My wife is a boy

Liburan selesai



Liburan selesai

0Hari sudah pagi,sinar matahari mulai terik.Waktunya Algis dan yang lainya untuk berkemas dan meninggalkan pulau Banyu Biru. Namun ada hal yang membingungkan,sampai Algis dan yang lainya selesai sarapan dua orang yang di tunggu tidak juga menunjukan batang hidungnya. Nio dan Maura belum muncul.     
0

"Apa mereka belum bangun" tanya Algis pada siapapun yang berada satu meja dengannya.     

"Mungkin saja" jawab Panji santai.     

"Tapi ponsel Maura gak aktif"kata Algis lagi     

"Nio juga" Sahut Radit.     

"Mas... kita chek ke kamar mereka yuk" Algis cemas.     

"Mereka mungkin masih tidur Gis..."     

"Mereka tau kita mau pulang hari ini gak mungkin kan belum bangun,kita liat di kamar mereka mas..."     

Panji mendesah pelan.     

"Baiklah..." Panji bangkit berdiri,di ikuti Algis,Radit dan Bastian.     

Mereka bersama sama berjalan menuju kamar Maura dan Nio yang kebetulan berhadapan.     

"Ra...." panggil Algis sambil mengetuk pintu kamar Maura. Namun tak ada sahutan.     

"Kamarnya di kunci..."kata Algis cemas.     

Panji melangkah kearah pintu kamar Nio kemudian mengetuk pintu kamar sambil memanggil nama Nio.     

"Nio....Bangun Nio..."teriak Panji sambil mengetuk pintu. Namun tak juga ada sahutan.     

"Arsenio..."kali ini Panji memanggil lebih keras lagi.     

Tatap saja tak ada sahutan. Panji meraih kenop pintu,lalu memutar kenop pintu itu.     

"Glekk...." pintu tidak di kunci.     

Panji langsung saja mendorong pintu kamar hotel tempat Nio tidur. Ketika Panji membuka lebar pintu itu betapa terkejutnya semua orang yang berdiri di depan depan kamar. Mereka bisa melihat dua orang sedang tertidur pulas dengan posisi Maura memeluk Nio dan menggunakan lengan Nio sebagai bantal.     

Panji kemudian merogoh ponsel di sakunya celananya lalu melakukan panggilan telepon.     

"Yesss....my darling, keponakan Tante yang paling tampan sejagat" jawab seseorang di ujung telpon.     

"Tante Mela, bersiaplah Tante akan segera dapat cucu dari Nio" kata Panji, memberitahu tantenya,supaya bersiap diri mungkin saja sungguhan akan mendapat cucu kan.     

"Whattttttttt...!!!!!" Tante Mela terkejut di sebrang telepon.     

Panji tak ingin menjelaskan lebih,pria itu kemudaian memutus sambungan telepon secara sepihak.Panji menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.     

"Apa yang kalian lakukan.Cepat bangun!" kata Panji sedikit berteriak supaya bisa membangunkan dua orang itu.     

Dan benar keduanya memulai menggeliatkan badan.Perlahan Maura membuka matanya, kepalanya masih terasa pusing dan sakit. Gadis itu meringis merasa tubuhnya terasa sakit semua. Sayup sayup ia melihat beberapa orang kenapa berdiri di depan kamarnya,apa dia sedang bermimpi.     

Maura juga merasa ada yang aneh,kenapa seperti ada orang lain di tempat tidurnya,Maura mengalihkan pandangan nya ke sisi tubuhya. Dalam hitungan detik mata Maura terbelalak kaget ia lalu menjerit histeris.     

"Aaaaaaaaaa" teriak Maura mendengingkan telinga.Membuat Nio kaget dan terbangun dari tidurnya.     

"Apa yang Lo lakuin di sini ha??? kenapa Lo tidur di kamar gue,dasar mesum!!!.Beraninya Lo ambil kesempatan. Brengsek!!!"     

Tanpa ba-bi-bu Maura memukuli tubuh Nio.     

"Aawwww.....Awww.... kamu salah paham aku gak ngapa-ngapain kamu,dengar dulu Ra"Nio berusaha menjelaskan pada Maura tapi gadis itu tidak mau mendengar. Dia mulai menangis meraung.     

"Ra dengerin aku,...A-aku...." Nio tak melanjutkan kalimatnya,matanya tiba-tiba beralih kearah lain.     

Maura mengikuti kemana mata Nio memandang,dan sejurus kemudian Maura menaikan selimut tebal yang melekat di tubuhnya untuk lebih menutupi bagian atas tubuhnya.     

"Dasar mesum!!!!!"     

"Gak Ra kamu salah paham..."     

Maura kembali menangis meraung.Tapi tunggu dulu sebelum melanjutkan acara tangisnya gadis itu menyadari sesuatu.     

