My wife is a boy

Gagal bercinta



Gagal bercinta

0Panji dan Algis duduk saling berhadapan,mereka berdua menikmati makan malam romantis . Untung saja malam ini cuaca sangat mendukung,tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Langit malam justru terlihat begitu indah bertabur bintang.     
0

Semua telah di rencanakan oleh Panji jauh-jauh hari,satu minggu sebelum Panji berangkat liburan ke Resort Banyu Biru,Panji sudah memberi tahu pegawainya untuk mempersiapkan apa yang panji butuhkan,salah satunya membatasi para pengunjung wisatawan yang datang.     

Panji tidak mau jika liburannya bersama Algis terganggu oleh banyaknya pengunjung,untuk itu Panji memerintahkan pegawai bawahannya yang bertanggung jawab atas Hotel dan Resort Banyu Biru,untuk membatasi pengunjung resort selama Panji dan yang lainnya datang berlibur.     

"Kapan mas Panji nyiapin ini semua mas..."     

"Satu minggu sebelum kita datang kesini"     

"Seharian mas Panji ninggalin Algis di kamar hotel karena kejutan ini"     

Panji menganggukkan kepala.     

Algis melihat kesekeliling, teman-temannya sama seperti dirinya sedang duduk bersama menikmati makan malam mereka,dan juga ada beberapa belas orang juga berada di tempat itu.     

"Mereka semua wisatawan mas,kalo mereka nyebarin ini keluar gimana mas.." tanya Algis khawatir.     

"Berhentilah khawatir seperti itu Gis,mereka semua adalah karyawan ku yang sengaja aku minta untuk jadi saksi aku melamar mu,kalo pun mereka menyebarkan ini keluar memangnya kenapa,apa kamu malu aku lamar?"     

"Mas...gak gitu,Algis hanya takut reputasi mas Panji jadi jelek"     

"Percayalah pada kemampuan ku Gis,mitra bisnis ku hanya peduli pada kemampuan otak ku bukan pada kisah asmara ku" jelas Panji meyakinkan kekasihnya.     

Algis mendesah pasrah,gimana baiknya saja,kalo Panji merasa yakin seperti itu artinya Panji sudah memikirkan semuanya dengan matang.Siap akan segala resikonya.Jika hubungan mereka tercium oleh publik.Kalo hanya cacian,makian, kutukan dari orang-orang Algis bisa menahannya tapi jika akan berpengaruh pada pekerjaan Panji Algis tak akan rela.Sedikit banyak Algis mendengar cerita dari Bapaknya bagaimana susah payah kerja keras kedua orang tua Panji membangun kerajaan bisnisnya. Ia akan sangat merasa bersalah jika semua akan hancur karena Panji yang menjalin hubungan dengannya.     

"Apa yang kamu pikirkan Gis,makan yang banyak" Panji memberikan piring berisi udang lobster pada Algis yang sudah ia bersihkan kulitnya.     

"Tapi Algis pengen makan yang lain mas.."     

Panji menghentikan gerakan tangannya, sendok yang akan ia suapkan ke mulut Algis menggantung di udara,jantungnya tiba-tiba berdebar takut.     

"Pengen makan apa Gis.." Panji bertanya dengan nada ragu.     

"Algis pengen makan empek-empek mas,yang kuahnya asam pedes"     

"....."     

"Boleh ya....."rengek Algis dengan suara manjanya.     

"...."     

"Mas..."     

"Mas Panji...."Nada suara Algis mulai terdengar kesal.     

"Euhmmm,tunggu sebentar aku carikan"     

"Terimakasih ya Mas..."senang Algis.     

Panji berusaha tersenyum, meskipun dalam hati rasanya ingin menceburkan diri kelaut.Kenapa harus disaat seperti ini.Ketika mereka sedang makan malam romantis yang seharusnya makan beef steak atau sederet olahan seafood diatas meja.Kenapa harus ingin empek-empek.     

Panji melangkah mendekati satu meja, tempat Radit dan yang lainnya sedang menikmati hidangan makan malam mereka.     

"Ehhh...ada apa Mas?" Maura terheran ketika Panji datang menghampiri mereka dengan wajah di tekuk.     

"Nio..tolong ke restoran itu lalu pesan empek-empek,bilang gue yang minta"     

"Hah?????" keempat orang di depan Panji serentak bengong dengan mulut terbuka.     

"Tapi buat apa?" tanya Nio dengan wajah heran.     

"Gak usah banyak tanya,udah sana pesan. temui koki restoran bilang gue yang suruh"     

"Gak mau lah bro,kasih tau aku dulu,kenapa minta empek-empek"     

Panji mendelik kearah Nio.     

"Itu yang minta Algis,paham gak??"     

"Algis..." ulang mereka berempat serentak.     

Panji jadi kesal melihat ekspresi keempat orang didepannya.     

"Dia sering begitu minta sesuatu di waktu yang tidak tepat. Ngidam dia ngidam" jelas Panji ogah ogahan.     

