My wife is a boy

Kedatangan Nio



Kedatangan Nio

0Algis itu jarang meminta sesuatu,seingat Panji selama mereka bersama Algis tidak pernah meminta sesuatu yang berarti.Selain permintaan aneh-aneh belakangan ini,itu pun karena Agis yang sedang hamil.Selain itu Algis tidak pernah meminta seperti wanita-wanita yang pernah ia kencani dulu.Mereka akan dengan berani meminta kiriman sejumlah uang atau pun minta dibelikan barang mewah seperti pakain atau perhiasan.Tidak masalah bagi Panji jika mereka bisa menyenangkan dirinya.Seperti artis Ariel Tatam,selebritis itu pernah beberapa kali menghabiskan liburan ke luar negri bersama Panji.     
0

Oleh karena itu,ketika Panji mendengar Algis ingin pergi ke pantai,pria itu tidak pikir panjang lagi,Panji mengiyakan.Tidak masalah jika Algis ingin membawa teman-temannya ikut berlibur,asal bisa membuat kekasihnya yang manis itu senang. Panji terlalu antusias ketika Algis untuk pertama kalinya meminta sesuatu padanya.     

Selain itu dengan liburan ini Panji akan memberi satu kejutan buat Algis.Kejutan apa,masih rahasia.Panji hanya punya waktu satu minggu untuk mempersiapkannya.Dia harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin di tengah-tengah kesibukannya.     

Tapi sayang disaat pria itu sedang memikirkan rencana kejutan untuk Algis, gadis bernama Sandra itu terus mengganggunya.Gadis itu bisa kapan saja menelponnya dan mengirimi pesan untuk meminta bertemu.Mau tak mau Panji menuruti.Bukan bermaksud memberi kesempatan gadis itu untuk semakin merongrong dirinya,Panji hanya belum menemukan cara untuk menyingkirkan Sandra dari kehidupannya.     

Biarlah sementara ini Panji mengikuti permainan Sandra. Asal gadis itu tidak menyentuh Algis,menggangu kekasihnya,tidak masalah jika dia yang harus di repotkan dan di buat pusing oleh tingkah Sandra.Sejauh ini Panji bisa mengatasinya.Ya meskipun ada rasa bersalah dalam hati Panji.Dia seperti sedang menduakan Algis,walau kenyataannya tidaklah seperti itu.     

"Jadi berapa orang yang akan ikut Gis" tanya Panji pada pemuda kesayangannya di sela-sela makan malam bersama.     

"Ehmmm..Algis belum tau Mas,yang Pasti Maura ikut,kalo Bastian,dia izin dulu sama bosnya"     

"Bosnya??" ulang Panji penuh nada heran     

"Iya,Bastian kerja paruh waktu sekarang"jawab Algis menjelaskan.     

"Oh gitu..apa Radit gak mampu nafkahi bocah itu"     

"Mas Panji...nama dia Bastian mas.."     

"Iya..iyaa.." ucap Panji,namun terdengar tak iklas.     

Algis sama sekali tidak mengerti,mengapa dua orang pria yang dekat dengannya itu,keduanya tidak bisa berdamai.Sekaan saling menyimpan rasa dendam. Bastian tidak pernah suka pada Panji,menurut pemuda itu Panji itu cowok playboy,brengsek.Algis terlalu berharga untuk Panji.     

Sedangkan di mata Panji,tak jauh berbeda.Sampai detik ini pria itu tetap tidak suka dengan Bastian yang menurutnya terlalu dekat pada kekasihnya.Namun suka tak suka jika itu adalah orang yang di sayangi Algis,mau tak mau Panji harus menerimanya.     

"Den Panji..." panggil Bi Inah,pelayan paruh baya itu menghampiri Panji dengan membawa telepon di tangannya.     

"Nyonya telpon Den..."     

"Ohh iya sini Bi.."     

Bi Inah memberikan telepon rumah kepada tuan mudanya.     

Panji meraih gagang telepon lalu meletakkan di sisi telinganya.     

"Hallo...." sapa Panji     

"Hallo..,Ji..Mama lupa kasih tau jam sembilan kamu ke bandara ya" kata Bu Rina dari ujung telepon.     

"Untuk apa?"     

"Mama lupa kasih tau,kamu harus jemput Nio"     

Panji mengerutkan kening,jemput Nio sepupunya. Kenapa dia tidak tahu jika sepupunya yang menyebalkan itu datang berkunjung.     

"Hallo kamu kok diam aja sih.."     

"Kenapa gak di jemput sopir aja?"     

"Gak bisa,kan Pak Tori lagi antar Mama Papa"     

"Suruh naik taxi aja,Panji malas mau jalan capek."     

"Panji..!!! jangan begitu sama sepupu kamu. Pokoknya kamu harus jemput Nio,kasihan dia pasti capek perjalanan dari Melbourne" omel Bu Rina.     

"Menyusahkan saja" gerutu Panji.     