Perlahan Maura menoleh kearah pintu kamar,di sana berdiri empat pria dengan tatapan butuh penjelasan.Maura mati gaya bingung harus bagaimana.     

"Sebentar lagi pasti akan ada yang kena tonjok" selepas Panji mengatakan itu Bastian sudah melangkah kearah tempat tidur rupanya sedari tadi pemuda tinggi itu mengeratkan kepalan tangannya ,siap untuk menghampiri Nio dan menghajar pemuda.     

"Dasar cowok brengsek beraninya Lo berbuat cabul sama temen gue!!!!!"     

Bastian menarik tubuh Nio dan memberikan satu pukulan ke arah wajah Nio. Karena dalam posisi tidak siap Nio terjungkal kebelakang.     

"Yaaa Bas... jangan!!!!!!!!" teriak Maura     

Entah kenapa gadis itu justru bangkit berdiri dan berusaha menghentikan Bastian.Hingga Maura tak menyadari ketika dia bangkit berdiri selimut yang menutup tubuhnya luput dari genggaman tangannya.     

Akibat nya ia berdiri tanpa selimut menutupi bagian atas tubuhnya.     

"Ohhh shittttt" Panji reflek langsung menutup kedua mata Algis dengan telapak tangannya.     

"Baby Lo gak boleh liat ini" Radit menarik tubuh Bastian untuk ia peluk dan menghadap kearah belakang punggungnya.     

Nio bergegas memungut selimut yang tergeletak di lantai lalu melilitkan ke tubuh Maura.Pemuda itu mendekap tubuh Maura untuk menyembunyikan wajah Maura ke dalam dadanya.Ia tahu gadis itu pasti sangat malu.     

"Apa....apa...kalian liat apa, kenapa masih berdiri di depan pintu.Pergi..!!" usir Nio     

Mendadak dia jadi tegas.     

Mereka berempat ahirnya pergi dari kamar Nio tidak lupa menutup pintu.     

"Tenanglah mereka sudah pergi"     

Maura menjauhkan tubuhnya dari Nio.     

"Semua tidak seperti yang kamu pikirkan Ra,aku gak lakukan apapun sama kamu" jelas Nio.     

"Semalam aku kesulitan cari kunci kamar mu, makanya aku bawa kamu tidur di kamar ku, semalam kita memang mabuk tapi aku masih punya kesadaran,dan aku gak akan lakuin itu ke kamu Ra.."     

Meskipun Nio besar di Melbourne dia masih menjunjung tinggi nilai kesopanan,dia tidak akan melakukan hal seperti itu pada gadis yang bahkan sedang tidak sadarkan diri.     

Apa lagi gadis itu terus menyebut nama pria lain.     

Maura tertunduk,ia jadi merasa bersalah karena sudah salah paham dan memukuli Nio. Maura melirik kearah wajah Nio,ada luka lebam di sudut bibir pria di depannya itu.     

"Sakit??" tanya Maura sembari mengusap sudut bibir Nio.     

"Aku laki-laki,hal seperti ini sudah biasa"     

Maura menatap wajah Nio dengan rasa bersalah.     

"Sorry ya..."     

Nio tersenyum.     

"Gak apa-apa,kamu cepat buruan kembali ke kamar mu dan berkemas,mereka pasti sudah menunggu"     

Maura mendesah pelan. Bagaimana dia akan mejelaskan semuanya pada dua sahabatnya itu.     

xxxx     

Panji dan yang lainnya duduk di ruang tunggu dekat lobby hotel. Menunggu Maura dan Nio keluar dari kamarnya.Satu jam lagi mereka harus terbang kembali ke kota asal mereka.     

"Ternyata sepupu Lo itu sama brengseknya ya." kata Bastian sambil menatap tajam kearah Panji.     

"Apa maksud Lo, mereka sudah dewasa apa yang aneh kalo mereka tidur satu ranjang"     

Bastian berdecih.     

"Maura itu cewek kalo Lo lupa"     

"Emang kenapa kalo dia cewek?? mereka bisa bertanggung jawab jika terjadi sesuatu. Berhenti terlalu ikut campur urusan orang lain" ucap Panji dengan nada dingin mengintimidasi.     

"Lo terlalu gampangin masa depan orang lain" Dengus Bastian.     

"Dan Lo terlalu sibuk ngurus masa depan orang lain" sengit Panji.     

Keduanya tidak ada yang mau mengalah.     

"Mas Panji....sudah cukup mas..."Algis berusaha melerai dua orang pria yang sama-sama keras.     

"Baby..apa yang di bilang Panji ada benarnya,belum tentu semua salah Nio"     

"Terus maksud Lo semua salah Maura,gue sahabatnya,gue tau siapa Maura Lo pikir Maura cewek gampangan yang bisa tidur sama sembarang pria. Kalo semua ini terjadi sama Vanya apa Lo masih bisa santai?!"     

