My wife is a boy

Pantai Banyu Biru



Pantai Banyu Biru

0Pantai Banyu Biru sangat terkenal dengan keindahannya,air lautnya yang sangat jernih hingga bisa melihat terumbu karang didalam air laut,dan juga hemparan pasirnya yang putih bersih menambah daya tarik para wisatawan untuk mengunjungi resort milik keluarga Panji.Teriknya sinar matahari terkalahkan oleh sejuknya udara pantai,suara deburan ombak bergulung indah membuat Algis tak tahan untuk segera menceburkan dirinya kedalam air laut.     
0

Algis tidak sendiri,ada Bastian yang tak lama kemudian menyusul Algis,Mereka berdua bercanda sambil menikmati gulungan ombak yang menerpa tubuh mereka.     

"Hati-hati jangan terlalu jauh" teriak Radit     

Jika para istri bersenang-senang menikmati segarnya air laut.Tidak dengan para suami,Panji dan Radit mereka berdua duduk di atas pasir putih sambil mengawasi dua pemuda yang sedang asik mandi di pantai.     

"Gimana si Sandra masih hubungin Lo Ji" tanya Radit membuka obrolan.     

"Masih,dia gak gampang nyerah meski gak gue tanggapi"jawab Panji. Pandangannya lurus mengawasi kekasih hatinya.     

"Lo mesti hati-hati Ji,gue gak ngerti,setahu gue Sandra itu cewek baik,dari keluarga yang baik juga.Kenapa dia jadi seagresif ini ya"     

"Gue lagi cari gimana bikin tu cewek pergi dari hidup gue.Sementara ini gue biarin dulu yang penting dia gak dekatin Algis"     

"Mas Panji..." Teriak Algis dari tempatnya bermain pasir dengan Bastian.     

Panji melambaikan kan tangan sambil tersenyum,Pria itu sangat bahagia bisa melihat Algis terlihat bahagia seperti hari ini.     

"Apa kakak ipar benar-benar jadi pilihan terahir"     

"Gue gak bisa lihat yang lain selain dia" sahut Panji tanpa menoleh kearah sahabatnya.     

"Gue ikut seneng Ji,Lo harus jaga dia, gak ada orang yang lebih sabar dari dia buat ngadepin sifat Lo yang seenak sendiri ini"     

Panji tersenyum.Seakan membenarkan kata kata sahabatnya.     

"Lo sendiri gimana,sama tu bocah tengil"     

"Just like what you see,iam happy with him" jawab Radit dengan senyuman mengembang di bibirnya.     

"Dan namanya Bastian Ji,Bas...ti...an..."     

"Suka suka gue,kalo Lo gak terima sana bawa pulang" sahut Panji santai     

"Emang bajingan Lo Ji" Radit melempar Panji dengan segenggam pasir.     

"Ehhh..Lo bentar lagi jadi Bapak ya,Selamat ya Ji.Gue gak sempat ucapin kemarin pas Lo cerita"     

"Gak masalah,gak ngaruh juga Lo ngucapin selamat atau gak"     

Radit berdecih.     

"Songong banget jadi orang"     

Panji tidak menyahut lagi,ia pura-pura tidak mendengar.Ia kemudian bangkit berdiri lalu berjalan kearah Algis.     

"Gis..."Panggil Panji, Algis menoleh,pemuda manis itu lalu berjalan menghampiri Panji.     

"Udah, kamu udah cukup lama main-mainnya"     

"Tapi nanti kita kesana ya Mas.." Algis menunjuk kearah bagian pantai yang terlihat sepi pengunjung,entah kenapa di lihat dari jarak pandang matanya bagian itu tak terlihat ada yang mengunjungi,padahal sepertinya tempat itu lebih indah dan lebih alami.     

"Enggak hari ini Gis,besok kita kesana.Kita kembali ke hotel sekarang,kamu harus makan siang dan istirahat" jawab Panji bernada perintah.     

Algis hanya bisa menurut.Percuma membujuk Panji jika pria itu sudah memutuskan sesuatu.Mereka berdua melangkah kearah meja payung lengkap dengan kursinya yang di sediakan oleh pihak pengurus pantai.     

"Pakai ini,kita langsung ke hotel aja"Panji memberikan Algis sebuah handuk ukuran besar utuk menutupi kaus dan celana pendeknya yang basah.     

"Gak apa apa ya Mas,masuk hotel basah gini"     

"Siapa yang berani menegur pemilik resort"     

Algis hanya tersenyum menanggapi jawaban Panji. Mereka berdua kemudian melangkah pergi,meninggalkan Bastian yang melanjutkan bergulung dengan ombak bersama Radit.     

xxxx     

Selain empat pria itu,masih ada dua orang lagi yang ternyata mendadak jadi dekat.Maura dan Nio dua orang itu terlihat kemana mana berdua.Mungkin karena mereka statusnya sama, jomblo,alias tidak memiliki pasangan.Jika yang lain menghabiskan hari pertama liburan mereka untuk berenang di pantai,tidak dengan dua orang itu. Mereka sibuk berkeliling sambil membawa kamera digital.     

