berdatangan.Persis yang dewi ceritakan pada Bastian,restoran ini sangat ramai jika di pagi hari,itu kenapa pemilik restoran memilih tutup lebih awal dan buka lebih pagi,mungkin karena tempatnya yang strategis dekat dengan perkantoran,dekat dengan rumah sakit juga dekat kampus.Jadi meski bukan restoran yang besar dan mewah tapi pengunjungnya sangat ramai.Apa lagi di tambah harga menu makanannya yang sangat ramah buat kalangan karyawan biasa atau mahasiswa.     

Seiring dengan waktu berjalan Bastian mulai sibuk dengan pekerjaanya,perutnya mulai berbunyi minta di isi tapi dia belum ada waktu untuk makan pagi.Di tempatnya bekerja jika ingin makan harus gantian,tidak bisa bebarengan.     

Ketika kebelakang bastian menyempatkan diri untuk melihat ponselnya,berharap ada pesan atau panggilan masuk dari Radit.Tapi nihil. Tak ada pesan masuk dari pria itu.Hati Bastian makin gundah gelisah.     

Disaat dia sedang gelisah,sedang sibuk bekerja sambil menahan lapar.Bastian di beri pemandangan yang sangat mengejutkan dan membuat hatinya ngilu sangat ngilu.Disela sela kesibukannya,Bastian meliaht dua orang pengunjung restoran yang sangat di kenalnya.Radit dan Vanya.     

Ketika dia mengkhawatirkan pria itu ternyata pria itu sedang bersama dengan wanita lain,masuk ke sebuah restoran keluarga,apa mereka keluaraga baru kenapa datang ke restoran ini.Baiklah siapa saja bisa datang ke temat ini,tapi kenapa harus tempat ini dan kenapa harus mereka berdua.Semalaman Radit tidak pulang ponsel mati dan sekarang dia ada di tempat kerjanya bersama Vanya gadis yaang pernah menjadi kekasih Radit.Bagaimana hubungan mereka berdua pun Bastian belum tahu pasti.     

Bastian menatap mereka berdua dengan tatapan terluka dan kecewa.     

"Eh tunggu,ini makanan mau dibawa ke meja mana?"tanya Bastian pada teman kerjanya yang sedang membawa menu pesanan.     

"Itu ke meja no 9"jawabnya menunjuk dengan dagunya.     

"Sini biar gue yang antar kesana"     

"Tapi kenapa?"tanya teman kerja Bastian bingung.     

"Gak apa-apa,udah sana kerjain yang lain aja,ini biar gue yang anter kesana"     

Meskipun bingung tapi teman Bastian menurut dia memberikan menu makanan yang ia bawa pada Bastian.     

Bastian mengatur nafasnya terlebih dahulu,memastiakan murkanya tidak meledak saat ini juga.kalo pun jika ingin mengamuk tidak di sini tempatnya.Nanti ketika mereka berdua berada di apartemen,itupun kalo radit pulang.     

perlahanBastian mulai melangkahkan kaki membawa pesanan makanan ke meja Radit dan Vanya.     

"Selamat pagi bapak ibu ini pesananya"kata Bastian dengan nada menusuk.     

Radit menoleh kearah Bastian,dia sedikit terkejut melihat Bastian.Mungkin dia mengira kalo Bastian kerja sore,jadi aman baginya jika membawa Vanya ke tempat ini.     

Vanya tidak menoleh kearah Bastian,gadis itu memandang lurus kedepan.Tatapannya kosong dan matanya sembab seperti habis menangis semalaman.     

"Yang..."     

Bastian memberi tatapan membunuh kearah Radit.Yang..yang..yang beraninya Radit memanggilnya seperti itu. Kalo tidak mengingat mereka sedang di tempat umum bastian pasti sudah memberikan bogem mentah kearah wajah Radit.Kemana saja dia semalaman,apa dia menginap dengan Vanya di hotel,lihat saja Radit bahkan tidak berganti pakaian.Dia masih menggunakan pakain yang sama seperti kemarin.     

Setelah meletakkan pesanan Radit diatas meja Bastian memutar tubuhnya untuk segera pergi kembali kebelakang.NamunRadit meraih pergelangan tangannya.     

"Baby...gue bisa jelasin ini semua,tapi gak sekarang nanti di rumah oke"     

Bastian menepis tangan Radit dengan kasar.     

"Apa peduli gue?!"kata Bastian dengan nada suara menusuk hati."Urus aja gadis lo itu,gue gak peduli,lo pulang atau gak"     

Bastian lalu kemudian melangkah meninggalkan Radit dan Vanya.     

Di belakang,Bastian melampiaskan amarahnya dengan memukul tembok dinding hingga membuat tangannya terluka dan berdarah.     

Sekalipun sekarang marah dan ingin menghajar Radit tapi Bastian tetap berharap nanti ketika pulang kerja pria itu ada di rumah mereka.Entah sejak kapan apartement Radit menjadi rumahnya dan Radit.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.