"Ya udah kalo begitu, jangan lupa jam sembilan, Algis bawa aja kalo jemput Nio,kasihan kalo kamu tinggal,nanti dia sendirian"     

"Iya..." jawab Panji,lalu sambungan telepon terputus.     

"Mas,Nio kesini ya" tanya Algis dengan mata berbinar bahagia.     

"Hmmm..." jawab Panji alakadarnya     

"Mas Panji mau jemput ke bandara ya..."     

"iya"     

"Algis ikut ya Mas..."Pinta Algis dengan tatapan penuh harap.     

"Kamu bahagia banget dengar Nio mau datang"     

"Algis kangen Mas..kan lama gak ketemu Nio" jelas Algis,pemuda manis itu memang senang mendengar Nio akan datang malam ini.     

"Lama apanya,tu anak bukanya kuliah yang bener biar cepat lulus,malah mondar mandir kesini. Kepentingan apa dia datang ke sini" nada bicara Panji terdengar tak suka.     

"Mama yang suruh Mas,kayaknya Om Pras dan Tante Mela bakal nyusul kesini juga"     

Panji tak lagi menyahut,ia meneguk air putih setelah menyelesaikan makan malamnya.     

"Kalo sudah selesai makan,ganti baju yang hangat,bentar lagi kita jalan"     

"Eeuummm" Algis mengangguk,dia seperti anak kecil yang buru-buru menghabiskan makanannya demi mendapat hadiah dari orang tuanya.     

xxxx     

Panji mengurangi kecepatan ketika mobilnya mulai memasuki area parkir terminal tiga bandara xxx,tempat dimana dia akan menunggu kedatangan sepupunya yang tak ia harapkan. Ya betul,tidak ia harapkan.Karena sepupunya itu menyebalkan,banyak bicara dan yang paling Panji tidak suka sepupunya bernama Arsenio itu kerap kali menggoda Algis.     

Dan Algis sepertinya menyukai Nio,menyukai dalam arti Algis senang berteman dengan saudara sepupunya itu,Algis bilang Nio itu humoris dan menyenangkan.Kalo hanya seperti itu apa bagusnya pikir Panji, tetap saja dia lebih unggul dari segalanya. Awas saja jika sepupunya itu masih suka menggoda kekasih hatinya,dia tidak akan sungkan melempar sepupunya itu kejalanan.     

Setelah memarkirkan mobilnya Panji dan Algis turun dari mobil lalu berjalan memasuki lobby gedung penjemputan penumpang internasional.Sekilas Panji melirik arlojinya,harusnya Sepupunya itu sudah ada di arrival area.Panji merogoh ponselnya dari dalam saku celananya.Panji mencari nomer ponsel Nio yg biasanya di gunakan sepupunya itu jika berkunjung ke Indonesia.     

"Dimana?" Panji mengetik satu pesan ke nomer Nio.Pesan terkirim,centang dua. artinya Nio ada di sekitar arrival area.     

Tak lama kemudian, Panji mendapat balasan dari Nio.     

"aku menunggu mu di kedai kopi" balas Nio.     

Setelah membaca pesan sepupunya ,Panji menggandeng tangan Algis lalu berjalan kearah kedai kopi yang dimaksud Nio.     

"Mas..banyak orang" ucap Algis merasa tak nyaman di gandeng oleh Panji depan banyak orang.     

"Namanya bandara ya banyak orang"jawab Panji santai.     

"Kan gak enak di lihatin orang Mas.."     

"Berhenti berpikir seperti itu Gis,aku gak ingin nutupin hubungan kita depan orang. Mereka mau menerima kita atau tidak itu urusan mereka. Asal kita tidak merugikan mereka secara fisik dan materi,apa yang kita risaukan" jelas Panji berusaha meyakinkan Algis.     

"Algis hanya khawatirkan reputasi Mas Panji"     

Panji menatap kearah Algis sambil tersenyum.Jenis senyum yang menenangkan.Senyum yang hanya Panji berikan ke Algis seorang.     

"Jangan pikirkan itu,aku bisa mengatasinya" kata Panji sambil tetap menggandeng tangan Algis,melangkah kearah kedai kopi,tempat di mana Nio menunggu mereka.     

Tak lama buat Panji untuk menemukan Arsenio di salah satu kedai kopi yang cukup nyaman untuk tempat menunggu sambil menikmati kopi dan melepas lelah.Panji memang datang terlambat,semua karena jalan yang macet dan telatnya informasi dari mamanya bahwa jam 9 malam harus menjemput Nio di bandara.     

"Nio..."panggil Algis riang ketika melihat sosok Nio sedang duduk seorang diri di salah satu tempat duduk.     

Nio mendongakkan kepala,kedua matanya mencari suara yang memanggil namanya.     

"Algis..." Nio bangkit berdiri ketika melihat pemuda manis berjalan mendekatinya bersama saudara sepupunya.     

Nio berhambur kearah Algis lalu memeluk tubuh ramping itu.     

