My wife is a boy

Makan pagi bersama



Makan pagi bersama

0Cahaya matahari pagi menerobos masuk menembus kaca jendela balkon,sinarnya menghantarkan hangat ke seluruh sudut ruang kamar.Tubuh ramping Algis menggeliat,mata bulatnya perlahan terbuka,wajah tampan pria kesayangan yang masih terlelap tidur yang pertama kali Algis lihat.Salah satu hal yang membahagiakan di dunia ini adalah ketika kamu membuka mata ada seseorang yang sangat kamu cintai berada di sisi mu merengkuh memeluk dalam dekap hangat.     
0

Seperti itulah yang Algis rasakan setiap pagi hari ia terbangun dari tidurnya ada Panji di sisinya.Pria yang entah dengan alasan apa mampu membuat hatinya berdebar,membuatnya jatuh cinta setiap hari.Membuat hidupnya menjadi lengkap.Dan betapa beruntungnya Algis bisa memiliki pria seperti Panji, pria yang melimpahkan segala rasa kasih sayangnya hanya untuk Algis.     

Algis mengulurkan satu tangannya kearah wajah Panji,lalu perlahan membelai wajah tampan itu dengan jari jarinya yang lentik seperti milik seorang wanita.Algis mengulas senyum ia mendekatkan bibirnya kearah bibir Panji lalu mengecup bibir pria itu,dan menahannya untuk beberapa detik.     

"Selamat pagi..." bisik Algis lembut dengan masih memandangi lekat wajah pria kesayangannya.     

Tak lama kedua kelopak mata Panji terbuka perlahan.     

"Ada apa kenapa liatin aku seperti itu,hmm..." suara Panji serak khas orang bangun tidur.     

"Gak apa-apa, lagi pengen liatin wajah ayah dari anak-anak ku nanti"     

Panji tertawa pelan.     

"Anak-anak mu,apa kamu punya rencana punya anak yang banyak?"     

"Apa mas panji gak mau?"     

"Asalkan kamu sanggup melahirkannya, sebelas anak pun aku mau,harta ku gak akan habis buat menafkahi mereka"     

Algis tergelak sesaat.     

"Sombong banget mas panji.."     

"Kalo aku sombong itu sesuai"     

"Iya algis percaya kok..."     

Panji menarik tubuh ramping Algis untuk lebih merapat pada tubuhnya.     

"Ayok bangun Mas,Algis udah pengen jalan-jalan"     

"Sebentar lagi,aku ingin seperti ini sebentar lagi"     

"Nanti keburu siang mas,kalo siang kan panas"     

"Emang kamu mau kemana?"     

"Jalan-jalan, yang lain pasti sudah menunggu kita"     

"Kenapa mikirin mereka,biarkan mereka mengurus diri mereka sendiri, mereka bukan anak kecil lagi"     

"Gak boleh gitu Mas,kita datang bersama,kemana mana harus bersama"     

"Kamu itu terlalu memikirkan orang lain Gis"     

"Kita hidup gak boleh egois Mas..."Algis kembali mengecup bibir Panji, lalu beranjak bangun dari tempat tidur.     

Pemuda manis itu membuka pitu kaca balkon membiarkan udara pagi yang segar masuk ke dalam kamar. Ia lalu berjalan masuk kamar mandi untuk membersihkan diri.     

Di luar kamar ada Radit,Bastian dan Nio berdiri didepan pintu kamar hotel Panji.Mereka saling dorong satu sama lain,seperti anak kecil.     

"Cepat bangunin dia, kenapa lo gak berani bangunin,lo kan temen deketnya"Bastian mendorong punggung Radit kearah pintu kamar Panji.     

"Panji paling gak suka tidurnya di ganggu orang lain yang.."     

"Trus ngapain dia udah jam segini belum bangun ha..kita udah laper,harus sarapan,gue udah pengen jalan jalan,dan kata si nenek sihir itu kita gak boleh jalan kalo gak ada Algis" cerocos bastian dengan nada kesal.     

"Lo sepupunya kan,bangunin sana" kali ini Bastian menunjuk kearah Nio. yang di tunjuk buru-buru menggelengkan kepala.     

"Gak mau,dia bisa penggal kepala aku nanti"     

"Astaga kalian" Bastian memutar bola matanya,bosan dengan alasan dua pria dihadapannya.     

"Tok.. tok.."     

Akhirnya Bastian lah yang berani mengetuk kamar Panji.     

