My wife is a boy

Sandra datang ke kantor



Sandra datang ke kantor

0Panji melempar ponselnya keatas meja kerja,ia menyandarkan punggungnya dengan kasar pada kursi kerjanya.Rasa marah dan kesal bercokol di dalam hati,pasalnya beberapa hari ini pria itu di buat pusing oleh tingkah gadis bernama Sandra.Pertemuanya dengan Sandra beberapa waktu yang lalu ternyata berujung dengan aksi Sandra yang terus mengejarnya.Sandra terus menghubunginya lewat telpon atau mengirim pesan singkat.     
0

Saat menemui Sandra,Panji berpikir untuk memberitahu Sandra supaya tidak mendekati atau mengganggu Algis.Dan juga untuk mempertegas pada Sandra bahwa antara mereka tidak ada hubungan apa-apa.Namun hal itu justru membuat Sandra semakin gencar memburunya.Seperti hari ini baru saja Sandra mengirim pesan singkat yang mengatakan bahwa gadis itu akan datang ke kantor Panji jika pria itu tetap mengabaikan panggilan telepon darinya.     

Dari sekian banyak wanita yang pernah dekat dengannya kenapa hanya gadis ini yang sulit di tinggalkan,Panji tidak pernah berpikir akan ada gadis dari masa lalunya yang akan hadir mengganggu hidupnya. Kalo saja ia masih Panji yang dulu tidak masalah, sekarang ada Algis di sisinya,ia sangat mencintai pemuda itu.Dia tidak butuh yang lain. Hanya Algis yang ia mau.     

"Brakkk...."pintu ruang kerja Panji di buka dengan kasar dari luar.     

"Maaf Bu anda tidak boleh masuk"cegah cindy,sekertaris Panji.     

"Ada apa Cindy?"     

"Maaf Pak,saya sudah mengatakan pada Bu Sandra kalo Bapak tidak bisa di ganggu"     

Sandra merapihkan pakaiannya yang sedikit kusut karena berdesakan dengan sekertaris Panji di depan pintu ruangan Panji.     

"Tidak apa-apa,tinggalkan kami berdua" kata panji dengan ekpresi datar.     

"Baik Pak..." sebelum undur diri Cindy sempat beradu pandang dengan Sandra.     

"lihat saja kalo saya sudah menjadi istri Panji,kamu orang pertama yang akan saya pecat" sengit Sandra, dia berbicara seakan dia adalah calon istri Panji.     

Cindy sekertaris panji tak menanggapi kata-kata Sandra, ia lalu melangkah meninggalkan ruangan panji.     

"Kamu kenapa datang kesini ha??"     

Sandra melangkah mendekati Panji,Gadis itu dengan berani duduk diatas pangkuan Panji.     

"Sudah aku katakan,kalo kamu mengabaikan teleponku atau pesan ku, maka aku akan datang ke kantor mu" kata sandra,jemari lentiknya mulai membelai garis rahang Panji.     

"Jangan menyentuh ku"panji menepis tangan sandra     

Gadis itu tersenyum menyeringai.     

"Kenapa? takut kamu tidak bisa menahannya"     

"Hentikan omong kosong mu ini,cepat keluar dari kantor ku dan jangan pernah datang lagi'     

Sandra bangkit berdiri,ia berjalan keliling mengamati kantor Panji.     

"Baiklah,aku tidak akan datang ke kantor mu.Tapi sebagai gantinya aku akan datang ke rumah mu.Bagaimana?"     

Panji menatap sandra tajam.Namun sandra seperti tidak peduli.     

"Sebenarnya apa mau mu?"     

"Tentu saja memiliki mu apa lagi"     

Panji bangkit dari duduknya lalu melangkah mendekati Sandra,dengan kasar panji menarik lengan Sandra dan mengunci lengan Sandra kebelakang punggung gadis itu.Sandra meringis kesakitan,jarak wajah dan tubuh mereka berdua justru semakin dekat,membuat Sandra bisa merasakan hembusan nafas Panji.     

"Harus aku katakan berapa kali,aku tidak pernah menyukai mu.jangan menggangu ku,pergi dari hidup ku!!"     

Sandra tersenyum mengejek.     

"Terus saja menolak ku,terus saja mengabaikan ku.Aku tidak peduli Panji,Dibandingkan dengan istri laki-laki mu itu aku jauh lebih baik"     

Panji semakin mengeratkan kuncian tangannya.     

"Aaaaa...." Sandra merasa kesakitan pada lengan dan bahunya.     

Jika Sandra adalah laki-laki mungkin Panji sudah mematahkan tangannya dari tadi.Namun apa yang bisa ia lakukan jika Sandra adalah seorang wanita.     

"Pergilah! keluar dari kantor ku!!" usir Panji sambil melepaskan lengan Sandra.     

