My wife is a boy

Bau parfum wanita



Bau parfum wanita

0Seperti biasanya ketika Panji pulang kerja Algis selalu merapihkan barang milik calon suaminya itu yang diletakkan sembarang oleh pemiliknya.Seperti ponsel,dompet,tas kerja dan jas kerjanya. Kalo pulang kerja Panji langsung masuk kamar dan meletakkan barang pribadinya asal. Serta langsung melucuti pakaian kerjanya tanpa memasukan baju kotor ke dalam keranjang baju kotor.Sudah terbiasa pria itu akan meninggalkan pakaiannya berserakan di lantai.     
0

Jangan mengira Algis tidak menegur masalah kebiasaan Panji itu,sudah terlalu sering di tegur tapi pria kesayangannya itu tidak mau berubah.Kalo dulu sebelum ada Algis bisa saja Bi Inah yang akan membereskan karena Panji terbiasa pulang larut malam atau dini hari.Esok paginya dia langsung pergi ke kantor lagi.     

Namun sekarang kan tidak lagi,pria itu tidak sendiri lagi di kamar ini. Sekarang Ada Algis,dan pemuda manis itu tidak suka ada pakaian di lantai.Jadi Algis lah yang selalu memunguti pakain Panji yang sering tergeletak di lantai kamar.     

Seperti saat ini pemuda manis itu memunguti pakain kotor di lantai,Panji sedang mandi sambil bersenandung bahagia sepertinya.Algis memasukan kemeja dan celana kerja Panji ke dalam keranjang kotor di sudut ruang arah pintu kamar mandi.     

Lalu ia mengambil jas kerja Panji yang tergeletak di atas kasur.Algis mengambil hanger baju berniat untuk menggantung jas itu agar tidak kusut. Namun baru saja Algis menyentuh jas itu,hidung Algis mencium wangi parfum wanita seperti waktu itu.     

Mungkin saja Mas Panji nya itu mencoba tester parfum seperti waktu itu. Algis memang begitu pikirannya selalu positif. Namun kemudian Algis melihat ada sesuatu yang aneh pada bagian bahu jas itu. Bekas lipstik. Algis menyipitkan mata, meraba bekas lipstik itu.Namun lag, Algis berpikir positif,mungkin saja Panji saat di dalam lift berdesakan dengan banyak orang dan ada wanita yang menabraknya.     

Bau parfum wanita yang menempel pada jas Panji sebenarnya tidak begitu kuat hanya samar samar namun entah kenapa membuat perutnya mulai mual.Belakangan ini Algis sudah jarang mual sejak di beri vitamin dan obat penghilang mual oleh dokter.Tapi sekarang mulai lagi.     

Algis buru buru menggantung jas milik Panji itu lalu dia berlari ke kamar mandi,menerobos masuk, tidak peduli Panji sedang tanpa pakaian. Jelas saja pria itu sedang mandi.     

Panji sempat terkejut saat Algis tiba-tiba masuk ke dalam kamar mandi.     

"Hueeekkkk....hueekkk..."     

Pemuda manis itu memuntahkan semua isi dalam perutnya.     

"Gis....kamu gak apa-apa" khawatir Panji.     

Ia sudah sering melihat Algis seperti ini sejak pemuda manis itu di nyatakan hamil.Namun tetap saja pria itu merasa tak tega dan khawatir.     

Panji berdiri di samping Algis,dalam keadaan bugil dan penuh sabun pada tubuhnya.     

Rasa mual Algis mulai mereda saat ia mencium aroma wangi sabun mandi.     

"Mual lagi..." Panji memijit pelan bagian tengkuk Algis.     

"Mas mampir di stand parfum lagi ya, nyobain tester lagi"     

Panji bingung.     

"Emang kenapa?" tanya Panji sedikit tak mengerti.     

"Jas kerja mas Panji bau parfum wanita,dan baunya bikin Algis mual mas"     

Panji tertegun sesaat. Otaknya memproses kata-kata Algis.     

"Emmm..... i-iyaa aku mampir ke mall bentar" jawab Panji asal.     

Algis berkumur lalu membersihkan mulutnya dengan handuk kecil.     

"Mas ngapain masih berdiri di sini buruan mandi" kata Algis tanpa menoleh kearah Panji.     

"Kamu udah gak apa-apa"     

"Iya gak apa-apa" Algis buru-buru ingin cepat keluar dari dalam kamar mandi. tapi Panji menarik lengannya,membuat pemuda itu tertarik kearah tubuh Panji.     

"Mas.. lepasin"ronta Algis, berusaha melepaskan diri.     

"Lihat aku,jangan memalingkan muka kayak gitu Gis. "     

"Gak mau.. Algis mau keluar Mas,lepasin"     

"Kenapa kamu gak mau lihat aku,hemmm?"     

"Gak mau .."     