"Lo yang adil dong,kalo ngambil gambar gue yang cakepan dikit,masa dari tadi gak ada yang oke,Lo ngambil gambarnya" gerutu Maura sambil mengamati satu per satu hasil jepretan Nio dengan kamera digital miliknya.     

"Itu udah bagus,mau yang gimana lagi" Nio berusaha membela diri. Pemuda itu sudah lelah. Dia lelah melayani Maura.Gadis itu minta di foto setiap kali menemukan tempat yang kiranya bagus untuk berpose. Namun selalu merasa tidak puas dengan hasil bidikannya.     

"Angelnya Lo gak bagus ngambilnya,ulangi."pinta Maura.     

Dengan terpaksa Nio menurut,cewek memang merepotkan.Ia kembali mengikuti Maura untuk mengambil foto gadis itu.     

"Cekrek...cekrekk...." Nio mengambil foto beberapa kali jepretan.     

Maura berlari kecil kearah Nio.Memeriksa hasil jepretan pemuda itu.     

"Ahhhhh Lo kok gak pernah bagus sih ngambil fotonya " Kesal Maura.     

"Ya aku harus bagaimana?? itu kan sudah bagus"     

"Lihat dong kayak gini kalo foto tuh,liat Lo aja cakep kalo gue yang foto" Maura menunjukan beberapa foto Nio dalam kameranya.     

"Muka ku emang cakep,jadi di foto gimana aja tetap cakep"     

Maura memicingkan mata.     

"Maksud Lo,muka gue jelek,makanya di foto gimanapun tetap hasilnya jelek" sungut Maura tak terima.     

"Aku gak bermaksud bilang begitu"     

"Itu tadi bilang gitu apa maksudnya"     

"Pokoknya aku gak bilang kamu jelek,udah siang ayok kembali ke hotel,yang lain pasti udah kembali ke hotel lagi" ajak Nio,untuk menyudahi acara berfoto yang melelahkan ini.     

"Gak mau..!! gue belum dapat foto yang bagus" tolak Maura.     

"Besok aja, kita masih ada sehari lagi kan di sini"     

"Besok acara gue berenang dan berjemur di pinggir pantai"     

"Kan gak mungkin kamu mau berenang dan berjemur seharian Ra.."     

"Besok ada acara Bapak sultan buat ibu sultan"     

Nio terdiam sesaat.     

"Acara apa?" tanya Nio tak mengerti     

"Lo gak tau?" Maura balik bertanya     

"Gue gak tau apa-apa"     

"Sodara macam apa Lo,gak tau hal paling penting sepupu sendiri"     

"Gimana aku tau kalo dia gak cerita"     

Maura berjalan mendekati Nio,gadis itu lalu membisikkan sesuatu ke telinga Nio.     

Nio kembali terdiam.     

"Kenapa muka Lo kok gitu amat?" heran Maura melihat perubahan wajah Nio.     

"Kenapa,muka ku tampan ya" Nio balik bertanya.     

"Dih amit-amit" Maura mencibir,Gadis itu lalu berbalik arah untuk melangkah melanjutkan misi berfotonya.     

Karena tidak hati-hati,ketika melompati bebatuan kaki Maura tergelincir dan dia pun jatuh tersungkur diatas pasir.     

"Aaarrgggggg....."teriak Maura kesakitan.     

Melihat Maura jatuh tengkurap Nio bergegas mendekati gadis itu.     

"Gimana sih...kamu itu jalannya" Nio membantu Maura berdiri.     

"Aduh...aduh... gak bisa,sakit..." merasa tidak mampu berdiri dengan kakinya sediri,Maura berpegangan pada lengan Nio untuk menopang tubuhnya.     

"Ini serius?"     

"Lo kira gue lagi pura-pura"     

"Coba sini gue lihat dulu" Nio membantu Maura berjalan kearah Batu karang yang agak besar. Lalu menyadarkan tubuh gadis itu pada batu karang.     

Nio kemudian berjongkok ,lalu memegang pergelangan kaki Maura yang sakit.     

"Ehhh...mau apa Lo" Maura kaget,gadis itu berusaha melepaskan kakinya dari tangan Nio.     

"Diam sebentar, mungkin kamu terkilir"kata Nio sambil mendongak kearah Maura.     

Gadis itu menjadi canggung ketika Nio melepas sepatunya dan mulai memijat pergelangan kakinya.     

"Lo bisa gak,nanti kaki gue nambah parah lagi"     

"Percaya sama aku"     

"Gimana gue mau percaya,kalo gue aja gak pernah tau.Lo bisa apa gak mijit kaki yang terkilir"     

"Itu kenapa aku minta kamu buat percaya,karena kalo sudah percaya tanpa bukti pun kamu tetap yakin aku bisa" ujar Nio sembari mengalihkan pandangannya kearah Maura.     

Maura mendadak jadi bertambah canggung,ia melihat kearah mana saja agar tidak beradu pandang dengan Nio.Ini cowok kenapa jadi kelihatan manis gini ya.Batin Maura.     

"Gimana? masih sakit?" tanya Nio sambil berdiri.     

Maura menggerak gerakan pergelangan kakinya.     