"Apa kabar Algis?"     

"Algis baik,Nio gimana?"     

"Masih hidup,sperti yang kamu lihat" jawab Nio berkelakar.     

Algis tertawa pelan.     

"Gak usah lama-lama Lo meluknya"Panji melepas pelukan kedua orang di depannya dengan paksa.     

"Bro..lama banget jemputnya aku nunggu hampir satu jam,tau.."     

"Kenapa gak naik taxi, masih bagus gue mau jemput Lo" jawab Panji dengan nada ketus dan dingin.     

Panji memang seperti itu, sikap hangatnya hanya ia tunjukan pada Algis. Selain Algis Panji akan bersikap dingin,sedikit angkuh dan bicara seperlunya.     

"Tante bilang kamu yang akan jemput,jadi aku nunggu"     

"Kalo begitu terima saja,kenapa protes" sahut Panji dengan tatapan menusuk.     

"Mas...." Algis mengusap-usap lengan Panji. Berharap pria kesayangannya itu bisa bersikap sedikit lebih melunak pada sepupunya.     

Panji melirik pada dua koper besar di samping kaki Nio.     

"Bawa sendiri kopernya" kata Panji sambil memutar tubuhnya dan melangkah keluar kedai kopi.Tidak lupa menarik Algis bersamanya.     

Nio melotot tak percaya.     

"Tolong bantu bawa bro,apa gak kasihan sama aku" teriak Nio sembari sibuk menarik koper miliknya.     

"Mas bantu bawain.." Bujuk Algis.     

" Biarkan saja" jawab Panji santai.     

"Kalo gitu Algis yang bantu" pemuda manis itu melepas genggaman tangan Panji lalu memutar arah kembali menghampiri Nio.     

"Algis bantu bawa ya..."     

"Ehhh..jangan ini berat Gis" tolak Nio cepat     

"Algis laki-laki,tidak apa-apa"     

"Iya tapi jangan Gis" Nio bersikeras menolak. Pemuda berkulit khas Nusantara itu sudah tau tentang kondisi Algis. mommynya yang memberi tahu.     

"Makanya jangan seperti wanita,bawa banyak pakaian jika berpergian" kata Panji menyela.     

"Aku hanya bawa satu koper baju, yang satu koper lagi itu oleh-oleh untuk Algis dari mommy"     

Panji memutar bola mata malas,ia lalu menarik koper yang di pegang oleh Algis.Tidak mungkin Panji membiarkan Algis membantu Nio membawa koper ke area parkiran.     

"Inget kata dokter,jaga kandungan mu"     

Algis tersenyum. Jika tidak seperti itu Panji tidak akan mau membantu Nio.     

Mereka bertiga kemudian meninggalkan kedai kopi lalu berjalan beriringan kearah area parkir.     

Mobil sedan hitam milik Panji melaju dengan kecepatan sedang membelah jalan. Melewati ramainya lalu lintas malam.Panji menekan tombol power pada tape android mobil,tak lama setelah itu lagu crush dari miliknya David Archuleta melantun perlahan.     

"Nio..apa kabar Tante dan Om?'" tanya Algis sambil menoleh kearah kursi bagian belakang mobil.     

"Mommy dan Daddy baik,Mommy kangen banget sama kamu.Eh..Algis kamu harusnya duduk di belakang sini sama aku,biar kita nyaman ngobrolnya ya kan.."     

Algis melirik sekilas kearah Panji.     

"Algis sini aja" tolak Algis dengan halus.     

Hanya membalas pesan Nio saja Panji langsung memblokir nomer Nio. Apa lagi jika duduk berdua dengan Nio di depan mata Panji,yang ada Panji akan memblokir hidup Nio.Panji memang seperti itu,pria itu tidak akan lama-lama untuk menjauhkan siapapun yang kiranya ada indikasi mendekati kekasih tercintanya.     

"Oh ya Nio... kebetulan Nio kesini ya,kalo gitu Nio bisa ikut juga Minggu depan kita mau liburan"     

"Liburan kemana?? Wah....tentu saja aku mau ikut"jawab Nio bersemangat.     

"Ke resort Papa,Nio pasti sudah pernah berlibur ke situ"     

"Ohhh hehe..iya tentu aja,tapi kalo sama kamu kan belum pernah Gis"     

"Ada teman-teman Algis juga nanti,Maura dan Bastian.Pasti seru"     

Algis dan Nio terus berceloteh,sedangkan Panji tidak sekalipun menimpali obrolan mereka.Pria tetap fokus menyetir.Membiarkan kekasihnya bercerita banyak hal dengan Nio. Sebenarnya jika di pikir ada manfaatnya Nio datang berkunjung ke Indonesia.Setidaknya Panji bisa menugaskan Nio untuk menemani kemana pun Algis ingin pergi selagi dia sedang bekerja. Jujur saja Panji sedikit was-was dengan Sandra.Panji tidak ingin Sandra mengganggu Algis.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.