My wife is a boy

Maura patah hati



Maura patah hati

0Maura mempercepat langkahnya,setelah acara lamaran Algis dan makan malam selesai Maura memang langsung kembali ke kamar hotelnya untuk beristirahat.Namun tiba tiba dia teringat dengan sepatu barunya, siang sebelumnya Maura membeli sepasang sepatu yang nyaman untuk di pakai tapi entah kenapa saat kembali ke hotel Maura tidak menyadari jika ia berjalan tanpa alas kaki. Gadis itu berpikir keras dimana dia melepas sepatu barunya itu.Harganya tidak mahal tapi Maura suka dengan bentuk dan warnanya,nyaman juga ketika di pakai.     
0

"Mas..mas..... lihat sepatu di sekitar sini gak" tanya Maura pada salah satu pegawai Resort yang sedang membereskan sisa acara lamaran romantis yang tadi di gelar.     

"Sepatu kayak apa ya mbak..tapi saya gak lihat sepatu di sekitar sini,dari sejak saya mulai beresin tempat ini"     

"Sepatu cewek mas,waduh...gue lepas di mana ya" Maura mengedarkan pandangannya di sekitar tempat itu mencari sepatu miliknya.     

"Ya udah deh mas, saya cari tempat lain.Makasih ya mas.."     

"Iya Mbak.."pria itu langsung meninggal kan Maura melanjutkan pekerjaannya.     

Maura kembali berjalan menyusuri pantai,gadis itu melepas sendal hotel yang ia pakai.Karena terburu buru ia tak sempat berganti sendal.     

"Sendal apaan sih ini di pakek jalan gak nyaman banget" gerutu Maura sambil melempar sendal hotel itu ke tong sampah.Gadis itu lalu melanjutkan langkahnya tanpa Alas kaki.     

Karena tidak bisa menemukan sepatu barunya,Maura memutuskan untuk berjalan-jalan saja sambil menikmati angin malam di pantai, hitung-hitung sudah terlanjur ia keluar dari kamar hotel,dan lagi besok mereka akan pulang meninggalkan pulau kecil ini.     

Maura melipat kedua tangannya di dada mencoba memberi rasa hangat pada tubuhnya. Semilir angin malam menerpa wajahnya,Maura menghela beberapa helai rambutnya yang menutupi pandangannya karena angin.     

Tanpa ia sadari Maura semakin menjauh berjalan,Ia menikmati indahnya pantai Banyu Biru. Tennyata pantai Banyu Biru sangat indah ketika di nikmati pada malam hari,gulungan ombak berderu di pinggir pantai entah apa yang membuat gulungan ombak itu menyala berwana biru,mungkinkan pantulan sinar rembulan,Maura tidak tahu yang jelas ini adalah pemandangan alam yang begitu sangat indah yang pernah ia lihat.     

Namun langkah Maura terhenti seketika,ketika di depan sana ia melihat dua orang sedang tidur terlentang tanpa alas di atas pasir putih. Maura mengenali dua sosok orang itu.Bukanya menjauh,Maura justru berjalan mendekati dua orang itu.     

Jantung Maura terasa sesak,ada rasa sakit di dadanya ketika ia mendengar percakapn dua orang pria yang tak lain adalah Radit dan Bastian.     

"Yang ..." panggil Radit sambil merubah posisinya dari terlentang menjadi miring,menggukan sikunya untuk menopang kepalanya.     

"Boleh gue minta sesuatu"     

Bastian menoleh kearah Radit.     

"Jangan minta gue buat lamar Lo,gue belum siap secara mental dan finansial" sahut Bastian asal.     

Radit terkekeh geli.     

"Gak baby,bukan itu. Lagian itu bagian gue,gue yang bakal lamar Lo"     

Bastian mencebik tak percaya.     

"Mau minta apa lo?"     

"Boleh gak Lo jangan terlalu kontak fisik sama Maura.."     

"Maksud Lo..."Bastian mengerutkan kening tak mengerti.     

"Bisa aja kan Maura ada hati sama Lo baby..."     

"Bahas ini lagi, kenapa sih Lo..kayak kuatir banget antara gue sama Maura. Dia itu sahabat gue ,kalo gue mau naksir dia udah dari dulu"     

Radit mendesah pelan. Pria itu kembali ke posisi terlentang memandang kearah langit.     