"Masih sih..cuma agak mendingan di banding tadi"     

"Kalo masih sakit,aku bantu jalannya" Nio merangkul kan lengan Maura ke bahunya tanpa bertanya dulu pada gadis itu.     

"Ehhh... ehhh....gak usah gue bisa jalan sendiri"tolak Maura.     

"Aku bantu aja,kalo di paksain nanti kaki kamu jadi bengkak, besok gak bisa jalan" Nio tetap bersikeras memapah Maura berjalan.     

Akhirnya Maura menurut,ia tak lagi menolak bantuan Nio.     

"Nio.."     

"Ya..."     

"Terimakasih banyak ya.."     

"Sama-sama Maura.."jawab Nio sembari mengulas senyum.     

"Lo berapa lama di Indonesia"     

"Enggak tau..nunggu mommy and daddy,mereka mau nyusul kesini kalo urusan kerjaan udah selesai"     

"Kalian sering datang ke Indonesia ya"     

"Kalo ada kepentingan aja, biasanya kalo ada acara keluarga,Tante Rina suka bikin pesta kan"     

"Jadi ini juga karena bakalan ada pesta" Maura terus bertanya.     

"Aku dengar dari mommy sih begitu,Tante Rina mau dapat cucu kan"     

Maura menghentikan langkahnya,begitu juga Nio pemuda itu ikut menghentikan langkahnya.     

"Lo dah tau tentang itu"     

"Gimana aku gak tau Kalo mommy aja tau. Mommy itu kalo pagi suka breaking news "     

Keduanya kembali melanjutkan langkah mereka.     

"Lo pasti awalnya gak percaya kan.."     

"Tentu aja aku gak percaya,tapi itu kenyataan.Gak nyangka Algis yang manis itu bisa hamil"     

Maura sekilas menoleh kearah Nio.     

"Lo naksir Algis ya"     

Nio tersenyum tipis.     

"Ehhhmmm...gimana ya, aku suka sama Algis karena dia baik,manis,ramah,lemah lembut dan menggemaskan" kata Nio,menyebut satu persatu semua kelebihan Algis di matanya.     

"Algis emang banyak yang suka,gue sebagai cewek aja minder deket dia,kalah cakep kalah imut di banding dia hhehe"     

"Setiap orang punya keunikan masing-masing Maura,kamu pun pasti punya sesuatu yang bisa membuat seseorang mencintai mu dengan tulus"     

Maura terdiam.Cinta??? begitu mendengar kata itu,benak Maura langsung terbayang seseorang. Seseorang yang kini ada di depan pandangan matanya. Seseorang yang beberapa hari ini membuatnya gelisah.Maura memandang kearah Bastian.     

Pemuda itu belum beranjak dari air.Bastian sedang berbahagia,bergulat di pinggir panti dengan Radit.Sesekali saling lempar pasir,berlari saling mengejar lalu terjatuh berguling di pasir berdua,saling tindih saling peluk.Dunia seakan hanya milik mereka berdua.     

Maura tersenyum kecut.Ada rasa bahagia melihat sahabatnya itu terlihat bahagia,namun juga ada rasa kehilangan dalam hatinya. Berkali kali Maura mengumpati dirinya sendiri dalam hati setiap perasaan itu menghampirinya.Dia harus mengenyahkan perasaan itu bagaimanapun caranya.     

Dia tidak akan menodai persahabatannya hanya karena satu kali ciuman malam itu. Toh Bastian sudah melupakan kejadian itu. Ia pun harus melupakan ciuman itu. Agar ia tidak menyulitkan dirinya sendiri dan juga menyulitkan sahabatnya.     

"Ra...."     

"Hah..."     

Suara Nio membuyarkan lamunan Maura.     

"Are you oke?"     

"Ehummm" Maura mengangguk,tatapannya belum teralihkan dari Bastian dan Radit.     

"Kamu menyukai salah satu dari mereka?" tanya Nio menebak.     

"Ahhh gak dong..mana mungkin hahahha" elak Maura namun jelas kebohongan di matanya.     

"Ra.....!!!" teriak Bastian.sambil berlari kearah tempat Maura dan Nio berdiri.     

Bastian hanya memakai celana pendek batas lutut,ia bertelanjang dada memamerkan kulitnya yang putih serta otot-otot perut yang hampir terbentuk sempurna.     

"Kenapa Lo?"tanya Bastian ketika menyadari Maura tidak bisa berdiri sendiri. Alias di papah oleh Nio.     

"Kegelincir tadi"     

"Ceroboh banget Lo jadi cewek..ya udah Lo balik hotel aja,eh Nio..Lo anterin temen gue ya..awas Lo apa-apain dia" ancam Bastian tanpa alasan yang jelas.     

"Baby.....!!!!" teriak Radit memanggil Bastian untuk segera kembali padanya.     

"Tolong rawat temen gue ya" kata Bastian sebelum pemuda itu memutar tubuhnya dan berlari menghampiri Radit.     

Maura mendesah pelan.     

"Hati....kita salah orang,jangan di terusin ya..."ucap Maura dalam hati.     

Bersambung...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.