"Tapi kenapa harus empek-empek,di sini mana ada menu itu bro"     

"Itu kenapa gue suruh lo buat temuin kokinya,bilang gue yang suruh kalo perlu bilang ke managernya"     

"Algis akan menangis sampai pagi kalo dia gak makan makanan itu" lanjut Panji memberitahu jika hal ini sangat penting dan mendesak.     

Nio berdecak kesal lalu bangkit berdiri.     

"Dia yang bikin anak aku yang susah" gerutu Nio sambil berlalu.     

"Gue denger Nio!!!" teriak Panji dengan wajah datarnya.     

"Kenapa kalian bertiga diam di sini,bantu Nio,bantu koki restoran, gue mau selesai dalam 30 menit"     

Radit,Bastian dan Maura saling pandang. mereka bingung.Kenapa jadi mereka yga kena getahnya.     

"Buruan bantu Nio" perintah Panji dengan wajah serius.     

"Ji...kita lagi makan" ucap Radit, di iringi anggukan Bastian dan Maura.     

"Kalian mau enak-enak makan di sini sementara gue dan Algis aja belum makan apa apa"     

"Sana bantu Nio buat dapetin makanan itu dalam 30 menit" Kali ini Panji berbicara sambil berkacak pinggang. Perlahan Maura bangkit berdiri untuk segera menyusul Nio tak lama Radit pun mengikuti Maura sambil menarik lengan Bastian.     

"Mentang-mentang dia yang punya tempat ini jadi seenaknya nyuruh kita" gerutu Bastian tak terima.     

"Namanya liburan geratis ya gini Bas" sahut Maura.     

"Ini gara gara Lo Ra,ide konyol Lo buat ikut liburan ke sini" oceh Bastian.     

"Terus aja Lo salahin gue kampret"umpat Maura sambil menyicing gaunnya agar dapat melangkah dengan cepat.     

Mereka berempat menyusul Nio masuk ke dapur restoran.Memberitahu pihak restoran untuk segera membuatkan empek-empek dalam waktu tiga puluh menit entah bagaimana pun caranya.     

xxxxx     

Setelah Mandi dan memakai piyama Panji menyusul Algis diatas tempat tidur,pemuda manis itu sedang senyum-senyum sendiri sambil memandangi jari manisnya.     

"Kamu suka??" bisik Panji sambil memeluk miring tubuh Algis yang ramping.     

"Suka Banget,kok Mas Panji tau ukuran jari manis Algis sih"     

"Semua tentang mu aku tau"     

"Gombal..."Algis memukul lengan Panji yang melingkar pada pinggangnya.     

"Ini indah banget Mas...apa Algis pantas menerima ini"     

"Kamu Bahkan pantas menerima lebih dari ini"     

Algis memutar tubuhnya,kini mereka saling berhadapan dengan posisi Panji tetap memeluk tubuh ramping Algis.     

"Apa kita berdua akan sungguh menikah Mas..."     

"Tentu saja,kenapa masih tanya,kita akan menikah kita akan hidup bahagia.." Panji mengecup ringan bibir mungil Algis.     

"Kita akan menghabiskan waktu bersama selamanya bersama anak kita" lanjut Panji sembari membelai surai hitam kesayangannya.     

"Apa Algis boleh tanya sesuatu?"     

"Kamu mau tanya apa?"     

"Apa yang membuat Mas Panji yakin memilih Algis buat jadi pendamping Mas Panji"     

Panji terdiam sejenak,ia menundukkan wajah nya untuk melihat wajah manis Algis di ceruk lehernya.     

"Karena aku mencintai apa yang ada di dalam sini.." Panji menunjuk dada Algis dengan telunjuknya.     

"Karena hati mu aku mencintai mu Gis, karena kamu memiliki hati yang selama ini aku cari.Apa pun yang terjadi aku ingin selalu bersama mu,aku gak akan biarin kamu lepas dari hidup ku"     

Algis mentap lekat kearah Panji,mata bulatnya memandang penuh cinta pada pria yang memeluknya.     

"Kalo nanti jadi jelek apa Mas Panji masih cinta??"     

"Kamu indah...mata siapa yang melihat mu jelek?"     

"Beberapa bulan lagi perut Algis akan mulai besar,melar, Algis akan terlihat jelek nanti Mas"     

"Siapa bilang,kamu akan tetap manis dan indah" Panji merapatkan rengkuhannya.     

"Perut Algis nanti jelek Mas,Algis udah liat-liat Artikel orang melahirkan"Algis lalu membuka kancing piyamanya lalu menunjukan bekas luka operasi di dadanya beberapa bulan yang lalu.     

"Ini bekas luka, nanti setelah melahirkan Algis akan punya luka sayatan lagi di perut,nanti Algis jelek,Mas Panji gak suka lagi"     

Panji terkekeh geli mendengar penuturan kekasihnya itu.     

"Sejak kapan kamu punya pikiran aneh seperti ini,hummm...??"     

"Algis banyak baca artikel yang mengatakan suami banyak yang berubah setelah istrinya melahirkan anak"     

Panji mengerutkan kening.     