"Lo emang gak ada perasaan apa-apa yang....tapi gimana sama Maura,dalamnya laut kita bisa ukur,tapi dalamnya hati seseorang siapa yang tau"ucap Radit pelan.     

"Dia juga gak ada perasaan apa-apa sama gue Dit,berhenti mikirin hal konyol ini,Lo cemburu??"     

"Gue bukan cemburu yang...hanya khawatir aja,di lukai seseorang tanpa sengaja itu lebih menyakitkan"     

"Gak mungkin,Maura gak mungkin punya perasaan sama gue,apa lagi hanya karena ciuman itu"Bastian teguh pada keyakinannya.     

"Semoga aja Lo bener yang.."kata Radit penuh harap     

"Ehhh...Si Algis beneran bakalan nikah sama cowok brengsek itu"tanya Bastian     

"Panji?? iya donk,,udah hamil gimana gak di nikahin,Lo kalo hamil juga gue nikahin" goda Radit.     

"Brengsek,gue laki-laki!" umpat Bastian sambil menendang kaki Radit.     

"Algis juga laki-laki"     

"Tapi gue gak kayak Algis. Dan gue juga gak mau kayak dia.Gue ogah hamil"     

"Hamil anak gue masa gak mau,gue hamilin Lo sekarang ya..." Radit memposisikan tubuhnya berada diatas Bastian.     

"Minggir sialan,ada orang liat nanti"     

"Bodo amat!gue gak peduli,gue mau tanam benih sekarang"     

"Radit sinting!!! lepaasinnnn Aaaaa....."     

Dua pria itu bergulung diatas pasir,lama lama tubuh mereka berhenti bergulung mereka saling peluk dan saling mencium satu sama lain.     

Maura diam tertegun jantungnya berdebar kencang,rasa perih menelusup ke dalam hatinya becampur aduk dengan rasa ikut bahagia. Sebagain hatinya sebagai sahabat Maura ikut merasa bahagia melihat sahabatnya bahagia namun separuh hatinya yang lain dia benar-benar merasa kehilangan,gadis itu kehilangan cinta pertamanya.Dia harus melepas cinta pertamanya tanpa harus mengatakan sepenggal kata.     

Perlahan Maura melangkah mundur,seperti hatinya yang harus mundur teratur.Ia lalu memutar tubuhnya dan berlari kemana saja untuk menyembunyikan luka hatinya.Gadis itu berlari menjauh dari dua pria yang sedang saling berciuman mesra di sana.Maura terus berlari seiring dengan isak tangisnya,dengan telapak tangannya Maura mengusap air matanya cepat.     

"Brukk"     

Tubuh Maura menabrak seseorang.     

Maura tak langsung melihat siapa yang ia tabrak,gadis itu sibuk berusaha mengusap air matanya.     

"Ra...."     

Maura mendongakkan kepala.     

"Aku cariin kamu, ternyata kamu di sini"     

"Nio..."     

"Wah kebetulan kamu gak pakek sendal ya.." Nio meraih pergelangan tangan Maura lalu mengajak gadis itu untuk duduk di sebuah ayunan yang tak jauh dari mereka berdiri.     

"Duduk Ra.." Maura hanya diam dan menurut apa kata Nio.Ia duduk diatas ayunan.     

"Kamu dari mana aja,aku cariin kemana mana,ini sepatu baru mu kan,tadi aku bawa ke hotel mau kasih ke kamu,tapi kamu gak ada di kamar,gak taunya lagi lari-larian di sini" Nio berjongkok lalu membersihkan telapak kaki Maura dan memasangkan sepatu itu pada kaki Maura.     

Maura tidak menolak gadis itu hanya diam menurut.Mendapat perlakukan seperti itu justru membuat air mata gadis itu mengalir deras.     

"Jangan menangis...apa pun itu kamu pasti bisa melewatinya" Nio mengusap air mata Maura dengan jarinya.     

"Terimakasih Nio..."ucap Maura lirih     

Nio tersenyum lalu mengusak rambut gadis didepannya.     

"Berhentilah menangis kamu kelihatan makin jelek" goda Nio     

Maura memukul dada Nio pelan.     

"Maksud Lo gue jelek dari awal"     

"Itu tahu" ledek Nio sambil tertawa pelan.     

"Sialan Lo..." umpat Maura mulai kembali ke mode Maura yang asli.     

"Nio...."     