Radit terpaku diam sesaat.     

"Kenapa Lo jadi bawa-bawa Vanya,dan kenapa Lo kayak gak rela banget liat Maura dan Nio tidur satu kamar"     

Bastian tertawa tak percaya mendengar kata-kata Radit.     

"Apa Lo pikir gue cemburu gitu??"     

"Gue gak bilang gitu. Tapi kalo Lo ada perasaan begitu mana gue tau"     

"Sampai hati Lo ya,ada pikiran kayak gitu. Algis dan Maura adalah dua sahabat yang udah gue anggap kaya adik gue yang perlu gue jaga. Sama kayak sikap Lo ke Vanya"     

"Jangan bawa-bawa Vanya dia gak ada di sini,dan dia gak ada hubungannya sama semua ini"     

"Wow...see.....gue Bahkan gak boleh sebut nama dia"     

Radit membuang nafas dengan kasar.Dia tidak lagi menjawab kata-kata Bastian,pria itu memilih diam.     

Tidak lama setelah itu yang di tunggu akhirnya keluar juga,datang Nio dan Muara berjalan menuju lobby hotel sambil membawa koper mereka masing-masing.     

"Kita udah telat,harus segera ke bandara,gak apa apa kan kalian berdua tidak sarapan" ujar Algis memberitahu Nio dan Maura.     

"Its oke gak apa apa"jawab Nio di ikuti anggukan Maura. Gadis itu tidak berani mendongakkan kepalanya,dia hanya menunduk dan bersembunyi di balik punggung Nio.     

"Masukan barang kalian ke dalam mobil di depan"kata Panji bernada memerintah seraya menggandeng tangan Algis,berjalan keluar dari lobby hotel menuju dua mobil yang sudah di persiapkan pihak hotel sejak pagi tadi.     

Panji dan Algis berada dalam satu mobil. sedangkan Radit,Bastian,Nio dan Maura mereka berempat berada dalam satu mobil yang satunya lagi.     

Nio dan Maura berada di kursi bagian tengah, sedangkan Radit dan Bastian berada di kursi bagian paling belakang.     

Hampir setengah perjalanan tidak ada percakapan antara mereka berempat.Suasana mobil menjadi sangat sunyi.     

"Yang..." Radit mencoba meraih dan menggegam tangan Bastian, namun pemuda itu justru melepas genggaman tangan Radit. Bastian memalingkan wajahnya kearah jendela kaca mobil, pandangannya memperhatikan pemandangan di luar kaca mobil.     

Radit tak mau menyerah,dia tau Bastian sedang ngambek.Pria itu menggeser duduknya untuk mendekati Bastian.     

"Marah ya..." kata Radit dengan suara berbisik,Pria itu meletakkan kepalanya pada perpotongan leher Bastian.     

"Jangan marah baby...maaf ya..."     

Bastian masih diam tak bergeming. Ia berusaha menjauhkan tubuh Radit dari tubuhnya. Namun Radit bertahan terus menempeli dirinya.     

"Sayang....." rengek Radit berusaha membujuk Bastian untuk menoleh kearahnya.     

"Bisa diam gak sih Lo" kata Bastian dengan suara tertahan.     

Dia tidak ingin dua orang di depannya mendengar suaranya.     

"Jangan marah...." rengek Radit lagi. semakin merapatkan tubuhnya pada Bastian.     

Bahkan tangannya mulai menelusup ke dalam baju Bastian dan mengelus lembut perut pemuda itu. Membuat Bastian menjadi sedikit gelisah.     

"Keluarin tangan Lo,ngapai sih Lo" bisik Bastian,ia mulai tak nyaman dengan aksi tangan Radit.     

"Makanya Lo jangan marah lagi...." tak hanya di seputar perut Bastian,jemari Radit mulai bergerak keatas membelai dada Bastian dan mulai menyentuh Bagian kecil di sana,membuat pemuda berambut sebahu disisinya itu mulai gelisah tak nyaman.     

"Eeugghhh" tanpa sadar Bastian mendesah pelan.     

Radit tersenyum penuh kemenangan.     

"Berhenti brengsek,oke gue gak marah lagi!!" kata Bastian dengan suara sepelan mungkin di telinga Radit.     

Mudahnya membujuk Bastian pikir Radit. pemuda itu sangat mudah di goda. Dia tidak akan bisa menahan jika Radit sudah mulai menggodanya, menyentuh tubuhnya.     

Jika tidak sedang di dalam mobil bersama orang lain,mungkin Bastian sudah meminta Radit untuk melakukan lebih.     

Bersambung..     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.