"Kenapa gak mau...bukannya udah sering liat aku telanjang"Panji berusaha membuat Algis menoleh kearahnya.     

"Mas..nanti Algis basah,Algis udah mandi Mas.."     

"Gak apa-apa mandi lagi"     

"Orang hamil gak boleh mandi jam segini mas.."     

Panji seketika menghentikan aksi paksaannya.     

"Kata siapa?"     

"Kata Mama...kalo Mama tahu mas Panji nanti di marah Mama lho.."     

"Kalian berdua memang sudah menjadi sekutu" Panji melepas rengkuhannya.     

"Buruan mandinya" ucap Algis lalu keluar dari kamar mandi.     

Ia lalu mencari Bi Inah utuk memberikan jas milik Panji supaya besok pagi bisa di bawa ke loundry.     

Dari pada perutnya mual lagi,dengan terpaksa Algis menutup hidungnya dengan tisu ketika membawa jas itu untuk ia berikan pada Bi Inah.     

Saat sedang mencari Bi Inah di lantai bawah Algis bertemu dengan Nio yang baru keluar dari kamarnya,sekarang Nio tidak bisa tidur di kamar atas tepat di depan kamar Panji karena kamar itu sudah menjadi kamar calon cucu keluarga Suryadi.Padahal itu adalah kamar favorit Nio.     

"Kenapa Algis?" tanya Nio ketika melihat Algis membawa jas kerja Panji sambil menutup hidungnya.     

"Ini mau Algis kasih ke Bi Inah,biar besok di bawa ke loundry. Bau parfumnya bikin mual"     

Nio merasa kasihan melihat Algis seperti menahan mual begitu.     

"Sini biar aku aja yang kasih ke Bi Inah"     

Nio mengambil alih jas itu dari tangan Algis.     

"Makasih ya Nio.."kata Algis tetap menutup hidungnya.     

Nio hanya mengulas senyum lalu melangkah meninggalkan Algis untuk mencari Bi Inah.     

Nio berhenti berjalan sejenak lalu mengendus sebentar jas di tangannya. Hanya ada bau saudara sepupunya,masa iya Algis mual karena bau parfum Panji.Dasar orang hamil gumam Nio dalam hati.     

Tapi tunggu sebentar,Nio menemukan sesuatu. Bekas lipstik.     

Pemuda itu kembali mengendus jas milik Panji,baru saat itulah Nio bisa mencium aroma parfum wanita meski hanya samar.     

"Gak pernah berubah masih saja suka main wanita. Kasihan Algis kalo begini" Nio berujar sendiri sambil melanjutkan langkahnya.     

Algis kembali ke kamarnya,dan Panji sudah selesai mandi pria itu sudah memakai celana pendek selutut namun belum mengenakan baju. Melihat itu Algis mendekati Panji lalu memeluk tubuh tegap itu dari belakang,menghirup aroma segar dan sangat menenangkan.     

"Kenapa rasanya enak banget kalo peluk Mas Panji"gumam Algis pelan sambil menyandarkan kepalanya pada punggung Panji yang kokoh.     

"Emang pernah meluk tubuh yang lain"     

"Pernah.."     

Panji memutar tubuhnya,mereka kini saling berhadapan.     

"Tubuh siapa pria atau wanita? kapan?"     

Algis tertawa kecil.     

"Meluk Bapak,ibu,kak Ajeng,Maura,Bastian dan banyak lagi"     

"Buang nama Bocah tengil itu dari daftar,jangan pernah memeluknya lagi" Panji menjadi kesal mendengar nama Bastian di sebut.     

"Jangan gitu dong mas...dia kan sahabat Algis,dia baik sama Algis. Dia juga sekarang dekat dengan mas Radit,mas Radit kan sahabat mas Panji. Jadi mas gak boleh bersikap jutek lagi sama Bastian"tutur Algis menasehati calon suaminya.     

"Dia itu menyebalkan,aku gak suka liat dia dekat-dekat kamu"     

"Gak usah risau masalah itu Mas, Algis sudah anggap dia seperti sodara Algis sendiri. Begitu juga dengan Bastian,buat dia Algis dan Maura seperti adiknya"     

"Adik dari mana kalian itu seumuran"     

"Tapi selama ini Bastian emang selalu melindungi kami berdua Mas.."     

"Aku bisa melindungi mu lebih dari dia"     

"Iya sekarang, dulu sebelum kita bertemu Bastian lah yang melindungi Algis kalo di ganggu mahasiswa lain di kampus"     

"Siapa yang membuli mu kenapa gak pernah cerita? apa sekarang mereka masih mengganggu mu?"     

"Gak membuli sih Mas..hanya godain aja"     

"Sama aja,apa mereka masih begitu"     

Algis menggeleng.     