Ia menatap tajam dan dingin kearah Sandra. Gadis itu tersenyum meremehkan.Ia lalu membuka tas miliknya dan mengeluarkan amplop warna cokelat lalu memberikannya pada Panji.     

"Apa ini?''Tanya Panji dingin.     

"Buka saja,kamu pasti suka"jawab Sandra dengan senyum menggoda.     

Dengan kasar Panji menyambar amplop warna cokelat yang Sandra berikan padanya lalu membuka isi amplop itu.Panji mengeraskan rahangnya,tangannya meremas amplop cokelat itu beserta beberapa lembar foto didalamnya.Matanya menatap sengit kearah Sandra.     

"Apa ini Sandra??!!! apa maksud mu dengan semua ini!!" hardik Panji dengan suara keras,hingga terdengar sampai keluar ruangan Panji. Cindy sekertaris Panji pura-pura tak mendengar,ia menulikan telinganya.     

"Ini foto-foto kita berdua saat di apartemen ku, kenapa kamu berteriak seperti itu.Bukanya bagus ya" kata Sandra dengan senyum yang menurut Panji sangat menyebalkan.     

Rasanya dada Panji ingin meledak karena emosi. Ia merobek beberapa lembar foto dirinya dan Sandra sedang saling tindih di sofa apartemen Sandra beberapa hari yang lalu.     

"Sobek saja aku masih punya banyak salinannya di apartemen ku"     

"Dasar perempuan gila!!!"     

"Hahaaaa" Sandra tertawa keras     

"Kamu pernah tidur dengan perempuan gila ini Panji.Jadi apa kamu juga pria gila"     

"Kamu mau main-main dengan ku, kamu lupa sedang berhadapan dengan siapa Sandra"     

"Aku tau,aku sedang berhadapan dengan Mahendra Panji Winata.Anak tunggal dari pengusaha sukses Pak Suryadi Winata.Yang membatalkan pernikahannya hanya karena tergiur sama seorang laki-laki"     

"Enyah dari hadapan ku sekarang,atau aku akan benar-benar melempar mu keluar!!!" desis Panji.     

"Baiklah,aku memang sudah akan pergi,Tapi kamu harus selalu ingat. Aku bukan gadis bodoh yang bisa kamu tiduri lalu kamu tinggalkan begitu saja. Kalo aku tidak bisa memilikimu maka aku pastikan tak satupun orang bisa memiliki mu juga" kata Sandra sambil menghadap kearah Panji dan menepuk-nepuk bahu Panji seakan ada debu menempel pada jas yang Panji kenakan.     

"Aku pergi..." pamit Sandra,gadis itu lalu mengecup bibir Panji singkat. Ia lalu berjalan kearah pintu,keluar meninggalkan ruangan Panji. Tak lupa ia memberi tatapan sinis kearah Cindy sekertaris Panji.     

"Aaaaaaaa.....!!!!!!!!" Panji melempar setumpuk berkas diatas mejanya hingga semua terhambur berserakan di lantai.     

Panji mendudukkan dirinya di kursi kerjanya.Kedua sikunya ia letakkan diatas meja kerja menopang kepalanya yang berdenyut rasa ingin meledak.Panji meraih ponselnya lalu menghubungi nomer sahabatnya.     

Tut.....tut....tut.....     

Panggilan tak langsung diangkat,Panji semakin ingin marah. Ia kembali mencoba menghubungi Radit.     

Tak lama kemudian terdengar Radit menyahut dari seberang telepon.     

"Ya...Ji..."     

"Kenapa Lo lama banget angkatnya??!!"teriak Panji tanpa basa basi.     

"Ahhhh,maaf...gu-gue lagi sibuk Ji..Ahhh"     

Panji mengerutkan kening,ia menjauhkan ponselnya sebentar dari telinganya.Ia mendengar suara-suara khas orang memadu cinta.     

"Bajingan gila!!!!! Lo lagi bercinta siang bolong begini"     

"Hheheh kayak lo gak pernah aja Ji,ada apa telpon gue"     

"Sebenarnya Sandra yang pernah Lo kenalin ke gue,dia cewek seperti apa??"     

"Ya ma-na..gue tau Lo yang bobok sama dia,gue kan ngenalin dia doang ke elo" jawab Radit dengan nafas terengah "Ahhh yang.." Radit meluncurkan suara desahannya lagi.     

"Brengsek!!! selesaiin itu dan temui gue di tempat biasa!!"     

