My wife is a boy

Harus menikah



Harus menikah

0Bu Rina,wanita paruh baya itu berdiri di depan teras rumah besarnya,ia berjalan mondar mandir gelisah menunggu kedatangan Algis menantu kesayangannya.Hmm mantu laki-laki yang dua hari ini tidak di lihatnya. Bu Rina rindu Algis,rindu pada si menantu laki-laki yang sedang mengandung calon cucunya.Calon penerus keluarga Suryadi.     
0

"Nyonya..ini tehnya.." Nur datang membawa secangkir teh melati dengan nampan. lalu ia letakkan diatas meja teras.     

Bu Rina menoleh kearah Nur pelayannya.     

"Kamu sibuk gak Nur.." tanya Bu Rina sambil duduk pada kursi teras.     

"Gak terlalu Nya... kerjaan saya sebagain sudah beres"     

"Bagus kalo gitu. Kamu duduk sini aja temenin saya" perintah Bu Rina.     

Tanpa ragu Nur duduk di kursi teras bersebelahan dengan majikannya,ada meja bundar kecil sebagai jarak pemisah antara mereka.     

"Nyonya lagi nunggu Den Algis?"     

"Iya Nur..kok belum datang ya...udah setengah jam saya nunggu mereka" gelisah Bu Rina.     

"Sabar Nya... mungkin di jalan lagi macet"     

"Bisa jadi Nur,oh ya kamu udah bilang sama Bi Inah buat masak makanan kesukaan Algis kan"     

"Sudah Nya,kayaknya juga sudah hampir selesai masak Bi Inah"     

"Hmmm bagus kalo gitu" Bu Rina puas dengan jawaban Nur.Bu Rina itu sangat memperhatikan Algis, pemuda manis itu lebih di perhatikan di banding anaknya sendiri. Kalo Algis itu kan manis dan menurut berbeda dengan Panji anak semata wayangnya,suka membuat kesal Bu Rina jika di ajak bicara.     

"Eh..Nur,nanti kalo saya bikin garden party enaknya di taman depan apa belakang ya Nur"     

"Kalo menurut saya di taman halaman belakang aja Nyonya,kalo di depan sini pasti akan terganggu sama mobil tamu yang parkir di depan sini" jawab Nur memberikan saran.     

"Bener juga kata kamu ya Nur"     

Meskipun Nur hanya seorang pelayan sudah biasa baginya diajak ngobrol santai oleh majikannya,terutama Bu Rina.Bu Rina tidak risih atau merasa tidak selevel berbincang dengan pelayanannya.Wanita paruh baya itu sering berdiskusi tentang hal hal ringan dengan pelayanannya jika ada waktu luang.     

Disela-sela obrolan majikan dan pelayan itu,tak lama muncul mobil dari pintu gerbang masuk ke pelataran rumah besar keluarga Pak Suryadi.Itu adalah mobil yang di kendarai oleh pak Tori,untuk menjemput Panji,Algis dan Nio dari bandara.     

Bu Rina segera bangkit berdiri ketika melihat orang yang di tunggu-tunggu telah datang.     

Perlahan mobil berhenti tepat di depan teras.Dari dalam mobil keluar Panji dan Algis lalu di susul Nio.     

"Algis sayang....." Bu Rina menghampiri Algis dan memeluk tubuh ramping pemuda manis itu.     

"Gimana liburan mu,senang??"     

"Seneng banget Ma, Resortnya indah banget..."     

"Kamu baik-baik aja kan"     

"Algis baik-baik aja Ma.."     

"Ya sudah yuk masuk,kamu belum makan siang kan ,Bi Inah udah masak banyak makanan kesukaan mu" Bu Rina mengajak Algis untuk segera masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan dua orang pria di belakangnya yang bahkan tidak di liriknya sama sekali.     

"Bro... sebenernya yang anak kandung Tante Rina itu siapa,kamu atau Algis"     

Panji mendesah pelan.     

"Mereka berdua udah jadi sekutu,entar Lo juga tau" ujar Panji sambil melangkahkan kaki untuk masuk kedalam rumah.     

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian Algis Dan Panji turun ke lantai bawah menuju ruang makan,bergabung dengan Bu Rina dan Nio yang lebih dulu duduk dan mulai menyantap makan siang mereka.     

"Sorry ya kita makan duluan,kalian lama banget mandinya" ujar Nio sambil mengunyah makanan di mulutnya.     

"Gak apa-apa,yang penting lauknya jangan dihabisin" gurau Algis.     

"Hahha masih banyak kok tenang aja" jawab Nio sambil tertawa.     