"Jadi apa kamu mau bilang kamu ini istri ku"     

"Gak gitu Mas,Algis laki-laki"     

"Jadi apa maksudnya,kamu bilang suami banyak berubah setelah istri melahirkan,di sini siapa yang akan melahirkan?kamu kan,artinya kamu istri Gis.."     

"Gak mau.. Algis bukan perempuan Mas..." Protes Algis gak terima di sebut istri.     

Panji tertawa pelan melihat Algis memasang wajah cemberut karena di sebut istri olehnya.     

"Aku gak akan berubah percaya lah,meskipun kamu nanti tua keriput aku tetap cinta"     

Algis tersipu,pemuda manis itu menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher pria kesayanganya.Mengendus aroma maskulin dari tubuh Panji.     

"Jangan menciumi aku seperti itu,aku sudah menahan dari tadi untuk tidak menyerang mu"kata Panji saat ia merasakan Algis mulai mengecupi lehernya.     

"Algis..hentikan,apa kamu lagi kasih kode"     

Algis seperti tak mendengarkan kata-kata Panji,pemuda manis itu tak berhenti menggoda Panji, mengecupi leher pria itu,dan sesekali memberi gigitan kecil.Membuat Panji merasa terpancing untuk meladeni kejahilan Algis.     

"Apa kekasih ku ini sedang meminta jatahnya"     

"Apa boleh..." Bisik Algis di telinga Panji. Hembusan nafas Algis yang hangat menerpa bulu tengkuk Panji, membangkitkan hasrat dalam diri Panji.     

"Kamu mau??"     

Algis mengangguk malu-malu. Panji tersenyum senang, ini pertama kalinya Algis meminta jatahnya,selama ini selalu Panji yang memulai,selalu pria itu yang meminta.Ada apa dengan kekasihnya malam ini tidak biasanya Algis seagresif ini.     

Algis mulai membuka satu persatu kancing piyamanya lalu melepas baju itu dan melemparkannya ke lantai,di bawah sinar lampu tubuh pemuda manis itu terlihat berkilau, putih seputih susu,kulitnya halus, aroma wangi langsung menguar dari tubuh rampingnya.     

Setelah menanggalkan pakaiannya Algis mulai beralih membuka kancing baju Panji,piyama yang Panji kenakan berakhir di lantai.     

"Algis sayang banget sama Mas Panji.."Algis mentap lekat kearah Panji.     

"Aku menyayangimu mu lebih dari apapun"jawab Panji dengan suara lembut.     

Algis tersenyum bahagia lalu mendaratkan sebuah ciuman ke bibir Panji,pria itu menyambut bibir Algis, keduanya saling melumat satu sama lain.Mengigit samar,saling memagut,menghisap,bunyi khas berciuman bersahutan memenuhi ruang kamar yang sunyi.     

Lama-lama ciuman itu menjadi panas, dan liar.Algis mulai beralih menciumi leher Panji, menggigit kecil dan meninggalkan jejak kemerahan,biarkan saja meninggalkan tanda kemerahan,biarkan orang tau jika Panji itu miliknya.     

Namun di saat-saat mereka berdua sedang asik berciuman tiba tiba suara ketukan pintu terdengar.     

"Tok...tok..."     

Algis menghentikan kegiatannya menciumi tubuh Panji.     

"Mas ada yang datang..."     

"Biarkan jangan pedulikan.." kata Panji sedikit kesal dengan orang yang berani mengetuk pintu kamarnya di saat ia sedang akan mulai bercinta.     

"Tok.. tok..tok..." suara ketukan kembali terdengar.     

"Mas.. buka dulu mungkin penting"     

Panji mengangkat tubuhnya untuk duduk,ia lalu menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh Algis. Pemuda manis itu segera berbaring dan menutup rapat tubuhnya.     

Panji lalu turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu.     

Ada Nio berdiri tegak depan pintu saat Panji membuka pintu.     

"Ada apa?" tanya Panji dengan nada datar.     

Nio terkesiap melihat saudara sepupunya itu bertelanjang dada.     

"Kamu liat Maura gak??" tanya Nio dengan mimik wajah seperti tak punya dosa.     

"Mana gue tau" jawab Panji dengan nada kesal. Nio mengganggu acaranya dan hanya untuk bertanya keberadaan Maura.     

Nio melongok kan kepalanya berusaha melihat suasana kamar di balik tubuh besar Panji.     

"Lo mau liat apa?!"     

"Kali aja Maura di sini..."     

"Apa Lo gila buat apa gue bawa Maura tidur di sini,cari dia di kamarnya sana!!" usir Panji dengan nada kesal.     

"jangan marah-marah Bro aku kan hanya tanya"     

"Pergi cari di tempat lain" usir Panji sambil mendorong tubuh Nio lalu menutup kembali pintu kamarnya.     

Panji melangkah kembali ke tempat tidur untuk melanjutkan kegiatannya yang tertunda gara-gara sepupunya yang menyebalkan itu.     

Akan tetapi...     

Panji menatap kecewa kearah tempat tidur.Bagaimana bisa kekasihnya itu dengan mudahnya sudah terlelap tidur.     

"Nio sialannnnn!!!!" umpat Panji dengan suara tertahan.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.