"Kan ada Bastian dan Maura yang jagain Algis di kampus"     

Panji berdecak seakan tak puas dengan jawaban calon istrinya,salah...calon pasangan hidupnya. Algis tidak mau di sebut istri. Ingat itu.     

"Oh ya..Mas Panji jangan suka nyobain parfum aneh-aneh,mas kan udah punya banyak parfum kalo Algis gak suka baunya bisa mual"     

"Iya maaf lain kali gak lagi"     

Panji membelai surai hitam kekasihnya lalu mendaratkan sebuah kecupan ringan di keningnya.     

"Gis..."     

"Hmmm..."     

"Apa Sandra pernah temuin kamu lagi?"     

"Gak pernah lagi,hanya sekali itu,kalo ketemu,Algis pasti cerita sama Mas Panji kan"     

"Emangnya kenapa Mas?"tanya Algis heran.     

"Gak apa-apa,kamu jangan temuin dia ya,kalo dia ajak kamu ketemu tolak aja"     

"Tapi kenapa Mas?"     

"Aku gak suka dia,kamu harus kasih tau aku kalo dia dekatin kamu, paham?"     

Algis mengangguk mengerti.     

"Iya... lagian Algis selalu cerita sama Mas Panji kalo ada apa-apa.Mas juga harus gitu jangan diam aja kalo ada apa-apa ya Mas"     

"Kamu jangan khawatir soal itu"     

Panji mengusak pucuk kepala Algis gemas.     

Pria itu kemudaian mengambil kaus yang ia siap kan di atas kasur lalu memakainya.     

Kling....     

Suara pesan masuk dari ponsel Panji.     

"Bisa kita bicara di taman belakang" bunyi pesan dari Nio.     

Panji kemudian memasukan ponselnya ke dalam saku celana pendeknya.     

"Gis, aku kebelakang sebentar"pamit Panji.     

Algis yang sedang sibuk merapihkan bantal dan guling, mengangguk meng-iyakan.     

Di halaman belakang rumah Panji tersusun banyak tanaman bunga sama seperti halaman depan rumahnya. Bu Rina itu sangat suka bunga,makanya istana besarnya depan belakang di buat taman yang indah.     

di tengah-tengah taman ada gazebo modern dengan di isi meja dan sofa serta lampu lampu hias tersusun rapi di sekitar taman.     

Nio duduk menunggu Panji sambil memainkan ponselnya. Dia sedang berkirim pesan dengan seseorang.     

"Ada apa?" tanya Panji tanpa basa basi.Panji duduk menyilangkan kaki di depan Nio.     

Melihat sodaranya duduk di depannya,Nio meletakkan ponselnya diatas meja.     

"Aku tidak bermaksud ikut campur urusan pribadi mu bro..tapi jika berhubungan dengan Algis aku harus menegur mu"     

"Apa maksudnya,jangan berbelit-belit"     

"Hari ini kamu habis ketemu cewek mana?"     

"Cewek mana? siapa??" gak mungkin kan Nio tahu,soal Sandra.     

Nio mendesah pelan.     

"Algis itu hatinya terlalu baik dan dia percaya padamu, sekalipun dia tau pasti Algis tidak berpikir buruk tentang mu.Tapi aku tau kebiasaan mu,hari ini siapa yang kamu temui? kenapa jas mu bau parfum wanita dan juga ada noda lipstik di sana"     

Panji terkejut,namun berusaha tetap tenang.     

"Itu bukan urusan Lo"     

"Aku tau,aku sudah bilang kan aku tidak bermaksud ikut campur urusan mu. Aku hanya mengingatkan mu bro, berhentilah main-main"     

"Sejak mengenal Algis gue bahkan lupa bagaimana rasanya wanita"     

"Lalu apa itu tadi di jas mu bro..."     

"Gue gak perlu jelasin ke elo,yang jelas gue gak pernah hianati Algis"     

"Apa pun itu,aku cuma ingatkan kamu,sekecil apapun jujurlah pada Algis.karena rusaknya suatu hubungan bukan adanya orang ketiga tapi hilangnya kepercayaan.Jangan Sampai Algis hilang rasa percaya sama kamu " Nio terkadang selalu terlihat lebih dewasa.     

"Lo gak usah mikirin itu,itu urusan gue. tugas Lo di sini awasin Algis,jagain Algis sampai batas waktu yang belum gue pastiin. Dan ingat menjaga bukan tebar pesona depannya"dan Panji selalu terlihat orang yang suka memaksa dan memerintah.     

"Aku bukan babysitternya"     

"Gue gak peduli!"     

"Kamu gak bisa maksa,aku punya kehidupan sendiri mana bisa aku ngikutin kemampuan Algis pergi"     

"Awasi dari jauh tidak perlu selalu berada di sisinya"     

"Tetap saja aku bukan bodyguard"     

Panji tak peduli. Kalo sudah dia putuskan siapapun harus menuruti.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.