Pemuda manis itu duduk tepat di samping Panji.Lalu mulai mengambil nasi dan lauk untuk dirinya sendiri.     

"Makan ini Algis.." Bu Rina mengambilkan sayur capcay serta udang goreng tepung ke dalam piring Algis.     

"Terimakasih Ma..."     

"Makan yang banyak" kata Bu Rina dengan senyuman terus mengembang di bibir wanita cantik itu.     

"Tante...kenapa hanya Algis,aku juga mau"     

"Ahhh kamu ambil sendiri aja.." sahut Bu Rina.     

"Tante pilih kasih.. kenapa hanya Algis yang diperhatikan"Nio pura-pura merajuk.     

"Algis sedang hamil Nio,Tante harus kasih perhatian ekstra apa lagi masalah makanan yang dia makan" jelas Bu Rina.     

"Apa aku harus hamil dulu kalo mau di perhatikan semua orang"     

"Gimana cara Maura hamilin lo??"celetuk Panji tanpa menoleh, tetap fokus menikmati makan siangnya.     

"Euummm... kenapa jadi bawa-bawa Maura" Nio kembali menyuapkan nasi kedalam mulutnya.     

"Siapa Maura??" tanya Bu Rina ingin tahu.     

"Calon menantu Tante Mela" sahut Panji cepat.     

"Heiiii.... Aku dan Maura tidak seperti yang kamu pikirkan"     

"Sudah menghabiskan malam bersama tapi tidak diakui,kasihan sekali Maura"     

"Kami satu ranjang tapi tidak melakukan apa-apa"     

"Siapa yang akan percaya?!"     

"Terserah, yang penting aku tidak menodai anak orang,aku bukan kamu bro.."     

"Memangnya gue kenapa??"Panji menatap tajam kearah Nio.     

Nio tidak menjawab pertanyaan Panji,ia melirik sekilas kearah Algis.Pemuda manis itu hanya tersenyum tipis     

"Kalian ini kalo ketemu selalu bertengkar" kata Bu Rina sambil menggelengkan kepalanya pelan.     

Algis meneguk segelas air putih didepannya ketika ia sudah menghabiskan makan siangnya.Mata Bu Rina menangkap ada sesautu yang berbeda di jari tangan Algis sebelah kiri,Bu Rina meraih tangan kiri Algis.     

"Ini kapan???" tanya Bu Rina dengan wajah sedikit terkejut.     

"Kok Mama gak tau" Bu Rina mengamati cincin yang melingkar di jari manis Algis.     

"Kemarin Ma..." jawab Algis dengan wajah tersipu malu.     

"Ji... Mama Papa harus ke rumah Algis donk buat melamar Algis secara resmi"     

"Uhuk...uhukkk...." Panji terbatuk-batuk karena tersedak makanan yang baru saja akan ia telan.     

"Apa harus begitu juga?" tanya Panji. Kali ini dia serius bertanya,kalo Algis seorang gadis dia tidak akan bertanya seperti itu karena pada umumnya sebelum menikah pihak laki-laki harus datang ke rumah pihak gadis untuk melamar secara resmi.     

"Ya harus dong,kamu kira Algis cowok apaan,dia juga butuh di hargai oleh pihak laki-laki" jawab Bu Rina dengan wajah serius.     

"Tapi Tante Algis kan juga laki-laki,apa perlu proses seperti pada umumnya,itu yang bro Panji tanyakan Tante..."     

"Dengerin ya kalian berdua Panji,Nio.Mau Algis laki-laki,mau dia perempuan kalo mau menikahi dia ya harus melamar dia dulu,datang kerumah orang tuanya"jelas Bu Rina.     

"Algis..kamu harus kasih tau orang tua kamu ya,besok lusa Mama Papa akan datang ke rumah kamu dan melamar kamu untuk jadi menantu Mama sayang.." senang Bu Rina. Dia sudah gak sabar ingin menjadikan Algis resmi menjadi menantunya.     

"Lu-lusa Ma....." ulang Algis dengan gugup.     

"Iya lusa, sekalian kita nanti bicarakan tanggal pernikahan kalian berdua"     

"Tanggal pernikahan???" ulang Algis lagi     

"Iya...kamu kenapa kok mukanya jadi tenggang gitu" Bu Rina menyadari perubahan wajah Algis.     

"Apa harus secepat itu ya Ma?" tanya Algis hati-hati.     

"Emang kenapa harus menunda lebih lama,apa kamu gak ingin sah jadi istri panji?"     

"Algis laki-laki Ma.."     