"Tok..tok.." Bastian kembali mengetuk pintu ketika tidak ada sahutan dari dalam kamar.     

"Apa semalam mereka bikin anak,susah banget bangunnya" gerutu Bastian     

"Yang bikin anak semalam kita baby" celetuk Radit.     

Bastian melotot kearah Radit.     

Nio terkekeh geli melihat Radit langsung diam saat Bastian melotot kearahnya.     

"Tok...tok..." Bastian mengetuk pintu kamar Panji lagi. Kali ini lebih keras.     

"Grekkk..."     

Seseorang membuka pintu dari dalam kamar.     

Panji berdiri menjulang tinggi di depan pintu, dengan wajah datar,dingin, tatapannya membuat ketiga pria dihadapannya terpaku diam. Panji bertelanjang dada dan hanya mengenakan boxer,rambutnya acak acakan.     

"Ada apa?" tanya Panji dengan wajah datar.     

"Waktunya Lo bangun,kita mau sarapan dan mau jalan-jalan" Jawab Bastian tanpa ada rasa takut dengan tatapan Panji yang dingin mengintimidasi.     

"Apa kalian anak paud yang harus gue tuntun cari tempat makan?!"     

"Masalahnya Maura minta kita harus nunggu kalian berdua dulu" jawab Bastian ketus.     

Belum sempat Panji menjawab,suara Algis dari kamar mandi mengalihkan perhatian para pria yang berdiri di depan pintu kamar.     

"Mas..Algis udah selesai,Mas Panji buruan Mandi" Algis keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai kaus besar tanpa mengenakan bawahan.     

pemuda manis itu sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.Semua mata serempak memandang kearah Algis.Radit,Bastian,dan Nio tertegun melihat pemandangan kemolekan sebagian tubuh Algis yang tidak tertup.Kaki yang jenjang dengan paha yang putih,mulus nan indah.     

"Ehh..kalian.." Algis jadi salah tingkah,ia tidak mengira jika ada teman-temannya berdiri di depan pintu kamarnya.     

"Jaga pandangan mata kalian ,atau gue congkel satu-satu"ucap Panji dengan nada suara mengerikan.     

Serentak seperti di komando tiga pria di hadapan Panji itu langsung mengalihkan pandangan mata mereka kearah mana saja asal tidak memandang kearah Algis.     

"Ki-kita tunggu di bawah Ji..Lo siap-siap aja dulu oke" ucap Radit gugup. Sembari mendorong Bastian dan Nio untuk segera pergi meninggalkan kamar Panji.     

Panji menutup pintu kamarnya kembali,lalu melangkah kearah tempat tidur dan membaringkan tubuhnya tengkurap di atas kasur.     

"Kok tidur lagi sih Mas..."     

Algis mendekati Panji menarik tubuh besar itu untuk beranjak bangun. Namun justru tubuhnya yang kecil di tarik oleh Panji dan terhempas di atas kasur. Panji langsung mengungkung tubuh Algis di bawahnya.     

"Lain kali jangan menunjukkan bagian tubuh mu pada orang lain. Aku tidak suka"     

"Algis tadi gak tau kalo ada mereka di depan pintu Mas.."     

"Untuk itu berhati-hatilah,ini hanya aku yang boleh lihat" Tangan Panji mengelus bagian paha,lalu perlahan meraba naik keatas.     

Algis menghentikan gerakan tangan Panji.     

"Jangan Mas...kasihan mereka nunggu kita"     

Panji terdiam sesaat lalu menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher kekasih hatinya.     

"Aku ingin Menghabiskan waktu berdua hanya dengan mu Gis"     

"Gak bisa gitu dong Mas,kita datang bareng mereka,gak enak kalo kita sibuk di kamar terus" Algis mencoba memberi pengertian pada Panji. Ahhh libido pria ini memang luar biasa.     

xxxx     

Lima belas menit kemudian,Panji dan Algis keluar dari kamar hotel mereka. Keduanya berjalan beriringan menuju lantai bawah dekat area lobby hotel ada restoran,tempat makan untuk para pengunjung hotel. Di sana sudah berkumpul Radit dan yang lainnya mereka menunggu termangu dan mungkin menahan lapar juga.     

"Tuh mereka udah kesini" Bastian bangkit berdiri sambil menunjuk ke arah Panji dan Algis dengan dagunya.     

"Sekarang gue boleh ambil makan kan" kata Bastian lagi kali ini matanya melihat kearah Maura.     