Dengan rasa kesal bercampur gemas Panji mematikan sambungan teleponnya.Ia memijit pelipisnya pelan.Kepalanya rasanya sakit sekali.     

xxxx     

Radit berdiri di depan pintu bar,kedua matanya langsung tertuju pada punggung kokoh dekat meja konter bar.Meskipun hanya melihat bagian punggungnya saja Radit bisa mengenali bahwa itu adalah Panji sahabatnya,mungkin karena mereka berdua bersahabat sejak lama itu kenapa Radit sangat mengenal Panji luar dan dalam. Dalam arti Radit bisa mengerti dan memahami karakter Panji jika sahabatnya itu ingin bertemu di jam kerja artinya ada hal penting yang ingin ia bicarakan.     

Panji menoleh,saat ia rasakan seseorang datang menghampirinya. Ia mengamati Radit dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sahabatnya itu kelihatan segar sehabis mandi, aroma sabun dan shampo masih melekat di tubuhnya.Panji menggelengkan kepala sambil meneguk minuman di tangannya.     

"Akhirnya Lo makan juga si bocah tengil itu"     

"Namanya Bastian Ji.."     

"Males gue nyebut namanya"     

"Mulai hari ini Lo harus hormati dia sama kek gue hormati kakak ipar"     

"Gahhhh,sapa elo"     

"Gue sahabat Lo Ji..."     

"Sahabat macam apa yang umpanin sahabatnya sendiri sama cewek kayak ular" kata Panji dengan tatapan membunuhnya.     

"Cewek kayak ular?siapa??"     

"Masih tanya Lo,si Sandra"     

"Kok Lo jadi sering bahas Sandra sih"     

"Gimana gak gue bahas,itu cewek nempelin gue kayak lintah belakangan ini"     

"Lo serius,biasanya kalo udah Lo tinggalin mereka terima nasib aja"     

"Dia gila.Dia berani main-main sama gue.Lo ingatkan muka polos dia dulu, sekarang dia lebih mirip sama Medusa"jelas Panji,ia kembali meneguk segelas alkohol yang di sodorkan seorang bartender kearahnya.     

"Mungkin ini yang di sebut karma is real Ji,Lo lagi menuai apa yang Lo tanam dulu"     

Panji menyunggingkan senyum di sudut bibirnya.     

"Gue gak pernah menggoda mereka,mereka yang rela datang sama gue"     

"Terus apa yang akan Lo lakuin sekarang?"     

"Gak tau,mau gue gebukin dia cewek.Yang penting dia gak dekatin dan ganggu Algis"     

Radit mengangguk mengerti. Ia kemudiaan menuangkan minuman ke dalam gelas untuk dirinya sendiri.     

"Oh ya...gimana kabar kakak ipar,sehat?" tanya Radit sebelum gelas berisi minuman meluncur ke bibirnya.     

"Sehat,lagi hamil."jawab Panji santai.     

Seketika Radit menyemburkan minuman yang baru saja masuk kedalam mulutnya kearah Panji.     

"Shittttttt...!!!!! " umpat Panji ketika wajah dan jas mahalnya basah oleh semburan Radit.     

"Lo gila ya?!" kesal Panji     

"Lo yang gila, kebanyakan kerja Lo jadi setres" balas Radit tak mau kalah. Dia juga kesal kepada Panji,tidak bisakah sahabatnya itu menjawab pertanyaannya dengan serius.     

"Apa yang gue bilang emang bener" ucap Panji sambil mengambil sapu tangan di sakunya lalu membersihkan wajah dan jasnya.     

Radit mendekat kerah Panji dan berbisik,     

"Apa kakak ipar trangender???"     

"Bukan,dia laki-laki sama seperti kita"     

"La-lalu bagaimana bisa" Radit bingung tidak mengerti.Panji terlihat tidak sedang berbohong atau bercanda.     

"Algis beda,dia mengalami PMDS"     

"Apa itu Ji..."     

"Lu baca aja di internet,kurang lebih nya kayak yang ada di internet itu"     

Radit buru-buru mengeluarkan ponselnya lalu mencari informasi apa yang baru saja Panji katakan. Mata Radit terbelalak kaget saat ia membaca sebuah artikel yang menyatakan ada pria di dunia ini yang memiliki rahim dan bisa hamil.     

"Ji...ini serius, betulan,kakak ipar ha...mil.....??" Radit melongo tak percaya.     

"Iya..udah dua bulan"     

Radit makin tercengang. Tiba-tiba rasa khawatir dan gelisah merayapi hatinya.Panji memandang heran ke arah Radit. Wajah sahabatnya itu terlihat kaget dan ketakutan.     

"Muka Lo kenapa?" heran Panji melihat wajah Radit berubah pucat.     

"Gu- gue pulang Ji..." Pamit Radit cepat,ia kemudian melesat pergi keluar dari bar meninggalkan Panji yang heran dengan tingkah sahabatnya.     

Radit bergegas pulang,Entah kenapa dia jadi mengkhawatirkan Bastian.Barangkali ia takut hal serupa akan terjadi pada Bastian.     

Bersambung....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.