"Yes madam.."     

"Gue mau ke bar temenin gue." ajak Maura     

"Ra...aku gak tau kamu ada masalah apa,tapi gak baik kalo kamu selesaikan masalah dengan minum-minum apa lagi kamu cewek"     

"Sekali ini aja,temenin gue ya" mohon Maura.     

Nio bangkit berdiri,pemuda itu lalu mengulurkan satu tangannya,sebagai isarat dia setuju dengan ajakan Maura.     

Maura meraih tangan Nio,keduanya kemudian berjalan berdua menuju bar yang tak jauh dari area sekitar hotel.     

xxxx     

"Ku lepas....dirimu dengan iklas semoga tuhan jaga kan diri mu dan dia...."     

"Ku lepas..dirimu dengan iklas semoga engkau dan dia bahagia..."     

Maura bernyanyi dengan suara sumbang di sepanjang jalan menuju kamar hotelnya. Gadis itu berjalan terhuyung-huyung, tangannya merangkul bahu pemuda di sampingnya yang juga berjalan terhuyung seperti dirinya.     

Maura tak henti menyanyikan lagu dari miliknya Lesti yang kerap ia dengar di sosial media.Ia bernyayi terus pada lirik yang sama,karena dia tidak hapal lirik selanjutnya.Nio yang tak paham lagu siapa itu hanya bisa merancau tak jelas.     

Mereka berdua tertawa seakan ada sesuatu yang lucu.     

"Kunci kamar kamu mana Ra..." tanya Nio sambil meraba saku celana Maura.     

"Jangan raba-raba gue" Maura mendorong tubuh Nio tapi justru tubuhnya sendiri yang hampir terjengkang kebelakang,beruntung Nio segera menarik tubuh Maura ke pelukannya.     

"Mana kunci kamar kamu" tanya Nio,ia pun merasa kepalanya pusing dan terasa berat.     

"Gak tau gue..." jawab Maura dengan suara tak jelas.     

Nio membawa Maura berjalan kearah pintu kamar miliknya.     

"Hahhaa kamar gue di sana kenapa gue masuk kesini hahha" rancau Maura tubuhnya makin limbung,begitu pun dengan Nio,mereka berdua terlalu banyak minum hingga membuat mereka mabuk.     

"Brukk" tubuh mereka berdua jatuh diatas tempat tidur bersamaan.     

Nio berusaha bangun,ia berjalan kearah pintu lalu menutup pintu tanpa menguncinya. Tubuhnya terasa panas dan gerah,pemuda itu kemudian membuka satu persatu kancing bajunya lalu melepas dan membuangnya ke lantai.     

Diatas tempat tidur Maura tertawa melihat Nio bertelanjang dada di depannya.     

"Hahhaaa....Lo pamer sama gue yaaa,Lo kira cuma Lo doang yang punya perut bagus. Gue juga punya"     

Nio tak memperdulikan ocehan Maura yang tak jelas itu,ia kemudian naik keatas tempat tidur lalu tidur tengkurap,matanya terasa berat kepalanya pusing.Dia ingin segera memejam kan mata.     

"Heeiiiii...bangun liat dulu punya gue"     

Mabuk alkohol rupanya bisa membuat seseorang menjadi sinting. Seperti Maura saat ini tanpa sadar gadis itu justru melepas baju yang ia kenakan.     

"Aaaa hhaaa Lo cemen gak berani liat punya gue kan hahhaa"     

Maura menggoyang-goyangkan tubuh Nio.     

"Diam Ra...jangan ganggu aku" kata Nio tetap posisi tubuh tengkurap.     

Tapi Maura tak mau berhenti gadis itu justru terus berbicara tak jelas dan terus mengganggu Nio.     

Lama-lama Nio kesal,pemuda itu secepat kilat mendorong Maura hingga gadis itu terhempas,punggungnya bertemu dengan kasur.     

"Jangan menggoda ku,aku bisa saja memperkosa mu" kata Nio dengan suara yang terdengar berat dan dalam.     

Maura menatap wajah Nio dengan tatapan sayu.     

"Bas...." Panggil Maura dengan bibir bergetar.     

Meskipun Nio masih memiliki sisa kesadaran namun dia adalah laki-laki normal.Bisa saja dia tidak kuat menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang akan membuat Maura menyesal seumur hidupnya.     

Bersambung.....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.