"Udah sono makan,Kagak sabaran banget jadi orang"     

Tanpa banyak kata Bastian menarik tangan Radit untuk menuju prasmanan hotel.Hotel di Resort Banyu Biru memiliki restoran yang menyajikan banyak pilihan menu dari makan western hingga lokal jadul.Sajian menu makanan berderet di meja prasmanan para pengunjung bebas memilih menu makanan apa yang mereka inginkan.     

Begitu pula dengan Bastian,pemuda berambut sebahu itu menarik tangan Radit kearah deretan makanan berbahan mie.Ada mie tiaw,soun dan lainnya,sebagai pelengkap tersaji juga bakso,udang dan sayuran.     

"Gue pengen makan mie tiaw kuah,Lo mau juga gak,apa Lo mau yang lain? "Tanya Bastian pada Radit yang berdiri di sisinya.     

"Samain aja yang.."     

"Tapi kuahnya,bakalan seenak buatan Lo gak ya.."     

Radit tertawa tertahan.     

"Kalo Panji dengar Lo bisa di lempar ke laut yang..Semua yang ada di sini soal rasa sudah terjamin"     

Bastian mencebikkan bibir.     

"Apa Lo mau biarin si brengsek itu ngelempar gue ke laut"     

"Gak dong baby. Gue bakal duel kalo ada orang yang nyakitin Lo" Radit mengusap gemas pucuk kepala Bastian.     

Seketika pipi Bastian merona.Dan senyum-senyum bahagia.     

Setelah mendapatkan sarapan mereka Bastian dan Radit kembali ke tempat semula,kembali berkumpul dengan yang lainnya.Secara bergilir satu per satu mereka mengambil menu sarapan masing-masing.Kalo Radit dan Bastian mengambil menu mie tiaw kuah, Maura memilih bubur sum sum.Karena kebiasaan gaya hidupnya di mellboure Nio pemuda itu memilih mashed potato dan dua sosis.Sedangkan Panji hanya mengambil roti panggang dan coffe latte,untuk Algis sesuai permintaannya,Panji mengambilkan seporsi nasi goreng untuk Algis. Pemuda manis itu harus banyak makan karena ia sedang berbadan dua.     

Mereka berenam menikmati makan pagi mereka dengan nikmat sambil membicarakan hal apa saja yang akan mereka lakukan setelah selesai sarapan.     

"Selanjutnya jika kalian ingin makan atau melakukan sesuatu tidak perlu nunggu gue. Kalian bisa makan duluan jika lapar,kalian bisa jalan kemana yang kalian suka" Kata Panji sambil menyesap kopi latte miliknya dengan wajah tenang seperti biasanya.     

"Tuh denger Ra...."     

Maura hanya melirik sebal kearah Bastian.     

"Gue cuma gak enak Mas,kita semua di traktir Mas Panji ,masa slonang slonong kagak ada sopannya, minimal nunggu bapak sultan dan Bu sultan keluar dulu lah"     

"Algis laki-laki Ra..." tukas Algis cepat.     

"Loh emang Bu sultan udah pasti Lo ya Gis.." sahut Maura tak kalah cepat.     

Algis mencebikkan bibir mungilnya.     

"Emang ada yang lain ya Mas...??" tanya Algis dengan tatapan puppy eyes andalannya.     

"Gak ada cuma kamu...lanjutin makanya" jawab Panji sambil mengusap lembut surai hitam Algis.     

Maura dan Nio hanya bisa memandang iri. Radit tersenyum tak percaya sahabatnya bisa memperlakukan seseorang dengan semanis itu, padahal dulu Panji pria yang tidak pernah melakukan hal-hal manis seperti itu pada setiap gadis yang ia kencani.Bastian tidak peduli dengan pemandangan di depannya dia sibuk menghabiskan jatah sarapan Radit dan hanya menyisakan kuah dan beberapa helai mie tiaw.     

Drrtttt...drrtttttt....drttttt...     

Ponsel Panji terus bergetar ,Panji sekilas melihat siapa nama yang melakukan panggilan. Panji kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya setelah membaca nama yang tertera.     

Diam diam Algis penasaran,siapa yang menelepon Panji kenapa belakangan ini Panji sering mendapat telepon jika sedang berada di dekatnya dan anehnya Panji tidak segera menjawab panggilan itu. Kalopun terpaksa menjawab Panji akan menjauh darinya terlebih dahulu.     

Bersambung.....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.