"Iya Mama tau,tapi kan kamu pihak istri Gis, buktinya kamu yang hamil ya kan"     

Algis tak bisa menjawab lagi,jika Panji yang berkata seperti itu bisa saja dia terus protes tidak terima.Tapi jika wanita yang melahirkan pria kesayangannya itu yang bicara bagaimana dia bisa protes.     

"Memangnya hal apa yang membuat kamu ingin menundanya Gis" kali ini bu Rina bertanya dengan wajah lebih serius lagi.     

"Tidak menunda Ma,Algis hanya...." pemuda manis itu tidak melanjutkan kata-katanya.Ia terdiam sejenak.     

Algis bingung harus bagaimana mengatakannya.Tentu saja dia ingin memiliki Panji secara sah seperti yang Bu Rina katakan,namun Algis ingin menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu agar dia merasa pantas dan tidak merasa kecil bersanding dengan Panji yang memiliki segudang prestasi dan kelebihan lainnya.     

Lebih dari itu Algis masih ragu,bukan ragu akan cintanya,atau ragu akan cinta Panji untuknya. Algis selama menjalin hubungan dengan Panji ia mengkhawatirkan kehidupan pria itu,serta keluarga besarnya. Algis takut karena dirinya Panji akan mengalami banyak kesulitan.Sekalipun Panji tidak pernah menutupi hubungan mereka di depan mata umum namun justru Algis lah yang tidak merasa nyaman akan hal itu.     

Bukan karena dia malu memiliki kekasih laki-laki,sama seperti dirinya.Pemuda manis itu justru berpikir layak kah dirinya sebagai pendamping Panji untuk selamanya.     

"Algis...."panggil Bu Rina dengan suara lembut. Membuyarkan lamunan Algis.     

"Apa yang membuat mu ragu?Mama dan Papa bangga memiliki menantu seperti mu Gis,kamu anak yang berhati baik.Jadi hilangkan semua keraguan dalam hati mu.Kamu pantas menjadi pendamping Panji,Mama gak pernah merasa Panji salah memilih mu" tutur Bu Rina dengan lemah lembut.Seakan wanita itu tahu kegelisahan Algis.     

Algis menganggukkan kepala mengerti,hatinya menjadi lega.Perlahan timbul rasa percaya diri dari dalam hatinya.     

"Jadi....Algis mau kan menikah sama anak Mama?"tanya Bu Rina dengan tatapan keibuannya.     

Algis mengangguk.     

Algis terenyuh mendengar kata-kata Bu Rina,kedua mata bulatnya mulai berkaca-kaca.Ada rasa bahagia bercampur haru menelusup ke dalam jantung hatinya. Bagaimana Algis tidak bahagia bercampur haru,seorang ibu meminta padanya untuk mau menikah dengan putra semata wayangnya,anak satu-satunya yang menjadi tumpuan harapannya.Sebuah pertanyaan yang seharusnya di ajukan pada seorang gadis justru di ajukan pada dirinya yang jelas-jelas laki-laki sama seperti Panji.     

Algis berkata dalam hatinya mungkin saatnya ia memantapkan pada dirinya sendiri bahwa dia pantas,dia layak menjadi pendamping Panji.Lagi pula dia bisa memberikan keturunan untuk Panji, bukankan kah hal itu juga sesuatu yang membanggakan,ketika bisa melahirkan anak dari benih orang yang kita cintai.     

"Jangan takut Gis,jika Bro Panji menyia-nyiakan hidup mu,masih ada aku yang menunggu mu.Jika tidak bahagia dengan dia datang lah padaku" kata Nio tiba-tiba dengan wajah serius.     

Algis menoleh kearah Nio dan lalu tersenyum pada pemuda itu.Menganggap apa yang Nio katakan hanya gurauan.     

"Apa Lo udah gila!!!!!" kata Panji dengan tatapan membunuhnya kearah Nio.     

"Aku bicara jika Algis tidak bahagia dengan mu"     

"Memangnya siapa yang akan menyengsarakan dia!!??"     

"Mungkin saja kan..."     

"Berhenti mengganggu milik orang lain. Dari pada lo menunggu Algis lebih baik siapkan diri jika Maura datang dengan membawa kabar dua garis biru"     

"Kenapa juga ada dua garis biru,aku tidak melakukan itu dengan Maura"elak Nio,dia tidak merasa melakukan apa-apa pada gadis itu. Untuk apa dia harus bersiap diri.     

Bu Rina Yang menyaksikan perdebatan itu mengerutkan keningnya.Wanita itu tidak mengerti dengan apa yang sedang di bicarakan Panji dan keponakannya.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.